chapter 33

4.2K 228 115
                                    

🌼
🌼

Gun masih terdiam didalam kamarnya setelah beberapa hari menangis. Berfikir tentang kebodohannya yang terlalu percaya bahwa Off benar-benar orang yang baik. Gun benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa berada dalam situasi seperti yang dia lihat kemarin. Gun yang awalnya ingin memberi kejutan kepada Off, malah dia sendiri yang lebih dulu diberi kejutan oleh Off. Dan jangan tanya bagaimana Gun bisa masuk di condo Off. Karna Off sendiri yang memberitahu kode condonya agar Gun bisa langsung masuk jika Off tidak bisa dihubungi.
Gun tidak berangkat kuliah beberapa hari ini. New selalu mengomel dan juga khawatir pada Gun. Tetapi Gun tetaplah Gun yang tidak mau cerita jika tidak dengan kemaunnya sendiri.
Gun sudah berfikir selama beberapa hari ini, untuk apa dia menangis, untuk apa dia bersedih. Toh orang yang dia tangisi bahagia dengan sepupunya, lucu sekali bukan? Beraninya dia berbohong bahwa kekasihnya itu sepupunya? Gun benar-benar bodoh terlalu percaya pada Off. Dan Gun punya caranya sendiri untuk menenangkan hatinya dan cara menghilang dengan indah dari si bajingan Off.

.

Disisi lain.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Off belum melihat Gun lagi meskipun dia sudah mencarinya di universitas maupun di rumah yang selalu tertutup. Off sangat bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia sudah mengecewakan Gunnya lagi. Sampai saat ini, Off masih belum bisa menemukan penjelasan apapun, karena disini dia memang salah. Bagaimana jika Gun pergi darinya lagi? Bagaiman jika Gun mengacuhkannya lagi? Aaagh Off benar-benar frustasi memikirkan itu semua.
Sebenarnya Off juga tidak dalam mood yang baik masuk kuliah. Tetapi dia masih menghargai ayahnya karena dia harus belajar agar ayahnya tidak kecewa.

"Off, lempar bolanya kesini." teriak Singto.

"Auh. Kau niat latihan tidak sih?" omel Singto karena Off malah melempar bola kearah lawan.

"Latihan hari ini cukup." teriak Asing

"Beberapa hari ini kau bermain basket sangat kacau. Dan juga sering uring-uringan. Kau kenapa?" tanya Singto saat mereka sudah di pinggir lapangan.

"Tidak tau, aku bingung. Apakah aku sudah seperti mayat hidup?" tanya Off balik

"Ya. dan aku bosan melihatmu seperti itu. Kau sebenarnya kenapa? Putus dengan Mook?" tanya Singto

"Euh aku putus dengannya. Tapi aku tidak sedih karena itu. Aku sama sekali tidak memikirkan hal itu."

"Serius? Kau benar-benar putus dengannya? Kemana Off yang sangat mencintai Mook? Kenapa kau bisa begini?"

"Tidak tahu, tanya saja pada Gun. Dia punya sihir apa sampai dia bisa membuatku seperti ini."

"Gun? Kau cinta dengannya? Lalu kenapa kau malah sedih? Bukannya dia juga terlihat tertarik padamu?"

"Euh, tetapi kemarin dia melihatku di condo bersama Mook dan lebih parahnya lagi dia melihat kita sedang ciuman."

"Haha, sudah ku bilang jangan main-main dengan perasaan. Sekarang kau sendiri yang dapat karmanya kan?"

"Aish. kau tidak menghiburku tapi makin membuatku merasa tidak berguna."

"Ooih iya iya. Tapi kau sudah berbicara padanya?"

"Gimana mau bicara, bertemu saja belum. Aku beberapa hari ini sudah mencarinya di Universitas, rumahnya, dan juga handphonenya Tidak aktif. Aku berniat tanya pada kakaknya tetapi aku masih menyayangi nyawaku. Makanya aku seperti mayat hidup seperti ini. Aku Benar-benar bingung Sing."

"Tunggu saja, dia pasti butuh waktu juga. Bukan hal kecil jika dia melihatmu dan Mook sampai ciuman." ucap Singto menepuk pundak Off tanda menguatkan.

.

Satu hari berlalu dan kini Gun sudah mulai masuk kuliah setelah berbincang dengan New meskipun tidak sepenuhnya dia berkata jujur, Gun tidak ingin New membuat masalah dengan Off jika dia berkata jujur.
Seperti biasa, Gun masih diatas oleh New dan masih juga dengan drama yang New buat karena masih khawatir dengan Gun. Apa boleh buat itu memang sifat New yang memang terlalu sensitif jika berkaitan dengan Gun. Apalagi jika harus berjauhan dengan Gun tanpa bisa diawasi langsung oleh New.

"Gun."
Baru beberapa langkah keluar dari mobil, New sudah berteriak.

"Apa lagi Phi?" sahut Gun dengan malas

"Apa kamu serius dengan perkataanmu yang semalam?"

"Eum, Gun serius. Dan Phi jangan coba-coba melarang Gun ya. Semalam kita sudah menyepakatinya. Oke?"

"Boleh ka phi batalkan saja perjanjiannya? ini terlalu berat untuk phi."

"NO." jawab Gun dengan tegas dan Gun langsung melarikan diri daripada harus berdebat lagi dengan New.

.

"Gun." baru saja Gun memasuki gerbang , ada lagi yang memanggil Gun.

"Hei Krist. Apa kabar?" tanya Gun

"Kau yang apa kabar, berhari-hari hilang tanpa kabar. Ada apa denganmu?"

"Aku baik-baik saja, hanya sedang tidak ingin belajar."

"Cck. Aku tidak peracaya denganmu. Kau pasti ada sesuatu. Tak apa Gun. Kau bisa bicara denganku agar tidak terlalu berat. Tidak baik menyimpannya sendiri."

"Hei, aku benar-benar tidak apa-apa Krist. Lihatlah aku seceria ini."

"Euh euh aku mencoba mempercayai mu."

Mereka berbincang sambil berjalan menuju kelas.

Kelas berjalan seperti biasa sampai jam istirahat tiba dan lagi-lagi Gun enggan pergi makan di kantin. Gun beralasan masih kenyang padahal dia masih belum siap untuk bertemu dengan Off. Alhasil, Krist sendirian menuju ke kantin yang pastinya sudah ada Singto yang menunggunya disana.

.

"Gun." lagi? Berapa banyak orang lagi yang akan memanggilnya hari ini?

"Ya?" Gun sebenarnya enggan menanggapi karena sudah hafal dengan suara orang ini

"Kau kemana saja?" aku mengkhawatirkan mu." tanya orang tersebut sambil berjalan mendekati tempat duduk Gun.

"Aku hanya sedikit tidak enak badan Phi"

"Eh maaf soal waktu kemarin."

"Oh tidak apa-apa Phi. Maaf sudah mengganggu mu. Aku tidak berniat menerobos kondomu."

"Maaf untuk kesalahpahaman kemarin Gun. Aku sangat minta maaf. Bisakah aku menjelaskannya?"

"Haha. Apa yang harus dijelaskan Phi."

"Dia mantan kekasihku. aku sudah tidak punya perasaan kepadanya. Aku juga sudah berbicara padanya dengan baik-baik kalau aku lebih mencintaimu daripada dia."

"Kau memang bajingan Off." (batin Gun)

"auh. Apakah secinta itu Phi denganku? Sampai semudah itu melepaskan dia?"

"Ya. Sekarang aku sadar kalau aku sangat mencintaimu. Maaf sudah sering menyakitimu." ucap Off dengan tulus

"Terlambat Off" (batin Gun lagi)

"Euh, aku sudah memaafkan Phi. Phi pasti sudah tau kalau aku punya rasa terhadap Phi. Jadi sejahat apapun Phi, pasti akan Gun maafkan karena Gun sudah terlalu cinta dengan Phi Off."

"Kau yakin Gun? Apa kau sedang bercanda?" tanya Off tidak yakin

"Untuk apa Gun bercanda. Tidak ada gunanya."

"Jadi kau benar-benar memaafkanku?" Tanya Off antusias

"Iya Phi." balas Gun mencoba meyakinkan Off

Mendengar ucapan Gun, Off langsung saja memeluk Gun dengan sangat amat lega.
Gun hanya membalas lembut dengan senyum di bibirnya tanpa arti.

.

Hari-hari berlanjut seperti biasa. Gun sudah mulai mencoba makan bersama Off dikantin dan juga terkadang diantar jemput oleh Off. Keduanya terlihat saling menyayangi tanpa ada yang tau jika salah satu dari mereka sedang tidak baik-baik saja. Teman-teman satu kampus pun sudah mengetahui kedekatan mereka karena Off dengan tololnya berteriak di kantin bahwa dia sedang mendekati Gun.
Gun tidak tahu, dia harus senang atau sedih. Senang karena diperlakukan sangat istimewa. Dan juga sedih karena mengingat perbuatan Off yang dulu.
Entahlah, tetapi Gun harus yakin untuk melakukan hal yang sudah dia rencanakan sebelumnya.

🌼
🌼

Hello Babii, maaf ya lama banget updatenya, makin gajelas pula alurnya 😁  cuma mau bilang kalau ini tinggal dua atau satu chapter lagi udah selesai.
Happy reading Babii

A ReasonOn viuen les histories. Descobreix ara