The Collar

324 39 48
                                    

Pagi hari telah tiba, namun salju dingin masih bertaburan diluar, semacam tidak ingin meninggalkan kota kecil itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi hari telah tiba, namun salju dingin masih bertaburan diluar, semacam tidak ingin meninggalkan kota kecil itu.
Matahari mengintip, perlahan-lahan mulai naik dan sedikit mengirimkan kehangatan.

Tidak ada burung-burung bernyanyi diudara layaknya musim semi, hanya ada serpihan bubuk putih yang dingin itu terus menghujani bumi.

Bunga-bunga tidak berani menembus salju karena terlalu dingin, bahkan rumput pun membeku.

Hanya pohon cemara tinggi yang berdiri kokoh dimusim manapun.

Biarpun cuaca sangat dingin, para anak muda harus tetap bersekolah untuk menimba ilmu.
Sedangkan itu, Xiao Dejun masih terlelap dengan hangat di sofa ruang tengah, tanpa ingat bahwa ia harus bersekolah.

"Ah-Jun."

Namanya dipanggil, alam bawah sadar Xiaojun terbangun tapi tubuhnya tidak.
Ia mendengar suara familiar yang samar-samar memanggilnya.

"Xiaojun, ayo bangun."

Ia merasakan tubuhnya diguncang, tapi Xiaojun masih tidak mau membuka matanya.
Hangat selimut itu mencegahnya untuk bangun dari lelapnya.

"Xiao Dejun, ayo bangun." panggilnya lagi.

"Euhm, nanti, 5 menit lagi."

Setelah menjawab seadanya, Xiaojun kembali ke alam tidurnya yang paling nyenyak.
Menurutnya cuaca terlalu dingin untuk ia bangun, lebih baik tidur di selimut hangat.

"Xiaojun, ayo bangun!"

Tidak ada sahutan lagi.

Pemuda itu menggeram, seperti anak anjing. Ia ingin menyiram Xiaojun dengan seember air dingin tapi itu terlalu melelahkan.
Tangannya menyingkap selimut itu dengan cepat, membiarkan udara dingin menusuk-nusuk tulang Xiaojun.

"Xiao Dejun, cepat bangun!"

"Aish! Sial! Ini dingin sekali!" teriak Xiaojun saat dingin mulai menyerangnya.

Ia memeluk tubuh lumayan berototnya yang hanya terbalut piyama itu, seraya berusaha memperjelas pandangannya yang masih kabur.
Saat jelas, ia terkejut ketika menatap manik berapi-api Hendery, yang dimana anak itu sudah berseragam lengkap.

"S-Sejak kapan kau sudah bersiap-siap?" tanyanya.

"Sejak pagi. Sekarang giliranmu."

"Tapi aku masih mengantuk." protes Xiaojun lalu memeluk selimutnya lagi.

Tuk!

"Argh!"

Sebuah buku tebal mengenai kepalanya, Laki-laki bersurai gelap itu meringis dan langsung memegangi kepala kesayangannya itu.

Ia langsung menatap Hendery, ia pikir Hendery yang melemparnya namun ternyata pukulan itu berasal orang lain.
Kepalanya menoleh, mendapati seorang wanita yang memakai apron dan memegangi buku tebal.

Clair De LuneWhere stories live. Discover now