EPILOG

782 145 74
                                    

"GEMPA! LARII!!"

"KAK! KAKAAAK!!"

"Maaf ... aku ... aku ..."

"GEMPAAAAA!!"

"AAAAAAAA!!!!"

Manik keemasan itu terbelalak bangun dari tidurnya. Tubuh kecil itu berkeringat, disertai degup jantung yang cepat. Ia mengambil nafas perlahan dan mengembuskannya.

Angin sepoi-sepoi menerbangkan gorden kamar. Jendela terbuka dan sinar mentari masuk menembus kamar. Ia menoleh ke samping, tidak menemukan keberadaan dua saudaranya yang lain.

Ia memegangi leher dengan kedua tangan kecilnya. Wajahnya horor. Ia teringat dengan mimpinya semalam.

Mimpinya terasa sangat nyata. Seolah itu adalah ingatan lama yang kembali. Sensasi nyata tersebut membuat bulu kuduk Gempa berdiri.

Di mimpi yang ia jalani itu. Setelah Taufan sebagai iblis mengorbankan diri dan mereka melarikan diri dari kejaran pasukan kerajaan. Akhirnya mereka tertangkap.

Ice tidak bisa berbuat apa-apa saat tertangkap. Halilintar terus memberontak dan menyuruh Gempa melarikan diri. Namun saat itu juga, ada salah satu prajurit yang menebas kepala Gempa.

Menyadari kepalanya yang sekarang masih utuh, ia lantas mengembus nafas lega. Jantungnya masih berdebar karena kaget.

"Ingatan masa lalu," gumamnya.

Gempa langsung saja turun dari ranjangnya. Melihat jam di atas nakas, ternyata sudah jam 8 pagi. Beruntung ini hari minggu. Gempa merasa tidak nyaman karena bangun telat.

Gempa berjalan keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah untuk mengambil minum. Ia menemukan sang kakak pertama, Halilintar tengah duduk di meja sembari memakan sarapannya.

"Pagi kak Hali."

Halilintar menoleh. Lalu mengangguk singkat. "Pagi."

Gempa bergegas mengambil air putih dan meminumnya. Ia lalu ke kamar mandi untuk mencuci muka.

"Gem, kamu gapapa?"

Gempa melihat sang kakak dengan bingung. "Eh? Kenapa?"

Halilintar menunjuk ke arah mata Gempa yang terlihat sembab. "Kau habis menangis."

"Uh oh." Gempa mengusap kedua matanya sambil terkekeh. "Hanya mimpi buruk."

Halilintar hanya menatap Gempa sebentar, lalu kembali fokus pada sarapannya.

"Ice dimana?" tanyanya. Halilintar menunjuk ke pintu keluar dengan dagu. "Tadi Thorn datang dan minta ditemani, karena Solar sedang sibuk."

"Oh begitu." Gempa sudah hapal soal hal itu. Tetangga mereka, Thorn dan Solar. Thorn sering memilih untuk main di sini karena Solar selalu sibuk dengan pekerjaannya. Mengajak main Ice sedangkan Ice sendiri selalu tertidur.

"Oh iya, tadi Fang menelepon, dia minta tolong kirimkan berkas dokumen kemarin ke dia karena ada beberapa yang harus diperbaiki." Halilintar selesai dengan sarapannya. Ia mengambil jaket dan pergi.

"Oke, eh Kak Hali mau kemana?"

"Cari udara segar."

.

.

.

Gempa berdiam di satu tempat karena kata adiknya, Ice, sedang menunggu seseorang. Mereka ada di taman dekat kota. Di sini cukup adem dan asri, meskipun kota, udaranya masih segar.

『 Takdir 』 BoBoiBoy ✔Where stories live. Discover now