20. Selangkah Lagi

306K 32.3K 13.2K
                                    

"Kalo lo emang nggak sanggup lagi untuk bertahan, silakan lepas gue secara perlahan."

— Raga Aditama

°
°
°

[BAGIAN DUA PULUH]




|RAGA POV
Lelaki normal mana pun pasti akan tertarik pada gadis yang kini berstatus sebagai istri gue. Aira, perempuan baik hati yang gue sendiri nggak tau dia ini diciptakan dari tanah apa.

Selain cantik, dia juga perempuan tersabar yang pernah gue temuin setelah nyokap.

Kadang gue ngerasa kasihan sama Aira. Entah kenapa sampai saat ini hati gue masih belum rela untuk mengikhlaskan Aletta.

Suatu saat nanti, mungkin aja Aira akan mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari gue. Meskipun gue sendiri yakin, hanya gue lah yang terbaik.

Gue berharap mama sama papa nggak terus-menerus memaksa gue untuk mempertahankan rumah tangga ini.

Ada Keenan, sahabat gue yang tulus mencintai Aira. Gue pernah bilang sama dia, "...gue nggak sejahat itu dengan ngerebut barang yang udah jadi milik lo."

Ada 2 penyesalan di saat gue mengatakan hal itu. Pertama, gue menyebut Aira dengan sebutan 'barang yang udah menjadi milik Keenan.' Padahal gue sendiri tau, Keenan hanya sekadar mencintai Aira dalam diam, dia nggak pernah gentle dengan mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan di hadapan Aira. Gue juga yakin, sampai saat ini Aira masih belum tau tentang perasaan Keenan yang sebenarnya.

Penyesalan kedua, gue udah kemakan omongan gue sendiri. Jujur, gue ngerasa bersalah banget sama Keenan. Kadang gue berpikir, gue cuma menikahi Aira tanpa rasa cinta, apa hal ini bisa disebut dengan merebut? Bisa aja kan Aira juga nggak punya perasaan apa pun terhadap gue. Atau bahkan, sebelum menikah dengan gue, Aira udah punya pacar.

Masalah perasaan siapa yang tau sih?

Arghhh. Gue bener-bener bingung. Gue mencintai Aletta, tapi gue malah menikah dengan Aira. Perempuan berinisial A amat sangat meresahkan.

Aira perempuan baik, bahkan sangat baik. Entah kenapa kekosongan di hati gue belum bisa menerima kehadiran dia.

Kita emang pisah ranjang, bahkan tidur sekamar pun bisa dihitung dengan jari, mungkin 3 kali. Disaat mama nginep di apart gue, waktu acara makan malam di rumah ortu, dan waktu gue khilaf selepas mabuk karena ulah Alan.

Nggak tau kenapa waktu nginap di rumah ortu, gue males banget liat muka Aira. Gue lagi nggak pengen tidur seranjang sama dia. Cukup dua kali doang kita tidur di atas ranjang yang sama. Gue nggak mau lagi.

Aira dengan segala kepolosannya mau mau aja nurutin perintah gue untuk tidur di karpet bulu.

"Harus banget tidurnya pisah? Kenapa nggak seranjang aja kayak waktu itu, Ga?"

"Gue jijik sama lo, sana jauh-jauh!"

Gue mengelus dada sendiri, nggak nyangka ucapan kotor itu bisa keluar dari bibir gue.

Aslinya gue nggak sejahat itu kok, gue cuma takut aja kalo semisal kita tidur bareng, malah berakhir dengan proses pembuatan Raga junior.

Gue jaga-jaga, takut kebablasan. Mau bagaimana pun juga gue itu lelaki normal, hasrat untuk berhubungan badan pasti punya. Apalagi sekarang gue udah punya istri, yakali nggak sabi bro.

Tapi ya, gue nggak segoblok itu dengan ngajak Aira berhubungan badan hanya untuk memuaskan nafsu doang. Gue mau melakukannya didasari dengan rasa cinta. Namanya juga bercinta, kalo dengan nyatuin doang mah ya namanya bersatu.

RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang