17. Strangers - Sensitivity

3.8K 125 11
                                    

Happy reading...









Musim telah berganti, sudah lima bulan pernikahannya dengan Hamilton berlangsung dan sepertinya memang tidak ada yang perlu diceritakan.

Mansion dan keheningan ternyata sudah bersahabat disini. Para maid pun sudah menguasai tempat ini dengan cara mereka bekerja, berteriak seenaknya, berlarian bahkan mencuri.

Helaan nafas kasar beberapa kali terdengar disertai pukulan di dada. Seminggu belakangan ini Kei merasa sesak dan sering menangis tanpa alasan. Padahal menurutnya ia banyak bersenang-senang karena Axton hanya pulang sebulan sekali.

"Seirra tolong suruh jalang-jalang itu diam sebelum kupenggal kepala mereka." ancam Kei mengerikan. Seirra mengangguk dan segera melaksanakan perintah bosnya.

Seirra menuruni tangga dan melihat dua maid sedang bertengkar. "ADA APA INI?!" Teriaknya menggelegar.

"HENTIKAN ATAU KELUAR DARI SINI!!" Teriak Seirra dengan kekuatan dewa.

Demi apapun semenjak mengikuti Dealova Kei Guinavarre, Seirra jadi kehilangan ketenangan batin.

Kedua maid itu menunduk takut. Seirra mengangkat salah satu wajah bernama Hannah. Ia mengamati dari alis hingga ujung dagu.

"Kalian membuat pekerjaanku semakin rumit! Aku ini sekretaris! bukan asisten rumah tangga seperti kalian, tapi kenapa aku harus hal-hal kecil di rumah Nyonya besar?!" Bentaknya keras membuat keduanya mundur.

"Itu karena kalian tidak becus." Tekannya.

Sekarang Seirra mengerti mengapa Kei selalu kasar pada bawahannya. Karena manusia seperti mereka ini, tidak berguna.

Kei menuruni anak tangga dengan wajah merah dan tangan bergetar, entah apalagi yang terjadi. Seirra memukul kepalanya sendiri frustasi.

"Yes, Ms. Kei, ada apa dengan wajah anda ?" Tanyanya mencoba terlihat khawatir.

"A-aku menjatuhkan kalungku di bathub Seirra. Aku ini kenapa? kenapa aku ceroboh sekali?"

Seirra ingin menjedotkan kepalanya ke tembok. Sudah seminggu ini yang dilakukan Kei hanya merengek, menangis, dan memakan strawberry. Sedangkan Seirra mengerjakan semuanya, urusan kantor, urusan rumah, menidurkan Kei, membeli kebun strawberry dan mengawasinya, bahkan menertibkan maid seperti tadi. Hebat sekali kan?

"Anda memiliki empat kalung dengan model yang sama, haruskah saya yang mengambilnya Nyonya?"

Dilihatnya Nyonya besar menangis secara tiba-tiba. Ya, seperti inilah keadaannya sekarang. Kei menaiki tangga menuju kamar dengan tangisannya.

"Pergi! jika masih saja seperti ini kubunuh kalian!" Titah Seirra dengan seram.

"Tuan!" Hannah menunduk terkejut melihat tuannya tiba-tiba pulang ke rumah.

"Ada yang bisa saya lakukan, tuanku?" Tanya Hannah dengan senyum genit.

"Ingat tempatmu." Kata Axton dingin, berhasil membuat malu.

Axton menaiki tangga menuju kamar istrinya yang sudah lebih dari satu bulan ini tidak ia temui.

"Oh, hai little girl." Axton mengelus perut Kei.

Benar Axton hanya mengunjungi perutnya bukan dirinya. Kei tersenyum pahit.

"Silahkan Nyonya, ini kalungnya. Oh, welcome to the hell Mr. Hamilton."

Axton mengernyit bingung dengan yang barusan ia dengar. Ia menatap Seirra dengan tatapan bertanya. Seirra menunjuk Kei yang wajahnya mulai memerah dan menangis lagi.

"What's wrong Kei?" Tanya Axton memegang tangannya sedikit khawatir.

"Tidak ada. Aku hanya menginginkan strawberry."

Kei menangis sesenggukan hanya karena strawberry? Apakah ini nyata? Wanita galak ini?

"See?" Tanya Seirra sebelum pergi mengambil kesukaan bosnya.

"Tidak usah menangis." Kata Axton lebih calm dari biasanya.

Pelukan mendarat dengan cepat tanpa Axton sadari. Kei menangis keras, karena rasanya sesak saja. Axton mengelus menenangkan.

This is first time mereka saling menenangkan.

"Kesukaanmu datang."

Tidak ada jawaban. Akhirnya Axton memberi isyarat pada Seirra untuk menaruhnya di meja.

Mendengar piring mendarat Kei langsung melahap isinya dengan buas. Axton menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, dan terdiam setelah sadar apa yang telah ia lakukan.

"Berbaringlah."

Baru pertama ini Axton menatakan kasur dan membaringkan Kei dengan halus. Ia berniat untuk pergi mandi tapi Kei merengek tidak mau ditinggal.

Axton menghela napas, "Oke, aku akan ambil baju sebentar."

Kei memanyunkan bibirnya, "Jangan lama-lama." perintahnya.

"Seirra! Ada apa ini?" Tanya Axton yang sedikit bergidik.

Seirra yang paham akan kebingungan Axton menceritakan dari awal yang tiba-tiba Kei keluar saat meeting, pekerjaan tidak dikerjakan sama sekali, sering menangis, serta meminta kebun strawberry beserta petani dan pengawasnya.

"Aku lelah, tolong gantikan hari ini saja, Tuan. Ingin rasanya aku menghilang dari muka bumi."

Axton mengernyit, "Kau juga aneh, Seirra." Kata Axton.

"Axton! Kenapa lama sekali?!" Pekik Kei dengan suara bergetar ingin menangis.

"Im coming."

Tidak sempat berganti karena teriakan Kei, jadilah Axton mengganti pakaian di kamar Kei.

"Berhentilah menangis dan tidur."

Kei berdiri dari tempat tidurnya menghadap ke Axton yang sedang mengganti kemejanya dengan kaos berwarna hitam.

"Ax," Panggil Kei pelan.

"I need your junior." Sambungnya pelan sambil melihat bagian di bawah sana.

Axton menengok dengan kaget. Kenapa jadi manja begini? Aura seram itu hilang kemana? pikiran-pikiran buruk mengerubungi kepala Axton.

"Not now." Jawab Axton.

Sial, rasanya sedikit menyesal mengunjungi Kei hari ini.














Vote dan komen ❤
Stay safe ❤

Strangers I'm In LoveWhere stories live. Discover now