The Moon

234 33 12
                                    

Rahang Xiaojun terjatuh ketika melihat pemandangan itu, ia menjatuhkan ranselnya lalu mengusap matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rahang Xiaojun terjatuh ketika melihat pemandangan itu, ia menjatuhkan ranselnya lalu mengusap matanya.
Ia ingin memperjelas penglihatannya, berharap bahwa ia hanya sedang berhalusinasi. Sosok tersebut sedang memasak sesuatu didapur, seraya menari-nari dengan semangat seperti ia baru saja diberikan sebuah euphoria yang berlebihan.

Kaki Xiaojun menjadi sedikit lemas, ia melangkah mendekati sosok itu, masih dengan mulut menganga karena keterkejutannya. Wanita itu menyadarinya, lalu tersenyum seraya melepas apronnya, bersiap untuk menyambut Xiaojun.
Ia bahkan tidak menghiraukan wajah lelaki tampan itu yang masih sangat terkejut melihatnya disana.

"Selamat datang, Xiaojun! Aku membuatkanmu teh susu."

Ternyata tidak.

Xiao Yan sedang berdiri dihadapannya dengan senyum lebar, dan tubuh yang tidak lemah lagi. Wajahnya bahkan terlihat lebih cerah dan ceria.

Ini tidak mungkin.

"Apa ini benar-benar Bibi Yan? Ini Bibi Yan?"

"Oh, tentu saja! Kenapa kau bertanya begitu? Aku tak pernah merasa sebaik ini." jawabnya dengan ceria.

Lelaki beralis tebal itu benar-benar tak percaya, Bibi Yan tak mungkin sembuh hanya dalam sehari.
Ia yakin, tadi pagi wanita itu masih terbaring lemah diatas kasur, sangat yakin.
Namun sekarang, Bibi Yan tidak hanya sudah berdiri dan berjalan. Wanita itu bahkan memasak untuknya dan Xiao Zhan.

"Bibi, apa kau yakin kau baik-baik saja? Tidak merasa sakit? Mual atau pusing?" sambarnya.

"Hey, hey, tenanglah. Aku baik-baik saja, memangnya kenapa, Ah-Jun?" tanya Xiao Yan.

"T..Tapi tadi pagi, Bibi masih sakit, kan?"

"Dokter Arthur memberikan obat yang bagus untukku dan aku merasa lebih baik. Bukankah seharusnya kau senang?"

"E-Euh, aku senang, Bibi. Mungkin aku hanya perlu istirahat." jawab Xiaojun ragu-ragu.

"Huh? Hey, Ah-Jun. Ada apa?"

"Aku, baik."

"Kau yakin?" tanya Xiao Yan.

"I-Iya."

Xiaojun tersenyum kaku, seraya melangkah sedikit cepat melewati Bibi Yan yang agaknya sedang kebingungan.
Ia harus bisa bersikap tenang menghadapi hal-hal seperti itu, apalagi suatu hal yang sulit dipercayainya.

Ia yakin, tadi pagi Xiao Yan masih terbaring lemah dan pucat. Tapi sekarang didepan matanya, wanita itu sudah sehat.
Pintu kamarnya ia tutup dengan pelan, lalu menguncinya sembari menghela napas.

Hari ini, tiba-tiba terasa lebih melelahkan dari sebelumnya. Semuanya seperti sedang menguras tenaga dan pikirannya.

Apalagi jika ia teringat Hendery.

"Hhh, ini membuatku lelah." gumam Xiaojun.

Lelaki tampan itu meletakan ranselnya, lalu mengganti pakaiannya. Membingungkan tapi Xiaojun harus mengisi perutnya dulu baru berpikir lagi, lagipula ia juga harus menginterogasi Bibi Yan.

Clair De LuneWhere stories live. Discover now