The Sly Fox

258 32 45
                                    

Hendery berkali-kali membolak-balik tubuhnya di ranjang itu, namun masih tidak bisa tertidur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hendery berkali-kali membolak-balik tubuhnya di ranjang itu, namun masih tidak bisa tertidur.
Ia sudah mencoba menyamankan diri, ketika sudah nyaman tapi tetap saja matanya terbuka lebar.

Kamar itupun sudah hangat, apalagi yang kurang?

Pemuda itu sendiri bingung dan frustrasi karena tak bisa tidur. Ia memilih untuk bangkit dari posisi berbaringnya.
Maniknya melirik kesana kemari dengan bosan, memikirkan cara untuk tidur.

Lagi-lagi, Huang Hendery dititipkan di rumah keluarga Xiao karena cuaca menghalangi Lucas untuk menjemputnya.
Bibi Yan malah sangat senang mendengar berita itu.

Tick. Tock. Tick. Tock.

Yang terdengar hanya dentuman jam tua di kamar tersebut. Hendery beralih memeluk bantalnya dengan erat, ingin tidur tapi tak bisa.

Dibenaknya terlalu ramai.

Seperti acara tahun baru, ada kembang api yang memenuhi isi kepalanya, dan semua kembang api itu adalah Xiaojun.

"Ah, sial. Kepalaku sakit." gumam Hendery sembari memijit pelipisnya.

Semenjak kejadian tadi, ketika jantung berdetak, Hendery dilanda rasa takut dan cemas yang luar biasa. Xiaojun bahkan dibuat bingung oleh tingkahnya yang sedikit menghindar darinya.

Hendery tidak membencinya, Hendery hanya bingung.

Kenapa harus berdetak tak karuan saat ada Xiaojun? Biasanya tidak seperti itu.
Biasanya saat Lucas bersamanya, barulah detakan tak karuan itu terdengar.

"Kenapa harus seperti ini? Aku tidak menginginkannya."

Tidak.

Lelaki bermanik hitam jernih itu menginginkannya.
Ia hanya menyangkal, karena selama ini Hendery selalu membohongi dirinya sendiri.

"Aku perlu segelas susu," ucapnya lalu beranjak dari ranjang tersebut.

Ia melangkah keluar dengan perlahan, tanpa suara agar tak membangunkan Bibi Yan ataupun Pendeta Xiao yang sedang tidur.
Ini sudah pukul tiga dini hari, dan Hendery belum tidur sedetikpun.

Kakinya juga menuruni tangga dengan sangat hati-hati.

Ruang tengah kosong, perapian sudah padam dan seketika hawanya dingin. Baju piyama Hendery tak cukup untuk menghangatkan tubuhnya.
Ia beralih menuju dapur, mengambil sebuah panci kecil untuk merebus air.

Hendery tak menyadari ada langkah kaki lain yang berkeliaran.

Lelaki bermanik hitam jernih itu membuka satu persatu kabinet yang berada diatas. Tetapi ia sama sekali tak menemukan bubuk susu yang ia perlukan.
Didalam kulkas pun tidak ada kantung teh, hanya ada bubuk teh dan kopi.

Apa dia minum teh saja?

Teh memang bisa membantunya tidur tapi Hendery lebih menginginkan susu. Dengan helaan napas, ia kembali menutup pintu kulkas itu, dan berniat untuk mencari di kabinet bawah.

Clair De LuneWhere stories live. Discover now