11. Strangers - Worried

6.1K 267 8
                                    

Selamat Membaca!

Kei melihat Axton dengan tajam. Iblis ini datang dari neraka mana sebenarnya, batinnya.

"Untuk apa aku menikahi lelaki tak berguna sepertimu." Kei tertawa geli, ia merinding mendengar kata-kata yang baru saja ia dengar.

"Bukankah ini yang kau mau? Menjadi ratu dan bertingkah semaumu?"

Kei terdiam. Axton benar-benar sudah kelewatan. Menurutnya semua wanita hanya gila harta dan tahta? Lelaki gila.

Tanpa kata Kei pergi meninggalkan Axton. Sudah terlalu banyak yang ia dengar, terlalu banyak yang mengisi pikirannya. Kei keluar dari hotel dan pergi dari sana, meninggalkan Axton yang menatapnya dari jauh.

"Cih,"

Axton menaiki lift untuk pergi ke kamarnya. Kamar suit president yang megah, di dalamnya sudah terdapat banyak fasilitas. Bukannya masuk ke kamarnya, Axton membelokkan badannya ke kamar sampingnya.

"Oh, hai Axton." Panggil seorang wanita yang sedang berada di luar kamar dengan kemeja tembus pandang.

Tanpa aba-aba Axton mendorong wanita tersebut memasuki kamar. Diciumnya wanita itu dengan kasar dan menggebu-gebu. Tapi, Axton tidak merasakan apa-apa sekarang, rasanya sedikit, aneh?

Axton menghentikan aksinya dan duduk di sofa yang ada di sana. Wanita yang bernama Isabell tersebut memanyunkan bibirnya.

"Mengapa kau-" Belum selesai Isabell bicara, Axton pergi dengan menaruh sejumlah dollar di meja.

Isabell yang melihat itu terlihat tersenyum pahit. "Dan aku selalu menjadi tempat pelampiasanmu, Axton." Gumamnya menatap nanar uang di depannya.

--

"Dimana dia?" Tanya Axton kepada salah satu bawahannya.

Bawahannya tersebut memijat remot kecil dan terlihat seorang wanita yang sedang memasak, sambil sesekali mengelus perutnya.

"Mobil." Perintahnya.

Axton berganti pakaian kerjanya dengan pakaian biasa. Mencetak tubuhnya yang sempurna. Kaos berwarna biru tua tersebut sangat cocok di pakai Axton, dengan perpaduan celana pendek miliknya.

"Jangan menelpon." Kata Axton sebelum pergi dengan mobil sport nya.

Axton melihat keluar jendela mobil, dimana siluet seorang wanita yang sedang memasak tersebut terlihat. Apa yang sedang wanita itu pikirkan? Mengapa ia tidak membeli makanan saja daripada memasak? Bukankah terlalu merepotkan? Banyak tanda tanya berada di kepala Axton, hanya dengan melihat wanita itu.

Wanita tersebut terlihat akan menaiki tangga, terlihat dengan jelas karena kaca tembus pandang mulai dari tangga sampai lantai atas. Ia sesekali meringis sambil mengelus perutnya. Axton ingin turun dan membantunya. Membantu membuat makanan atau hanya membantu menaiki tangga.

"Sadarkan dirimu, dia bukan siapa-siapa." Axton yang berniat memutar mobilnya, tiba-tiba berhenti dan segera berlari ke dalam rumah yang dipantaunya sedari tadi.

Axton berlari dan menemui Kei yang sedang terduduk di tangga sambil memegangi perutnya.

"Kau, kenapa?" Tanya Axton ragu-ragu.

Kei mengangkat wajahnya, melihat Axton di depannya dengan wajah berkeringat. Perutnya tiba-tiba sakit saat ia hendak ke atas, dan kepalanya sangat pusing.

"To-tolong." Tangan Kei meraih tangan Axton.

"Hei, lihat aku!" Axton panik, Kei mengangguk dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.

Axton mengambil handphone yang ada di sakunya. Ia menelpon orang kepercayaannya.

"Carikan dokter sekarang!!" Teriaknya, mematikan telpon yang sudah ia teriaki tadi.

Kei meringis kesakitan, perutnya semakin sakit. Kei mengeratkan pegangannya.

"Ax, sakit." Katanya dengan mata berkaca-kaca.

Rasanya gelisah sekali melihat Kei seperti itu. Axton mengangkat Kei yang tubuhnya seringan kapas itu dan menidurkannya di kamar tidur.

"Ax," Kei memegang tangan Axton saat Axton berniat untuk pergi, mencari dokter tentunya.

Axton duduk di samping Kei dengan harap-harap cemas. Selang beberapa saat seorang dokter datang dengan membawa peralatannya.

"Lama sekali, dia hampir kehilangan nyawa! Ka-"

"Ax, tolong." Lirih Kei. Axton segera sadar dan memberi jalan kepada dokter tersebut untuk mengobati Kei.

Dokter tersebut memeriksa beberapa bagian dan sedikit mengernyit saat memeriksa bagian perut.

"Anda hamil?" Tanya dokter tersebut, Kei mengangguk.

Dokter tersebut mengeluarkan beberapa obat yang aman untuk dikonsumsi ibu hamil. Setelah beberapa saat meminum obat, Kei tertidur.

"Bagaimana?" Tanya Axton saat sudah berada di bawah bersama sang dokter.

"Nona itu istri anda?" Axton mengernyit.

"Hm, bagaimana?"

"Istri anda stres dan kurang vitamin, tuan. Sebaiknya anda menemaninya setiap saat, karena kita tau bahwa istri anda hamil. Bukan hanya ibu, tapi anak anda hampir mengalami bahaya." Dokter tersebut berdiri, "Obat sudah saya taruh di meja. Permisi."

Axton menatap kosong meja di depannya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Ax." Panggil Kei. Axton pergi keatas dan menemukan Kei sedikit membuka matanya.

"Kau boleh pergi. Terimakasih." Kata Kei dengan senyuman, sebelum kesadarannya kembali tenggelam menuju alam mimpi. Axton menatap tidak suka wanita di depannya.

Handphone nya berdering. Axton keluar dari kamar dan mengangkatnya. Ia harus pergi rapat sekarang. Sekali lagi ia memandang wanita di depannya itu.


























Bersambung...

Terimakasih yang sudah baca, vote dan komen ya 😍

Strangers I'm In LoveTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon