Dylan 30 - Percobaan bunuh diri

73 11 0
                                    

Rasanya hidup ini sudah tak ada artinya. Aku tak berdaya ketika semua orang memperlakukanku seperti sampah. Aku hanya ingin hidup damai bersama mereka yang telah pergi.

***

Hujan telah berhenti, namun tak sedikit pun Dylan beranjak dari depan gerbang rumah yang menjulang tinggi. Lelaki itu bergeming ditempatnya sembari memandang tulisan kapital diatas banner berwarna kuning serta nama dan nomor telfon si pemilik, Tante Wina—kakak Samudra. Wina ini memang mengurus penjualan rumah kenangan terakhir Samudra.

Tin tin

"Mas, ngapain disini? Badan Mas basah semua nanti masuk angin, loh." seorang bapak mengenakan jaket ijo berhenti didepan Dylan persis.

Bapak tersebut melirik penampilan Dylan yang sudah acak-acakan, baju basah kuyup, rambut berantakan, tas beserta isinya sudah basah total. Bapak tersebut merasa bingung sekaligus iba melihat Dylan diam mematung didepan pintu cat coklat.

"Mas!"

"Sebaiknya Mas pulang aja. Nggak baik berdiri disitu dengan keadaan basah kuyup. Biar saya antar sampai rumah, yuk, Mas."

Dylan berbalik menatap ojol, sedetik kemudian kepalanya menggeleng, "gak perlu, Pak. Saya bisa pulang sendiri."

"Jangan bercanda, Mas. Muka Mas udah pucet banget itu loh. Gapapa Mas saya antar, lagipula saya udah selesai muter." ujar bapak ojol.

"Nggak usah bayar Mas. Saya ikhlas membantu Mas-nya." ujar bapak ojol lagi ketika Dylan hendak merogoh saku celananya.

Bapak ojol itu tau jika dompet Dylan basah, pasti uang-uangnya juga ikut basah. Maka dari itu bapak ojol tersebut berniat mengantar Dylan pulang karena kasihan melihat wajah Dylan sudah pucat pasi.

"Makasih, Pak."

***

"Astaga, Dylan, kamu kenapa basah kuyup begini? Kamu habis dari mana? Kakek telfon kenapa nggak diangkat, Kakek khawatir sama kamu, Dylan."

Kakek Wijaya sedang duduk di ruang tamu menghadap luar jendela dengan raut wajah cemas, di tangannya ada ponsel menghubung ke nomor Dylan yang tak kunjung diangkat. Lalu Kakek Wijaya melihat Dylan bersama bapak ojol tadi dalam keadaan berantakan. Kekhawatiran Kakek Wijaya bertambah berkali lipat melihat penampilan Dylan.

"Maaf, udah buat Kakek cemas." Dylan tertunduk.

"Gapapa, yang penting sekarang kamu sudah pulang dan itu udah buat Kakek lega, nak." ujar Kakek Wijaya, "sekarang kamu mandi ya, habis itu istirahat. Nanti Kakek antarkan makananya ke kamar."

Mereka kemudian masuk kedalam rumah. Dylan masuk kedalam kamar untuk membersihkan tubuhnya dengan air hangat. Lalu Kakek Wijaya menelfon David dan mengatakan,

"Dylan sudah pulang. Tapi Kakek masih cemas sama keadaannya. Apa nak David berkenan ke rumah untuk menjaga Dylan sementara?"

***

David mematikan sambungan telfon dengan Kakek Wijaya. Lelaki itu akhirnya bernapas lega karena Dylan sudah pulang ke rumah.

"Dylan udah pulang. Gue mau langsung ke rumah dia." ujarnya kepada Devka.

"Gue ikut." ujar Devka.

David mengangguk setuju. Setidaknya ada teman yang menemani dirinya menjenguk Dylan. Sebelum pulang keduanya meminta izin kepada Pak Yono untuk melihat keadaan Dylan. Pak Yono menyetujuinya. Mereka langsung bergegas pulang menggunakan grabcar. Sebab disini tidak ada motor ataupun mobil.

 [✔] DylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang