Symbol

467 65 9
                                    

Hari sekolah datang lagi, siswa kembali hadir di sekolah untuk sekedar belajar dan berusaha untuk tidak menyia-nyiakan uang orangtua yang sudah berusaha memasukkan mereka ke sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari sekolah datang lagi, siswa kembali hadir di sekolah untuk sekedar belajar dan berusaha untuk tidak menyia-nyiakan uang orangtua yang sudah berusaha memasukkan mereka ke sana.

Sedangkan sisanya hanyalah anak-anak nakal yang kaya raya.

Lorong utama benar-benar penuh, ribut dan sedikit berdesakan. Ada yang bermain tak jelas, menjahili sesama dan bahkan mengobrol di tengah jalan.

Seperti kemacetan di jalan tol.

Namun semua keributan berhenti, ketika seseorang tiba dan masuk ke lorong tersebut.

Para siswa yang sebelumnya memenuhi lorong itu, tiba-tiba mendekat diri ke dinding dan membuka jalan saat dia lewat.

Langkahnya cepat, dan sedikit menghentak.

Mereka bingung, apa dia marah?

Apa Hendery Huang marah?

Jawabannya, Hendery Huang benar-benar sedang marah. Ia baru saja tiba di sekolah, dan sudah terlihat seperti akan membunuh seseorang dengan wajah datarnya.

Tidak ada blitz hari ini karna dari suara kaki Hendery, mereka tahu ia sedang dalam mood yang buruk.

Kenapa di pagi hari yang cerah ini, Hendery sudah marah-marah?

"Laki-laki sok suci sialan." batinnya penuh amarah.

Marahnya Hendery adalah karena luka bakar dari Xiaojun, sang anak pendeta itu, tak kunjung hilang. Lucas sudah menghisapnya, menyiramnya dengan darahnya bahkan darah orang, membacakannya mantra dan sama sekali tidak berefek.

Benak Hendery langsung meledak saat tahu luka bakar bekas air suci itu menempel padanya.

Brak!

Pintu kelas terbuka dengan keras oleh Hendery, sang primadona. Tentunya seluruh atensi beralih kepadanya tapi suasana menjadi tegang.

Apalagi disaat manik Hendery bertemu dengan Xiaojun.

Manik kelamnya berapi-api, seperti sedang kerasukan tapi wajahnya perlahan-lahan berubah menjadi datar seperti biasa.

"Good morning."

Para siswa yang kaku karena tegang itu bernapas lega dan bergantian menyapa pujaan hati mereka.

Hendery tetap memajang wajah datarnya sambil berjalan menuju bangkunya, dimana ada Yangyang dan Xiaojun.
Ia meletakkan ranselnya, lalu duduk. Sekuat tenaga ia mengatur amarahnya.

"Good morning, Ah Hen!" sapa Yangyang dengan riang.

"Good morning, Ah Yang."

"Bagaimana keadaan luka yang kemarin?" tanya Yangyang.

Ugh, mengingatkan luka itu malah membuat Hendery kembali kesal. Terutama disaat pelakunya duduk dibelakang Hendery.

"Hm, baik-baik saja." jawabnya.

Clair De LuneWhere stories live. Discover now