Chapter 14

694 121 8
                                    

Lelaki bersurai ungu itu berjalan pelan mengelilingi koridor rumah Solar sendirian. Ia memperhatikan sekeliling dengan seksama, termasuk foto-foto keluarga yang tergantung di bagian-bagian dinding koridor rumah. Sekali lihat, Fang paham, pemilik rumah ini dulu sudah punya istri namun menikah lagi meski Fang tidak tahu alasannya apa. Meski Fang adalah mata-mata, sepertinya ia tidak perlu mencari tahu tentang pernikahan orang lain. Lagipula hal itu wajar bagi seorang baron kaya raya atau bangsawan kelas atas.

Fang merasa lelah. Ia menapaki kakinya lebih jauh masuk ke dalam rumah untuk istirahat di kamar. Meski telah berkeliling, ia belum menemukan sesuatu yang janggal.

Fang menghela nafas. Ia tahu, pekerjaannya takkan jadi semudah itu. Merpati milik Ocho akan datang malam ini, itu berarti ia harus melaporkan apa yang ia lihat hari ini. Ia harap bisa menaruh kertas kosong saja disana karena tidak mendapatkan apa-apa.

"Kalau ngantuk tidur aja."

Langkah kaki Fang terhenti di depan sebuah kamar. Ia menoleh, ia yakin mendengar suara dari dalam kamar itu. Fang melihat kanan dan kiri, memastikan tidak ada seorang pun di dekatnya. Ia lantas melangkah mendekati pintu tersebut dan menaruh kupingnya dekat dengan pintu kamar, mencoba menguping.

"Mau dibacain dongeng lagi?"

Fang tahu suara itu. Suara yang tegas namun lembut itu. Itu suara Gempa, adik dari Halilintar, teman kakaknya. Gempa sedang berbicara dengan seseorang di dalam sana.

"Taufan tidur aja, jangan kemana-mana. Gempa racik obat ya?"

"Taufan?" gumam Fang lirih.

Ia ingat dengan jelas informasi yang diberikan sebelumnya oleh kakaknya. Mengenai Taufan, lalu ciri-ciri iblis yang menjadi buronan itu. Entah mengapa, firasat Fang mengatakan bahwa Taufan dan iblis itu jelas berhubungan.

Taufan yang diceritakan oleh Kaizo saat itu. Teman Gempa dan yang lain, namun mati dimakan oleh iblis buronan itu. Namun Fang jelas merasa aneh, lalu siapa Taufan yang disebut-sebut oleh Gempa di dalam kamar.

Bukankah Taufan sudah mati?

Fang berhenti menguping. Sejak tadi saja yang terdengar hanya suara Gempa. Lalu suara benda jatuh entah apa saja. Dan bunyi racikan tumbuhan yang ditumbuk.

Fang merasakan ada sesuatu di dalam. Dan firasat itu mendorong Fang untuk masuk ke dalam kamar Gempa.

Fang meraih kenop pintu. Memutuskan untuk masuk.

"Ayo Taufan! Kalo gak diminum nanti gak sembuh!"

Suara Gempa lagi.

Tapi kenapa hanya ada suara Gempa?

"Apa yang sedang kau lakukan?" Seorang pemuda bermata merah membara menahan tangan Fang yang hendak membuka kenop pintu. Blaze menatap sinis pemuda di hadapannya ini. Fang langsung melepaskan genggamannya dari kenop pintu. Mencari alasan agar lepas dari tatapan curiga milik Blaze.

"Tidak, hanya... Kudengar Gempa berbicara sendirian." Fang memasang tampang datar. Ia hanya harus pura-pura tidak tahu apa-apa mengenai kejadian iblis dan segala hal yang terjadi tentang keluarga mereka.

Blaze menghela nafas. Memasang wajah sendu. "Kak Gempa memanggil-manggil nama Taufan kan?"

"Uh, iya."

Blaze menunduk. Tatapannya tak setajam tadi. Ia bahkan memasang raut wajah kesal dan sedih. Yang membuat Fang lantas mengerutkan dahi karena bingung. "Kak Gempa itu masih belum rela, makanya dia begitu." Blaze menepuk pundak Fang dua kali sembari berjalan melewatinya. "Terbiasalah, jangan singgung nama Taufan di depannya."

『 Takdir 』 BoBoiBoy ✔Where stories live. Discover now