The Devil's Bride

655 82 34
                                    

Matahari perlahan-lahan mulai muncul di ufuk timur, berusaha menyinari permukaan bumi dengan sinarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Matahari perlahan-lahan mulai muncul di ufuk timur, berusaha menyinari permukaan bumi dengan sinarnya.

Sudah pagi, berarti saatnya para manusia bangun.

Para pekerja dan pelajar, semua harus bangun untuk melakukan rutinitas mereka yang berulang-ulang.

Para Maid dan Butler di kediaman yang bagaikan istana itu mulai sibuk, mulai dari membersihkan rumah, memasak sarapan dan menata meja makan untuk sang Tuan.

Sibuk, sibuk, sibuk.

Suara sepatu pantofel yang khas itu, terdengar disepanjang lorong. Para pekerja rumah itu sudah mengenal jelas, siapa pemilik langkah kaki tersebut.

Sesosok pria berpostur tinggi, dengan paras tampan yang merupakan pahatan sempurna. Ia menyunggingkan senyum kecil.

"Selamat pagi semuanya." sapanya dengan suara rendah khasnya.

"Selamat pagi, Tuan Wong." balas mereka bersamaaan.

Aroma sedap dari dapur mulai tercium di hidung mancungnya. Lucas tersenyum lagi, lalu beranjak melewati sibuknya para pekerja di mansion miliknya.

Sudah pukul 5.50 pagi, saatnya membangunkan pangeran kecilnya.

Sinar matahari pagi perlahan mulai menyusup diantara jendela-jendela terbuka di lorong itu, Lucas rasa ini akan jadi cuaca yang baik.

Langkahnya terhenti disebuah pintu mahoni, dengan knop pintu emas.

Knock. Knock.

"Hendery, bangunlah."

Sesaat setelah memanggilnya, pintu itu perlahan-lahan terbuka, menunjukkan sesosok pemuda berwajah tanpa cela dengan ekspresi polosnya.

"Aku sudah bangun, Ge." ujarnya pelan.

Pemuda itu sudah berseragam sekolah lengkap, rambutnya tertata rapi danㅡ oh, Lucas tidak bisa melihat wajahnya karena ia menunduk.

Lucas mengangkat dagunya agar mendongak, agar ia bisa menatap maniknya.

"Selamat pagi, Dear." sapanya lalu mengecup kilat bibir Hendery.

Hendery hanya mengangguk lalu beranjak keluar dari kamar sambil menenteng ranselnya.
Ia menutup pintu kamar, dan mengekori Lucas menuju ruang makan.

Keduanya melewati lorong yang sama, namun kali ini sinar matahari sudah sedikit lebih hangat, dan lebih terang.

"Apa tidurmu nyenyak, Dear?"

"Tentu saja. Bagaimana denganmu Ge?" tanya Hendery kembali.

"Tentu." balas Lucas dengan seringai kecil.

Lucas dan Hendery akhirnya sampai di ruang makan, dimana sarapan sudah tertata rapi oleh Para Maid dengan aroma sedap mengepul.
Saat keduanya lewat, Para Pekerja langsung membungkukkan tubuh.

Clair De LuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang