58. Raga Kenapa?

317K 27.5K 33K
                                    

"Akan ada pelangi setelah hujan badai yang begitu lebat, pasti."

— Raga Aditama

°
°
°

[BAGIAN LIMA DELAPAN]




"Jadi Leon itu sahabat kamu?" tanya Aira sembari menggerakkan jari-jari mungilnya, membuat pola abstrak di atas dada bidang Raga.

"Iya, waktu itu kamu sempat ngeliat foto di kamar aku, kan? Nah itu tuh ada Aletta sama Leon juga," ujar Raga menyisiri rambut Aira dengan tangannya.

"Yang cowok di sebelah kanan, ya?"

"Kok yakin banget yang di sebelah kanan?"

Aira mengulum senyumnya, "kan, yang di sebelah kiri suami aku."

Tangan Raga bergerak mencubit pipi cabi Aira. "Istriku tau banget yang mana suaminya."

"Ga, gak kebayang deh kalau bayi yang dikandung Aletta beneran anak kamu."

"Gak kebayang juga kalau kemarin Leon gak nemuin aku, bisa tiap hari kamu bikinin dia susu ibu hamil, Ra."

"Mana bisa Aletta hamil anak aku, sementara bibit kecebongnya kan ada dalem perut kamu."

Aira menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Raga. "Kamu kalau kita lagi berduaan gini yang dibahas kecebong mulu, Ga. Kan, aku jadi malu tau."

Raga mendekap Aira dengan sangat erat, "aish! Lucu banget, pengen aku bungkus pake selimut."

※※※

Aira mengerjapkan matanya beberapa kali, kenapa berisik sekali di kamar mandi?

Aira menyingkap selimutnya, melihat jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul 4 shubuh.

"Huek huek huek."

"Astaghfirullah." Aira berlari ke kamar mandi, melihat Raga yang sedang memuntahkan isi perutnya di wastafel.

Aira menekan tengkuk Raga, kemudian memberikan tisu pada cowok itu. "Masih mual, Ga?"

Raga menyenderkan punggungnya pada dinding kamar mandi. "Mual banget, tapi yang aku muntahin dari tadi cuma air doang."

Aira membawa Raga untuk duduk di atas kasur. "Tunggu di sini ya, mungkin kamu masuk angin, aku bikinin wedang jahe dulu."

Raga memeluk pinggang Aira. Entah kenapa hari ini dirinya begitu lemas, juga cowok itu ingin selalu berada di dekat Aira. "Di sini aja, aku pengen manja-manjaan sama kamu."

"Tapi–"

Mata Raga berkaca-kaca, "plis, Ra. Disini aja ya temenin aku."

Aira mengelus rambut Raga, biasanya jika sedang sakit Raga tak pernah semanja ini. "Yaudah, kamu benerin posisi dulu."

Raga membetulkan posisinya, disusul Aira yang tidur di sebelah Raga. "Kamu istirahat ya, Ga. Masih ada waktu sampai nunggu adzan subuh."

Raga tersenyum, mulai memejamkan matanya sembari memeluk Aira.

※※※

Raga menutup hidungnya, kala Aira meletakkan semangkuk sup hangat di hadapannya.

"Kenapa, Ga?"

"Baunya nggak enak banget, Ra."

Aira mencium aroma sup, perpaduan bawang goreng di atas kuah membuat aroma supnya semakin sedap. "Enak gini kok, Ga."

RAGA: BADBOY IS A GOOD HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang