Ch 22 - Bully (1)

655 157 40
                                    

Paras Elina memang rupawan tapi penampilannya terkesan culun. Sebenarnya dia sendiri juga merasa dirinya terbilang good looking karena gen dari Ibunya. Namun, karena lingkungan yang begitu asing membuat kebiasaan lamanya aktif kembali yaitu selalu menyembunyikan tampilan aslinya.

Kacamata yang selalu dia pakai membuatnya seolah mempunyai perisai pelindung. Gadis itu merasa nyaman apabila terdapat sesuatu yang menutupi wajahnya. Untuk rok seragamnya, dia tidak begitu terbiasa di atas lutut. Di Indonesia aturan rok seragam harus di bawah lutut, jadi dia terbiasa memakai rok di bawah lutut.

Elina juga tidak terbiasa memoles wajahnya dengan make-up, dia hanya melapisi wajahnya dengan krim pelembab saja dan lip balm untuk mencegah bibir kering. Dia masih tergolong seorang gadis remaja yang polos.

"Kau tidak bisa menggambar alis? Masa?" tanya Ryujin menyipitkan matanya.

Elina mengangguk pelan. "Iya."

"Tapi alismu sudah gelap dan terbentuk dengan bagus loh. Kukira kau menggambarnya," sambung Ryujin seraya menyentuh alis Elina.

Elina terkekeh mendengarnya.

❇️❇️❇️

Siang ini udara cukup menyengat, mendekati musim panas banyak sekali orang mendinginkan tubuh mereka dengan menggunakan AC atau kipas. Angin semilir yang bertiup terkadang juga terasa panas bukan sejuk.

Sekelompok manusia tengah berkumpul bersama. Ada yang mengisap permen lolipop, ada yang bermain game, dan ada yang saling bersandar mesra. Gudang belakang sekolah yang tidak terpakai menjadi markas mereka. Terdapat sebuah kipas besar yang terpasang di atas langit-langit gudang tersebut.

"Ada berita apa selama aku tidak masuk?" tanya seorang laki-laki dengan wajah dinginnya. Tangannya sedari tadi memutar pulpen berwarna hitam.

"Tidak ada yang bikin heboh. Tapi aku mendengar dari angkatan bawah kita kedatangan murid baru dari negara lain," sahut seorang perempuan yang menjeda permainan ponselnya sejenak.

Masih berpenampilan datar, pria itu menaikkan satu alisnya. Terdengar helaan nafas lembut darinya. "Oh ya? Perempuan atau laki-laki?"

"Perempuan. Gadis kecil itu berasal dari salah satu negara di Asia Tenggara," sahut temannya yang sudah mengemut habis lolipop lalu membuang tangkainya sembarangan.

"Kau jorok! Buanglah di tempat sampah, sialan!" umpat salah seorang dari mereka.

Lelaki itu, Kang Jimin, mendadak tersenyum miring di wajah dinginnya. Dia bangkit berdiri lalu bersandar di meja yang dia duduki tadi.

"Bagaimana rupanya?"

"Culun. Tapi kelihatannya cantik juga, apalagi namanya begitu unik. Piggy kan?" kata Jang Seohun—pria yang mengemut lolipop.

"Masih cantikkan aku ih," timpal teman lainnya yang beranjak berdiri dari sandaran pacarnya, namun ditarik duduk kembali oleh sang pacar.

Jimin menyeringai, "Bagaimana kalau kita taruhan? Seperti yang kalian tahu kalau aku adalah pria paling tampan di sekolah ini yang dengan mudah menaklukkan beberapa gadis sekali pun."

Seohun menepuk pundak temannya itu. "Si licik ini, idemu bagus juga. Kalau Jimin kalah, dia harus traktir kelompok ini selama seharian penuh! Tapi kalau dia menang, kami akan melayanimu bak seorang raja selama 3 hari. Bagaimana?"

Temannya yang lain mengangkat tangannya semua setuju, kecuali seorang gadis yang sedari tadi asik memainkan game di ponselnya.

"Lebih baik kita fokus belajar untuk kelulusan. Kita kan sudah kelas 12," ujar gadis yang sedang main game itu tanpa menatap teman-temannya.

Penjahat Keluar Dari Game (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang