Dylan 23 - Secercah Harapan

61 9 0
                                    

It was all about you.

—NCT U.

****

Dylan masuk kedalam gedung usang pukul satu dini hari. Hawa dingin menusuk sampai ketulang-tulangnya, namun Dylan tak mengindahkannya. Tatapan bak elang itu tetap menatap lurus. Tak ada lagi tatapan hangat, teduh dan menenangkan, kini  tatapannya berubah dingin dan datar.

Dylan memilih datang sangat malam karena ia tak ingin Raya terbangun dari tidurnya. Lelaki itu keluar dari ruangan tempat Raya terbaring secara mengendap-endap.

Didalam sana Leon sudah menunggu kedatangan Dylan. Lelaki bertato dilengan itu menghisap vape lalu menyebulnya keudara membentuk lingkaran ring. Leon tak sendiri, ada beberapa kawannya bersamanya. Lelaki itu sudah mendapatkan info lengkap menengai kecelekaan yang sudah terjadi menimpa Asyra.

Bunyi suara derap langkah kaki membuat Leon memutar tubuhnya. Leon mengulurkan tangan meminta flashdisk dari tangan Adnan, Adnan pun memberikannya kepada Leon.

"Mana flashdisknya?" tagih Dylan setelah sudah berhadapan dengan Leon.

Leon memberikan flashdisk tersebut pada Dylan.

"Semua udah diperjelas. Mobil Avanza hitam, plat nomor B 5648 ANG." ujar Leon datar.

B 5648 ANG.

Dylan mencolokkan flashdisk tersebut ke laptop lalu memutar video yang diambil dari CCTV tempat dimana kecelakaan itu terjadi. Seorang gadis berlari sambil menangis tak menyadari jika sebuah mobil hitam melaju sangat kencang kearahnya. Lalu semua orang disekitarnya berteriak histeris saat tubuh Asyra terpental jauh.

"Kyaaa!"

Dylan mengeratkan kepalan tangannya diatas meja. Seluruh emosinya terpancar dari tubuhnya. Jantung lelaki itu berdegup sangat kencang. Melihat kejadian itu cukup membuat adrenaline-nya terpacu. Tubuh mungil tergeletak tak berdaya dan banyak sekali darah yang keluar dari kepalanya serta luka disekujur tubuh gadis itu.

Bip

Leon mematikan video tersebut. Matanya menatap Dylan iba. Selama ini Leon sudah menganggap Dylan sebagai adiknya. Suatu kejadian yang menimpa Dylan dimasa lalu dan Leon datang untuk menolongnya kini Dylan harus bekerja sama dengan Leon.

"Udah cukup. Gue gak suka lo semakin nyalahin diri lo sendiri karena udah liat video itu." ujar Leon.

Dylan berusaha mengatur napasnya yang tak stabil. Dadanya naik turun. Rasa bersalahnya terhadap Asyra dan Jackson menghantui dirinya kembali. Julukan 'pembunuh' memang pantas ia dapatkan.

"Lan, lo gapapa?" Leon menyentuh bahu Dylan yang bergetar. Dahi lelaki itu sudah dipenuhi keringat dingin.

"Air!" titah Leon kepada Adnan. Adnan pergi mengambil air untuk Dylan.

Emosi Dylan semakin tak stabil. Sekarang lelaki itu bersimpuh sembari meremas rambutnya, kepalanya terasa berat. Dylan  terus bergumam lirih yang tak dimengerti oleh Leon.

"Lan sadar!" Leon mengguncangkan bahu Dylan agar Dylan kembali sadar. Namun nihil.

"Pembunuh!"

 [✔] DylanWhere stories live. Discover now