chapter 5

4.2K 270 9
                                    

🌼
🌼

  Gun baru saja keluar dari sekolahnya sedang berjalan dengan minumanv dingin ditangannya bersama kedua sahabatnya yaitu namtan dan ciize

  Gun baru saja keluar dari sekolahnya sedang berjalan dengan minumanv dingin ditangannya bersama kedua sahabatnya yaitu namtan dan ciize

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka sudah bersahabat sejak pertama masuk di sekolahnya. Mereka bertemu saat Gun kebingungan mencari alamat sekolahnya karena dia bukan asli penduduk sini. Beruntung Gun bertemu dengan Namtan dan juga Ciize yang memang asli penduduk sini. Namtan dan Ciize anak yang baik dan ramah tak segan untuk membantu Gun yang kebetulan alamat yang dicari Gun sama dengan tujuan mereka. Disitulah awal persahabatan mereka dimulai sampai sekarang.

Mereka baru saja menyelesaikan ujian terakhir mereka dan mulai mencari universitas yang cocok untuk mereka.

Karna jarak sekolah dan juga sekolah mereka tidak jauh mereka selalu berangkat dan juga pulang dengan berjalan kaki bersama sambil menikmati jalanan Thailand meskipun panas tetapi mereka menikmatinya.

"Euh Gun. Universitas mana yang akan kamu pilih?" tanya Namtan sambil menoleh kearah Gun sambil berjalan.

"Tak tahu." jawab Gun acuh

Gun memang orang yang cukup acuh saat dia sedang kesal ataupun lelah. Terkadang dia juga sangat manja kepada orang-orang yang sudah mengenal dia dengan baik.

"Iiist. Gun kau menyebalkan." ucap Namtan sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Sudahlah Nam. Kau tahu sendiri kan jika Gun seperti itu pasti dia sedang kesal atau lelah." Ciize mencoba menenangkan Namtan

"Euh Gun ada apa denganmu hari ini?". Tanya Ciize

"P'New menyebalkan. Kemarin dia sudah berjanji denganku untuk pergi berlibur bersama setelah ujian tetapi dia malah pergi bekerja." jawab Gun dengan memajukan bibirnya dengan pipi menggembung.

"Jika P'New tidak bekerja kau kira bayar sekolah dengan apa? Daun pisang? Sudahlah jangan seperti anak kecil." ucap Namtan yang ditanggapi Gun dengan mata berairnya tanda ingin menangis.

Namtan memang sedikit keras terhadap Gun tapi bukan berarti dia benci Gun. Bahkan Namtan sangat peduli terhadap Gun agar Gun bisa lebih mandiri. Berbeda dengan Ciize yang memang sangat lembut.

"Gun. Jangan menangis. Namtan hanya bercanda." Ciize mencoba menengangkan Gun sambil melirik tajam kearah Namtan

"Euh euh aku minta maaf. Sebagai gantinya akan aku traktir es krim." Namtan langsung mengerti arti lirikan tajam dari Ciize.

"Benarkah?" tanya Gun dengan raut muka yang langsung berubah bahagia.

"Euh. Tapi hanya satu."

Tidak menunggu lama. Gun berjalan lebih cepat menuju kedai pinggir jalan yang berjualan es krim.
Selesai membeli es krim mereka melanjutkan perjalanannya untuk pulang.

"Euh tadi kau bertanya tentang Universitas padaku ya Nam?" tanya Gun masih dengan es krim di mulutnya.

"Iya. jadi kau akan ke Universitas mana?" tanya Namtan

"Entahlah. kalau kau?"

"Mungkin aku dan Namtan akan ke Chiang Mai Universitas karena tidak terlalu jauh dan juga banyak yang lainnya juga akan kesana." jawab Ciize yang dijawab anggukan Namtan

"P'New memintaku kembali ke Bangkok dan kuliah disana sekalian P'New pindah kantor yang ada di Bangkok karena jangkauan bisnisnya lebih banyak disana tetapi aku tidak ingin meninggalkan kalian." raut muka Gun kembali sedih.

New dan Gun memang memutuskan untuk pindah ke Chiang Mai. New mencoba mendirikan bisnis kecil disana dan mulai menata kehidupan mereka setelah kedua orang tua mereka meninggal. Di sini mereka hanya tinggal berdua di rumah peninggalan orang tua mereka.

"Tak apa, kau masih bisa berkunjung kesini kan? Atau saat kita libur kita akan mengunjungimu kesana." ucap Cizee

"Euh benar. Tapi kau disana jangan cengeng. mungkin tidak akan ada yang suka rela membelikanmu es krim lagi nantinya." ucap Namtan sedikit bercanda agar Gun tidak terlalu sedih

"kau tidak ikhlas ya?" tanya Gun dengan melirik Namtan dengan sinis

"Iya aku tidak ikhlas. Kembalikan dan muntahkan itu sekarang."

"Kau selalu jahad padaku Nam. Semoga di Bangkok aku tidak menemukan orang sepertimu."

"Baru satu hari disana kamu pasti akan merindukanku."

"Sudahlah. Ayo cepat, hari sudah mulai gelap." ucap Ciize menengahi perdebatan mereka.

Disepanjang perjalanan Gun dan Namtan tidak saling berbicara maupun menatap karena kekesalannya masing-masing. Dan itu sudah menjadi pemandangan biasa bagi Ciize.

"Auuh. Kakiku." teriak Gun tiba-tiba karena kakinya tersandung batu

"Gun ada apa Dengan kakimu?" Namtan yang refleks langsung berjongkok  didepan Gun

Seperti itulah mereka yang akan berdamai dengan sendirinya dan peduli satu sama lain meskipun sering berdebat.

"Kakiku tersandung batu." mata Gun mulai berair lagi

"Iiist kebiasaan. Hal kecil saja cengeng, jangan menangis nanti sampai rumah kita akan obati." jawab Namtan yang langsung berdiri

"Nam kakiku sakit tapi kau malah mengomeliku." Gun dengan wajah memelasnya

"Kau ingin terus berjalan atau mau ku injak kakimu itu?"

"Euh euh dasar penyihir."

Ciize hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua sahabatnya itu

Mereka akhirnya terus berjalan, tidak lama mereka akhirnya sampai di depan rumah Ciize yang mana memang rumah mereka saling berdekatan hanya selisih satu atau dua rumah.

"Gun dirumahku saja biar kakimu di obati . kalau dirumahmu kan tidak ada siapa-siapa. Katamu P'New pergi." usul Ciize

"Euh baiklah." ucap Gun patuh pada Ciize

"Nam. Kau ingin disini atau langsung pulang?" tanya Ciize pada Namtan

"Aku ikut disini saja lagipula dirumah pasti belum ada orang." jawab Namtan yang memang kedua orang tuanya sibuk bekerja dan tidak jarang dia selalu sendiri dirumah jika tidak bermain dengan Gun dan Ciize

Mereka akhirnya masuk kedalam rumah Ciize yang disambut dengan kesunyian karena nasib Ciize tak jauh berbeda dengan Namtan.

🌼
🌼

A ReasonWhere stories live. Discover now