ANTARA KITA (5)

708 97 3
                                    

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, Chanyeol baru saja selesai mengikuti les musik di sebuah studio dan hendak berjalan pulang.

Awalnya Chanyeol berpikir bahwa ada sekelompok orang mabuk yang tengah berkelahi saat ia mendengar sayup-sayup suara keributan dari kejauhan, lalu Chanyeol segera berlari mendekat saat ia melihat sekumpulan orang itu yang ternyata tidak asing untuknya, yakni Loey dan anak-anak lain yang berada di dalam satu geng yang sama tengah merundung seorang lelaki mungil yang tentunya sangat Chanyeol kenal.
Ya, siapa lagi jika bukan Baekhyun? Bahkan Chanyeol juga melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Seju tengah menginjak perut Baekhyun yang telah tergeletak lemah di jalanan.

"Selain di sekolah, apa kau juga akan ikut campur dengan urusan yang bukan urusanmu di luar sekolah?" Ucap Loey yang merupakan pemimpin geng anak-anak nakal itu, tapi yang Loey dapatkan justru sebuah pukulan keras pada rahangnya alih-alih mendapat sebuah jawaban atas pertanyaannya.

"Pergi atau aku menelpon polisi?" Chanyeol meraih ponsel di sakunya, tapi belum sempat ia menelpon polisi, anak-anak nakal itu telah lebih dulu berhamburan pergi dengan banyaknya umpatan yang keluar dari mulut mereka.

"Sepertinya aku membuat mereka kesal." Baekhyun mencoba menjelaskan sesuatu yang tidak Chanyeol tanyakan dengan kesadaran yang nyaris hilang.

"Aku pikir mereka sudah tidak mengganggumu lagi, tapi ternyata mereka masih saja seperti itu? Kenapa kau tidak pernah cerita padaku?" Chanyeol mengggendong Baekhyun di punggungnya untuk duduk di depan sebuah toserba yang tidak jauh dari tempat kejadian perkara.
"Tunggu sebentar oke." Chanyeol meninggalkan Baekhyun untuk masuk ke dalam toserba  dan kembali dengan sebotol air meneral dan beberapa obat di tangannya.

"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?" Baekhyun menepis tangan Chanyeol yang hendak mengusap darah segar yang mengalir di pelipisnya.
"Awalnya kau terus mengikutiku dengan alasan kau hanya ingin kita berteman." Baekhyun menjeda kalimatnya untuk mengatur nafas. "Lalu setelah kita berteman, kau memutuskan untuk menjaga jarak hanya karena aku pernah bilang bahwa aku tidak menyukai orang kaya, padahal aku tidak pernah mengatakan bahwa 'semua' orang kaya itu sama saja."Baekhyun kembali mengatur nafasnya ia sempat terbatuk karena rasa sesak di dadanya.
"Dan sekarang? Tiba-tiba kau berada di sini, bertanya padaku kenapa aku tidak pernah mengadu tentang perlakuan mereka padaku, membawaku kesini untuk kau obati seolah kau masih peduli padaku?" Baekhyun menggeleng tidak mengerti dengan sikap lelaki yang berada di hadapannya itu.
"Kenapa kau selalu bertindak sesukamu? Apakah mempermainkan orang sepertiku adalah sesuatu yang menyenangkan untukmu?" Cecarnya. "Pergilah, aku bisa mengurus diriku sendiri."

Chanyeol hanya terdiam untuk mendengarkan semua rentetan kalimat yang Baekhyun ucapkan, ia bahkan tidak membuat pembelaan karena semua hal yang Baekhyun ucapkan adalah sebuah fakta, kecuali satu hal, ia sama sekali tidak pernah perpikir untuk mempermainkan lelaki mungil itu.

"Apa menurutmu aku adalah anak yang perlu dikasihani? Atau memang di matamu aku ini hanyalah seorang anak yang sangat lemah? Atau-"

"Ya, kau memang anak yang lemah di mataku."
Chanyeol memotong kalimat yang belum selesai Baekhyun ucapkan.
"Sangat lemah sampai membuatku berpikir untuk selalu berada di dekatmu. Sangat lemah sampai membuatku berpikir untuk selalu melindungimu. Sangat lemah sampai membuatku selalu mengkhawatirkanmu meskipun sebenarnya tidak ada hal apapun yang terjadi padamu." Kini Baekhyun yang hanya terdiam mendengarkan semua itu.
"Lalu apakah aku salah? Apakah aku salah jika aku menyukaimu hingga tanpa sadar aku selalu bertindak semauku?"

"Huh?" Selain terkejut, Baekhyun juga tidak mengerti.

"Ya, aku menyukaimu." Akhirnya Chanyeol memilih untuk mengakui perasaannya setelah sebelumnya ia berpikir untuk tidak akan menyatakan perasaannya.
"Aku memilih untuk menjauh karena kupikir kau akan berpikir bahwa aku akan mewarisi sifat buruk yang dimiliki oleh ayahku."

"Maaf, aku tidak bermaksud menilaimu seperti itu." Baekhyun menunduk. "Aku hanya menceritakan tentang apa yang pernah ibuku ceritakan padaku, lalu kau sendiri yang berpikir bahwa aku akan menilai bahwa kau akan menjadi lelaki yang sama seperti ayahmu."

"Baiklah, aku mengaku salah. Aku yang salah karena terbawa perasaan atas cerita yang kau ceritakan padaku." Chanyeol menggeser posisi duduknya agar menjadi sedikit lebih dekat dengan Baekhyun. "Maafkan aku? oke?." Kini tangannya bergerak membersihkan darah di pelipis Baekhyun tanpa penolakan.
"Apakah kita bisa menjadi teman lagi?" Tanyanya.

"Tentu." Baekhyun menjawab singkat sambil menahan nyeri di pelipisnya yang mulai Chanyeol obati dengan obat luka.
"Kupikir kau menjauh karena pada akhirnya kau berpikir bahwa orang sepertiku tidak layak untuk kau jadikan teman." Ucap Baekhyun lagi setelah Chanyeol menempelkan sebuah plester pada lukanya.

"Memang tidak pantas." Ucapan Chanyeol itu membuat Baekhyun kembali terkejut. "Ku bilang aku menyukaimu. Jadi, ayo kita berpacaran saja."

"Huh?"

"Iya, tolong izinkan aku untuk menjadi pacarmu."

Baekhyun tidak menjawab, tapi ia mengangguk kecil dan Chanyeol melihatnya.

Malam itu keduanya berbaikkan, tidak hanya sebagai seorang teman, tapi mencoba sebuah hubungan baru berupa 'pacaran' yang diawali dengan sebuah ciuman.

(To be continue....)

CHANBAEK DAILY ROMANCE (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang