Tears

413 55 12
                                    

Musim dingin segera berakhir, perlahan-lahan matahari hangat mulai sering menyapa bumi daripada rintikan salju beku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Musim dingin segera berakhir, perlahan-lahan matahari hangat mulai sering menyapa bumi daripada rintikan salju beku.

Semakin jauh jarum jam berputar, semakin banyak siswa yang mulai memenuhi ruangan kelas.
Terutama kelas tahun akhir, dimana anak-anak mulai menggila.

Pemuda berahang tegas itu terdiam, sembari menatap kearah luar jendela. Menatap pohon tak berdaun yang dipenuhi sisa salju tersebut.
Ia menghela napasnya sesekali, dan melirik ke arah bangku yang ada dihadapannya.

Hendery.

Mengingat nama itu, hati Xiaojun serasa seperti ditusuk.

Bangku tersebut sudah kosong selama tiga hari penuh, dan ini adalah hari keempat.
Hendery masih tidak datang dengan ijin sakit yang terus sampai ke wali kelas mereka.

Tentu saja.

Lelaki bermanik kelam itu pasti tersiksa karenanya. Air suci yang ia simpan dalam mulut, membara di seluruh tubuh Hendery dan bahkan menyebabkannya muntah darah.

Jujur saja, Xiaojun ingin menjenguknya dan meminta maaf tapi terasa tidak mungkin. Apalagi dengan saat masih ada Lucas yang menjaganya.

Sebuah tepukan dibahunya menyadarkan Xiaojun, ia segera menoleh.

"Hey, Xiaojun, kau terlihat murung. Ada apa?" tanya Yangyang.

"A-Ah, aku hanya sedang melamun." elaknya.

"Benarkah? Tidak terlihat seperti itu."

Yangyang hanya terkekeh, ia lalu beralih duduk di bangkunya sembari sekilas melirik bangku kosong milik sahabatnya, Hendery.
Semenjak Hendery dianggap sakit, Xiaojun lebih banyak menyendiri dan sesekali bergaul dengan Yangyang.

Namun tetap saja, rasanya kosong.

"Aku merindukan, Ah Hen." ujar Yangyang.

"Aku juga." balas Xiaojun dengan pelan, seperti membisik.

"Kau mau ikut aku menjenguknya hari ini?"

Telinga Xiaojun bagaikan telinga anjing Husky yang mencuat tinggi saat mendengar ucapan Yangyang.
Ia mengalihkan pandangannya ke Yangyang dengan cepat.

"Kau akan kerumahnya hari ini?"

"Tentu saja, aku harus menjenguknya. Kau mau ikut?" ajak Yangyang.

"Apa boleh..?"

"Apa maksudmu bertanya seperti itu? Tentu saja boleh." balasnya seraya terkekeh.

Sudah pasti, Xiaojun ingin ikut. Ia ingin menjenguk Hendery dan mengucapkan kata maaf sampai mulutnya berbuih jika bisa.
Xiaojun merasa sangat bersalah.

Tapi, jika ia kesana, apa Lucas akan mengijinkannya bertemu Hendery?

Xiaojun rasa tidak, biarpun ia bersama Yangyang.
Ia menyakiti Hendery dengan parah, wajar saja jika Lucas marah besar.
Dipikir-pikir lagi, pada akhirnya, Xiaojun mengurungkan niatnya untuk ikut.

Clair De LuneWhere stories live. Discover now