The Sad Prince

351 43 43
                                    

Jam dinding berdentang di kediaman mewah yang sunyi itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam dinding berdentang di kediaman mewah yang sunyi itu. Pukul 12 malam lewat, para maid dan butler masih terjaga.

Mereka berkeliaran didalam rumah, entah beristirahat ataupun melakukan pekerjaan lain.
Para maid dan butler selalu punya tugas terakhir dari semua tugas yang ada, yaitu menjaga Huang Hendery, sampai Lucas Wong kembali.

Menjaga Tuan Muda Huang, adalah pesan dari Lucas. Jika sampai terjadi apa-apa kepada Hendery, maka mereka akan ditumbalkan.
Para maid dan butler sudah kelihatan lelah juga mengantuk namun Lucas tak kunjung menunjukkan keberadaannya.

Huang Hendery?

Dia sudah pulang dari acara kaburnya itu, sekitar jam 10 pas ia baru kembali dari kunjungannya ke rumah Xiaojun.
Setelah pulang, semuanya lagi-lagi terasa membosankan.

Lelaki bermanik kelam itu meringkuk dibawah selimut, sembari memeluk bantal. Tidak, dia tidak kedinginan, Hendery hanya tidak bisa tidur karena masih memikirkan Lucas.

"Ini sudah larut malam.." gumamnya dengan lesu.

Jika Huang Hendery belum tidur, maka para pekerja mansion itu tidak boleh sekalipun menyentuh ranjang mereka.
Ia terlalu tenggelam dalam benaknya sendiri dan tak sadar bahwa suara sepatu pantofel terdengar dari kejauhan.

Mendengar suara pantofel tersebut, para maid dan butler mulai bersorak dalam hati.
Akhirnya, mereka bisa beristirahat dengan tenang setelah bekerja seharian penuh.

Suara khas sepatu pantofel pastinya berasal dari Lucas.

Ia baru saja kembali dari kantor, dengan guratan lelah dan cemas terpajang di wajahnya.
Kantor membuatnya lelah, lalu Huang Hendery membuatnya cemas. Sebuah kombinasi yang membuat umurnya seperti memendek 10 tahun.

Para pekerja mulai berderet dengan rapi di lorong masuk, setelah itu membungkuk.

"Selamat datang kembali, Tuan Wong."

Pria tampan itu tidak menjawab, ia tetap berjalan lurus dengan wajah dinginnya.
Sekilas ia melirik jam tangannya, sudah pukul tepat 1 dini hari.

"Sial." kutuknya.

Langkah kakinya semakin ia percepat, ia melesat menaiki tangga menuju lantai dua.
Sesampainya di lantai dua, Lucas berlari melewati lorong besar, menuju kamarnya dan Hendery.

Yang dipikirannya saat ini hanya Hendery. Ia benar-benar pulang sangat larut malam, dan membiarkan Hendery sendirian.
Bahkan ketika Hendery sendiri yang memintanya pulang

Lucas merasa sangat bersalah.

Pintu mahoni tersebut tidak terkunci. Tidak akan pernah terkunci sampai ia pulang, Lucas tahu itu.
Hendery selalu menunggunya, entah selelah apapun, entah kantuk sudah menghantamnya berulang kali.

Dibukanya dengan sangat perlahan, ia mengintip dari celah kecil pintunya.

Lelaki bersurai hitam itu terbalut selimut tebal, terbaring tanpa suara di ranjang. Lucas kemudian masuk, sembari menjaga langkahnya agar tak bersuara banyak.
Ia berdiri disamping ranjang, tubuh kurus Hendery membelakanginya, Lucas tidak tahu ia sedang tidur atau tidak.

Clair De LuneWhere stories live. Discover now