Dylan 35 - Dia tak lagi sama

66 9 0
                                    

Malam ini aku menanti
kedatanganmu mengisi sepiku
lama terasa waktu bergulir
karena dirimu tak bersamaku.

"Mahalani - Bawa Dia Kembali."

****

Raya masuk kedalam rumah dalam keadaan ruang tamu gelap gulita. Ia meraba tembok mencari saklar, setelah ketemu kemudian lampu tersebut menyala. Seluruh tubuhnya terasa lelah. Tanpa perduli jika Risma marah karena tidak melepas sepatunya Raya tetap berjalan gontai menuju kamar. Yang Raya inginkan hanya satu.

Istirahat.

Banyak cerita di hari ini sehingga membuat ia sangat lelah dan butuh istirahat. Raya menaruh totebag diatas kasur. Menghempaskan bokongnya diatas kasur sembari membuang napas. Matanya berkelana sampai ia menemukan sebuah bingkai berukuran kecil. Itu adalah foto 14 tahun lalu.

Dimana seorang anak laki-laki menangis diatas aspal akibat jatuh dari sepeda mengakibatkan kedua lututnya berdarah. Dia adalah Aksara. Lelaki yang sudah mengorbankan semua kehidupan nya kepada Raya. Raya mengambil bingkai kecil itu.

"Udah lama aku nggak dengar kamu nangis. Dulu kamu yang paling manja ke aku. Seharusnya, 'kan, aku yang manja bukan kamu." jemarinya mengusap potret wajah Aksara dengan sendu.

"Kamu laki-laki tapi lebih cengeng." gumam Raya berbicara seolah sosok Aksara ada disampingnya, mendengarkan Raya sampai dirinya kesal karena di ejek anak cengeng.

"Jadi ini yang kamu maksud bakal jadi sahabat aku untuk selamanya? Dengan cara kasih separuh kehidupan kamu buat aku," Raya tersenyum getir.

"Aku jahat ya, Sa, sama kamu. Karena aku kamu nggak bisa ngerasin apa itu cinta." Raya berbicara pada foto Aksara.

Raya memeluk bingkai foto Aksara di tengah temaram nya kamar. Pada malam ini gadis yang sudah menerima sebagian kehidupan Aksara menyampaikan salam rindu kepada lelaki itu melewati lingkar malam.

***

Pada pagi hari Risma baru saja pulang dari kantornya dalam keadaan berantakan. Rambut tak tertata rapih, jas abu-abu tersampir di lengan menyisakan kemeja putihnya. Perempuan berkarir itu melangkah gontai menuju kamarnya. Pekerjaan di kantor membuat Risma harus rela menambah jam kerjanya hingga pagi.

Pada saat ia berjalan menuju kamarnya Risma tak sengaja melihat pintu kamar Raya tidak tertutup rapat. Perempuan itu membuka sedikit daun pintu dan menyebulkan kepalanya menelisik disisi pintu. Risma mendapati sang adik masih tertidur pulas dengan memeluk sebuah bingkai kecil yang ia yakini itu adalah foto Aksara kecil.

Risma berjalan mendekati ranjang Raya. Gadis itu tertidur pulas dengan mata sembab. Risma tahu, Raya begitu sedih setelah kepergian Aksara. Jujur, Risma juga sama sedihnya dengan Raya.

Mau bagaimana pun Aksara sudah Risma anggap sebagai keluarga, adik, orang kepercayaan Risma yang Risma andalkan bisa menjaga Raya. Namun, setelah pasca operasi, Risma sama sekali tidak tahu jika pendonor itu adalah Aksara.

Dokter Andre sendiri yang mengatakan jika pasien pendonor tidak ingin identitasnya di ketahui oleh siapapun.

"Saya minta maaf, Risma. Tapi sesuai keinginan pasien kami tidak bisa memberi tahu data pasian kepada kamu."

"Maaf, Ray. Kakak udah ambil sebagian senyum kamu."

Setelah Aksara dikabarkan meninggal dunia dan Dylan menghilang, Raya tidak lagi banyak tersenyum seperti dulu lagi. Gadis itu lebih banyak murung. Ketika di tanya oleh Risma selalu Raya jawab seadanya.

 [✔] DylanWhere stories live. Discover now