Dylan 31 - Merelakan

60 7 1
                                    

Ikhlas adalah cara terbaik untuk merelakan seseorang. Memang berat rasanya. Tapi jika itu bukanlah takdirnya, ia bisa apa?

****

"Makan, Ray, perut lo kosong nanti lo tambah drop."

"Gue nggak laper. Bawa makanannya ke luar, Sa." Raya memandang kosong ke luar jendela.

"Ini udah dua hari lo kaya gini. Mau sampai kapan, Ray." Aksara mengamit kedua tangan Raya lalu merangkupnya. Dingin. Tangan Raya terlalu dingin maka dari itu Raya memberikan kehangatan untuknya.

"Inget kondisi lo. Jangan buat gue semakin khawatir, Ray."

Raya mengunci mulutnya rapat. Menepis tangan Aksara yang telah memberikan kehangatan di telapak tangannya. "Biarin gue sendiri, Sa." lirih Raya.

Aksara menggeleng, "nggak, gue gak akan tinggalin lo sendiri. Setidaknya sampai lo makan sesuap aja buat isi perut lo."

"GUE BILANG GUE GAK LAPER, AKSA! PERGI DARI SINI BIARIN GUE SENDIRI!" Aksara terkesiap mendapat bentakan dari Raya.

Tubuh lemah Raya bergetar, gadis itu terisak. Aksara memandang baki berisi makanan untuk Raya sebelum kemudian ia berdiri, menaruh baki berisi makanan diatas nakas kemudian pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.

Raya memeluk kedua lututnya, menenggelamkan wajah cantiknya didalam lipatan tangannya. Sudah satu pekan sejak putusnya hubungannya dengan Dylan Raya menjadi banyak diam.

Tidak seperti dulu ketika hubungan mereka baik-baik saja, lebih banyak omong, ceria, intinya Raya terlihat baik-baik saja.

Mengingat Dylan meninggalkan dirinya sendiri di tengah hutan bersama derasnya hujan tepat ketika mereka mengakhiri hubungannya melintas di fikirannya.

Raya sangat menyayangi Dylan tulus. Tidak bermaksud lain. Raya tau seluk beluk Dylan sedikit. Tentang keluarganya yang meninggal karena kecelakaan. Dylan sebatang kara. Semua saudaranya membuang dirinya hingga membuat Dylan menjadi orang lain. Hati Raya sepenuhnya hanya untuk Dylan.

***

Drtt drtt

Ponsel Aksara bergetar. Lelaki itu kemudian merogoh saku celananya dan me-lock on ponselnya. Nama 'Devkaanjing' tertera di atas nomornya.

Aksara menekan ikon hijau, lalu menempelkan handphone-nya ke telinga.

"Hallo,"

"Lo dimana?"

"Di rumah Raya. Kenapa?"

"Bisa kita ketemu sekarang? Ada hal penting yang mau gue omongin ke lo."

"Kenapa nggak disini aja. Gue harus jaga Raya selagi kakaknya pergi."

"Nggak bisa. Kita harus bicara empat mata. Ini tentang Dylan."

Mendengar nama Dylan membuat Aksara mengepalkan tangannya di saku celana jins nya. Rasa kecewa terhadap Dylan yang sudah ia percayai melingkup hatinya. Aksara sangat marah ketika Dylan melanggar janii dengannya. Lelaki itu berbohong tentang perasaannya pada Raya. Dylan tidak benar-benar mencinyai Raya.

"Buat apa, Dev? Gue males ketemu dia." Aksara sangat segan mengucapkan nama lelaki itu. Ia sudah terlanjur kecewa kepada Dylan.

 [✔] DylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang