Chapter 5

803 139 31
                                    

Mereka berempat duduk diam disofa sambil berpandangan satu sama lain. Solar menaikkan kacamatanya, menatap kesal 3 orang dihadapannya. "Jadi, kalian nggak tahu gimana caranya?"

Mereka menggeleng, Gempa cengengesan. "D-dia datang begitu saja malam itu."

Solar menghela nafas kasar. Menyender disofa lalu memicit dahinya.

Penampilan Solar sekarang tidak seperti sebelumnya. Ia sempat merapikan diri sebelum mengikuti Gempa. Mau bagaimanapun, penampilan itu penting, ya kan?

Mereka tampak mencari solusi. Cara agar Taufan muncul ke hadapan mereka. Malam itu selesai makan, Taufan pergi setelah melambaikan tangan kepada mereka bertiga. Ia menghilang begitu saja setelah loncat entah kemana di kegelapan malam.

Dan mereka tidak tahu cara membuat Taufan memunculkan diri lagi.

Singkatnya, Solar datang kesini untuk bertemu Taufan namun mereka sendiri bingung bagaimana cara memanggil Taufan.

"Begini saja, coba kak Gempa panggil namanya. Mana tahu dia muncul kan?" Blaze memberi saran. Namun ditanggapi dengan kerutan dahi oleh mereka berdua. "Semudah itu?"

"Coba aja dulu."

"Tapi kurasa dia nggak akan muncul deh. Sekarang desa ini ramai, nggak bakalan dia muncul gitu aja didepan rumah kita." Ice menggeleng. Merasa bahwa hal seperti itu tidak mungkin. Mereka lalu berpikir lagi.

Solar berdiri. Menarik atensi mereka untuk melihat ke arahnya. "Ikuti aku, mungkin cara ini akan bekerja."

.

.

.

"Beneran gak apa disini? Kalo kita diserang bagaimana?" Blaze sedikit menolak cara Solar untuk memanggil Taufan datang. Namun Solar tersenyum dengan sombong. "Orang yang bermusuhan dengan buku, lebih baik diam saja."

"Oi!!" Blaze tidak terima. Ia ingin memukul kepala Solar namun lebih dulu dihadang oleh Ice. Mereka tidak ingin ada masalah pertengkaran dulu saat ini.

Mereka berempat sekarang berada jauh dari desa. Tepatnya berada di sebuah lapangan hijau luas yang berada jauh setelah memasuki hutan. Namun tentu saja ini adalah hutan yang berbeda dengan tempat dimana Gempa pergi sebelumnya. Ini adalah hutan satu lagi, hutan yang cukup aman karena berada di sebelah desa mereka.

Ditengah tanah lapang hijau yang luas itu mereka berdiri. Menunggu intruksi Solar agar mereka bisa memanggil Taufan. Namun tentu saja ini belum tentu berhasil.

"Sekarang coba kak Gempa berteriak memanggil namanya." Solar mengkomando. Gempa tampak tak yakin, "Kau yakin dia akan datang dengan cara seperti itu?"

Solar mendengkus kecil. "Iblis itu tidak jauh berbeda dari hewan, mereka hanya sedikit pintar, itu saja." Manik kelabu yang ditutupi visor itu menatap Gempa. "Lakukan saja."

Gempa menghela nafas pasrah. "Baiklah."

Gempa berdiri agak jauh dari mereka bertiga. Menarik nafas dalam. Lalu berteriak kencang.

"TAUFAAAAAN!!"


Hening.

Mereka menunggu kelanjutan yang akan terjadi namun sepertinya terlalu cepat. "Sepertinya tidak berhasil ya?" Blaze bingung, tidak menemukan ada hal yang terjadi.

Tiba-tiba angin berhembus. Cukup kuat untuk menerbangkan daun-daun yang berada ditanah. Rumput-rumput dan pepohonan bergoyang pelan.

Tiba-tiba Ice sedikit tersentak. "Dia datang!"

Saat itu, angin berhembus makin kencang dan membuat mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi.

"A-apa ini!?" Blaze panik. Ia bahkan tidak tahu dimana letak yang lain. Mereka mencoba melihat namun debu-debu yang berterbangan membuat mereka tak sanggup membuka mata.

『 Takdir 』 BoBoiBoy ✔Where stories live. Discover now