Believer

321 44 30
                                    

"Amen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Amen."
Xiaojun membuka matanya, setelah mengucapkan doa dibenaknya. Ia membatasi bagian kitab yang barusan ia baca, lalu ditutup dan ia letakkan di nakas.
Kacamata yang ia kenakan pun ia lepas, bersiap untuk tidur.

Semenjak kematian Yangyang, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdoa dan membaca kitab.
Semacam mengirimkan pesan terbaiknya untuk Yangyang di surga, melalui doa.

Ia memijit pelipisnya sesaat, membiarkan jarinya menenangkan benaknya yang langsung ricuh saat dijauhkan dari kitab tersebut.

"Sial. Kepalaku sakit lagi." gumam Xiaojun.

Beberapa hari ini, Xiaojun sering terkena sakit kepala yang mendadak. Entah saat sedang belajar, bahkan saat sedang tidur dan membuatnya terpaksa bangun pun bisa.
Ia tidak mengerti darimana asalnya sakit kepala itu.

Laki-laki tersebut memutuskan untuk turun dari ranjangnya, ia berniat mencari pil sakit kepala atau apapun yang dapat menghilangkan sakitnya.

Jika bisa obat bius, maka obat bius yang akan ia telan.

Langkah beratnya beranjak keluar dari kamar tanpa suara, ini sudah pukul 12 malam, semuanya pasti sudah tidur.

Atau belum...?

Kakinya tanpa suara menapak lantai dua rumah tua itu, diliriknya kamar Bibi Yan.
Masih tertutup rapat dan sunyi, berarti sedang tidur nyenyak.

Xiaojun kembali melanjutkan perjalannya menuju lantai satu. Namun, langkahnya terhenti di anak tangga paling tengah.
Matanya mengintip dari celah pagar tangga tersebut.

"Iya, aku mengerti, Tuan Wong. Terima kasih sudah bermurah hati kepada kami."

Itu Xiao Zhan, Ayahnya.

Pria paruh baya itu duduk menghadap perapian sembari menelpon seseorang. Karena mendengar nama depan Lucas disebutkan, Xiaojun memilih untuk menguping pembicaraan tersebut, siapa tahu ia bisa mendengar sedikit kabar tentang Hendery.

Hendery..?

Lelaki bermanik kelam itu kembali tak masuk sekolah setelah meninggalnya Yangyang. Surat istirahat dilayangkan kepada pihak sekolah untuk memberikan ijin kepadanya.

Tentunya, sekolah menerima. Karena lagipula, setengah dana pembangunan gedung sekolah berasal dari Lucas.

Jika boleh jujur, maka Xiaojun akan mengakui bahwa ia merindukan Hendery dan mengkhawatirkannya. Kejadian itu sepertinya membuat Hendery sangat terpukul.

Tapi, ia tahu jika mengakui hal tersebut tidak akan mengubah apapun, malah memperburuk.

"Iya, Tuan Wong, aku sangat terkejut saat mendengar berita itu dari sekolah Hendery, dan lebih terkejut lagi saat tahu bahwa itu teman dekatnya."

Cih.

Xiao Zhan memang selalu berpura-pura, padahal dia sama sekali tidak perduli tentang hal tersebut ketika Bibi Yan bercerita kepadanya, dan sekarang ia bilang terkejut..?

Clair De LuneWhere stories live. Discover now