Ch 8 - Accommodate

1.9K 455 181
                                    

Icarus POV

Matahari bersinar menyeruak masuk melalui jendela balkon yang transparan. Membuatku mengernyitkan wajah karena cahayanya begitu menyilaukan. Aku membuka satu mataku dan melihat jendela kamar yang sudah terbuka setengah membiarkan cahaya mentari masuk serta kain gorden kamarku yang telah terikat rapi di sudut kanan kiri.

Hm? Perasaan semalam aku sudah menutup jendela dengan gorden sebelum tidur. Siapa yang menyingkapnya?

Mau tidak mau aku beranjak bangun dari tempat tidur. Kakiku melangkah ke balkon kamar. Dengan kedua tangan kusandarkan di atas pagar balkon, aku memandang lurus ke depan.

Bunyi kicauan burung, pemandangan hijau di pekarangan rumah, angin yang bertiup sepoi-sepoi menggerakkan lonceng angin untuk berbunyi riang. Suasana pagi yang begitu nikmat.

"Ah~ menyejukkan sekali," gumamku sembari meresapi suasana. Memang menghirup udara pagi itu paling cocok untuk menenangkan pikiran yang kalut.

Aku memandangi jalanan depan gang yang begitu ramai orang berlalu-lalang. Aku tidak tahu pukul berapa sekarang tapi sepertinya sudah lumayan siang. Keadaan rumah juga rasanya sepi sekali, apa semuanya pada pergi?

Aku berbalik masuk ke dalam kamar, menutup pintu balkon. Kulirik sebentar ke arah jam dinding yang terpasang di dinding kamarku. Waktu menunjukkan pukul 09:25 AM.

"Astaga! Ternyata sudah hampir menjelang siang. Dasar tukang tidur kau, Icarus!" gumamku sembari menepuk pelan kedua pipiku.

Lalu aku bergegas pergi ke kamar mandi seraya melepaskan piyama, "Berendam air panas di bathub saja lah," kataku sambil bersenandung ria menyalakan kran air mengisi bak mandi. Aku lalu melihat perlengkapan mandi yang tersusun rapi di rak khusus.

"Pakai wewangian aromatherapy ini kalau kau sedang capek, ini dapat menenangkan saraf. Kalau ini untuk lulur agar badanmu bersih dari sel kulit mati, dan terakhir sabun ini banyak busanya jadi pakai sedikit saja ke dalam bak atau kau akan kesusahan membilas tubuh yang penuh sabun nanti." Perkataan Elina selalu terngiang-ngiang dalam pikiranku.

Aku mengambil wewangian aromatherapy lavender dan menuangkannya sedikit ke dalam bak air. Mengaduk-aduk pelan agar tercampur merata. Lalu perlahan aku memasukkan kaki dan duduk bersandar dalam bathub.

"Aah~"

Kupandangi langit-langit kamar mandi. Banyak sekali pikiran yang berkecamuk dalam otakku. Selama seminggu ini, Elina beserta dua saudaranya telah merawat dan memberikanku tempat tinggal. Mereka bahkan tidak merasa jijik dengan status anak haram yang melekat padaku.

"Aku harus menjadi orang yang baik dan tidak merepotkan mereka terutama gadis itu, Elina," kataku sendiri. Namun, aku merasa mulutku tidak cocok mengatakan hal baik itu.

Aku tidak tahu kenapa aku bisa terdampar di dunia ini dengan segala hal aneh yang belum pernah kulihat di dunia asalku. Aku merasa takjub sekaligus ngeri karena hal itu di luar pikiran.

Aku tidak ingat kegiatanku di duniaku dulu sebelum terbangun di dunia ini. Apa yang sedang kukakukan waktu itu? Mempelajari sihir pemutar waktu secara terlarang? Atau apa aku hilang ingatan? Berapa usiaku saat ini? Tapi satu-satunya yang bisa kurasakan dengan jelas adalah rasa sakit seperti tertikam pedang terasa begitu nyata di bagian perutku.

Aku menyeringai sekilas, sebagai pangeran kekaisaran yang terlahir dari seorang budak karena kesalahan satu malam membuatku sudah terbiasa menjadi incaran oleh para istri kaisar yang benci dengan kelahiranku yang haram. Mungkin aku pernah terluka karena ditusuk benda tajam itu.

Aku menenggelamkan seluruh tubuhku termasuk kepalaku ke dalam air. Menyenangkan bisa menikmati waktu bersantai seperti ini tanpa was-was dengan pembunuh bayaran di sekitar rumah. Sepertinya aku akan aman di sini.

Penjahat Keluar Dari Game (On Hold)Where stories live. Discover now