Ch 20 - Sentire Queer

931 208 169
                                    

"Aku dan Suho Hyung sudah membereskan para netizen yang membuat komentar buruk. Ya seperti yang kau perkirakan, mereka semua meminta damai dan menyesal," ucap Hyunjin sembari menyuap sepotong kue cokelat ke mulutnya sendiri.

"Terima kasih." Elina tersenyum tipis lalu mendesah lega.

"Tapi El, kau benaran tidak apa-apa?" tanya Hyunjin khawatir.

Pasalnya, dulu Elina pernah mendapatkan teror komentar jahat di akun sosial media pribadinya berturut-turut selama seminggu penuh. Dan itu membuat Elina stres karena ponselnya berbunyi terus tanpa jeda setiap hari. Sampai membuat dia melempar ponselnya dari lantai dua dan pastinya ponsel tersebut berakhir tragis.

"Aku baik-baik saja. Aku sudah lebih kuat daripada dulu," ucap Elina menenangkan Hyunjin.

Hyunjin menghela nafasnya. "Baiklah, kalau ada apa-apa segera hubungi aku atau Suho ya?" kata Hyunjin sembari berpindah ke sebelah Elina dan menangkup kedua tangan gadis itu.

"Siap, Pak!" balas Elina dengan mengangkat tangan ke kepala seperti gerakan hormat.

Hyunjin terkekeh melihatnya. Aku tahu kau memang menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Tunggu waktunya sampai aku berani mengungkapkan perasaan ini.

Pria dengan poni terbelah itu takut pertemanan yang sudah terjalin lebih dari 10 tahun itu akan rusak gara-gara perasaan yang tidak bisa dia tahan. Bahkan dia harus menahan rasa cemburu melihat Elina dengan pria lain.

Namun, yang membuatnya lega adalah bahwa Elina sebenarnya tidak serius dengan para pria itu. Malahan mereka yang mengejar-ngejarnya dan Elina yang merasa kasihan serta tidak enak memutuskan menerima mereka. Nyatanya beberapa dari mereka memang ingin mencari popularitas semata dengan memanfaatkan gadis itu. Ya itu untungnya semua sia-sia belaka karena Elina tidak mempunyai perasaan dalam pada para pria itu.

"Hyun, sepertinya aku tidak normal deh. Bagaimana bisa aku tidak jatuh cinta pada pacar sendiri?" ucap Elina bingung seraya memutar kursinya.

"Hah? Kau penyuka sesama jenis?" tanya Hyunjin terkejut. Kertas-kertas yang sudah dia susun terjatuh dari pegangannya.

Elina mendelik tajam kepadanya. "Ish! Aku tidak melenceng! Hanya saja ada yang salah dengan jantung ini, dia bahkan tidak berdebar sama sekali melihat mereka. Tapi bukan berarti jantungku berdebar melihat perempuan ya," tuturnya seraya menunjuk letak jantungnya.

Hyunjin terkekeh kecil dan memungut kertas yang berserakan di lantai. "Mungkin mereka semua bukan jodohmu jadi kau tidak berdebar."

"Hm, betul juga. Tapi aku seperti merasa hatiku ini dirantai dan disegel oleh sesuatu seperti sebuah sihir. Ini pemikiran yang kekanakan. Mana mungkin ada sihir di dunia maju ini, ya kan?" ujar Elina sembari membuang nafas kasar.

"Hahaha. Kau benar, itu pemikiran kekanakan yang kuno," tawa Hyunjin yang meletakkan tumpukan dokumen ke atas meja Elina.

Elina mengambilnya lalu memeriksa halaman per halaman seraya berkata, "Tapi aku benar-benar merasakan terikat sesuatu, Hyunjin."

"Mungkin itu hanya perasaanmu saja. Abaikan saja dan fokus dengan tujuanmu." Hyunjin duduk di pinggir meja Elina dan menatap lekat gadis itu.

Lalu pria itu menyunggingkan senyum lebarnya. "Kalau aku bagaimana? Apa berdekatan denganku membuat dirimu berdebar?" tanya Hyunjin seraya memainkan rambut panjang Elina yang tergerai.

"Tidak. Aku sama sekali tidak berdebar di dekatmu," jawab Elina datar tanpa melihat Hyunjin.

Jederr! Bagaikan tersambar petir di siang bolong, gerakan memainkan rambut gadis itu terhenti seketika. Hatinya mendadak sakit mendengar jawaban secepat kilat dari sahabat sekaligus atasannya itu.

Penjahat Keluar Dari Game (On Hold)Where stories live. Discover now