13. Strangers - Choice

5.3K 229 7
                                    

Happy reading!

Beberapa hari berlalu, hubungan Kei dan Axton masih terus diperbincangkan media. Permintaan wawancara terus menerus datang.

"Nona, surat dari Night news."

Kei menggelengkan kepalanya sudah muak dengan acara berita yang terlalu ingin tahu tentang kehidupan pribadinya.

Seirra bergerak kembali menuju mejanya. Baru saja akan duduk ia melihat sesuatu dan langsung kembali ke ruangan Kei.

"Apalagi Seirra?" Tanya Kei.

"Itu-ada," Belum selesai Seirra mengatakan sesuatu, Jeremy memasuki ruangannya bersama seorang pria yang Kei kenal betul orangnya. Seirra langsung undur diri.

Kei menatap sengit pria tersebut yang akhir-akhir ini sering membuntuti daddynya.

"Kei, bagaimana keadaan kantor?" Tanya Jeremy dengan senyum manis. Iya manis, karena saham yang meningkat jauh karena skandalnya dengan Axton.

Benar, bukan turun tetapi saham Guinavarre malah meroket. Karena sentimen publik yang mendukung hubungan Axton dan Kei. Dan berbisnis adalah tentang bagaimana perusahaan di mata publik.

"Baik sekali. Ada apa kesini?" Tanya Kei dingin ke arah Jeremy.

Benar, daddynya sudah gila. Karena menerima permintaan maaf Kevin psycho yang sekarang sedang menatapnya dengan senyum percaya diri miliknya.

"Tidak ada apa-apa. Sudah jam makan siang, mau makan bersama?" Tanya Jeremy.

Kei mengangkat alisnya, "Dengan dia?" Tanyanya balik, menunjuk Kevin.

"Tentu saja, dia kan calon menantuku." Kata Jeremy dengan bangga. Ini karena Kevin meminta maaf dengan berlutut dibawah hujan. Drama.

Kei tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian itu. Seberapa harga dirinya sampai daddynya dengan gegabah memaafkan bajingan itu?

"Maaf dad, tapi aku harus pergi makan dengan Ax hari ini." Kata Kei percaya diri.

Maafkan semua ucapan kasar Kei pada Axton dari dulu, karena mulai dari Kevin menjadi buntut daddynya, Kei harus membuat Axton menjadi alasan. Walaupun kehamilannya belum juga terungkap hingga hari ini. Belum, karena pada kenyataannya Kevin masih meragukan kehamilan Kei.

"Hahaha," Kevin tertawa sampai lesung pipinya kelihatan. Kei menatapnya dengan aneh.

"Lucu aja. Setahuku kau belum pernah menemui Hamilton lagi setelah dari bandara itu." Kevin tersenyum menang.

Seirra masuk lagi dengan buru-buru. "Mr. Hamilton dalam radius dua ratus meter dari depan pintu, nona." Kata Seirra.

Kei tersenyum menang sambil menelan ludahnya. Biasanya ia harus pergi bersembunyi, tapi tidak hari ini.

"Lihat, aku tidak membohongi siapapun." Kei mengambil tasnya dan pergi dari ruangan tersebut. Meninggalkan Kevin yang murka dan Jeremy yang tidak suka.

Tepat saat Axton membuka pintu, Kei menyambutnya dan mengaitkan lengannya. Yang dipikirkan Kei ia harus segera pergi dari sini, tapi yang ada dalam pikiran Axton, Kei aneh.

Setelah masuk lift  Kei melepaskan pegangannya pada Axton dengan malu. "Kenapa?" Tanya Axton.

"Ada Kevin. Aku gak suka. Ada apa kau datang kesini?" Tanya Kei sambil mendongak.

"Kita perlu bicara." Kei mengangguk. Entah kemana Axton pergi ia akan membuntuti saja.

--

Restoran mewah menjadi tempat berlabuh Axton. Ternyata ia sudah memesan ruang VIP untuk makan siang mereka.

Kei memakai kacamata hitamnya dan memasuki ruangan dengan santai. Pelayan disana yang awalnya tersenyum manis saat Axton masuk sendiri berubah malas saat Kei mengikutinya dari belakang.

"Sini!" Teriak Kei pada pelayan tadi. Dengan sigap kaki itu melangkah mengikuti perintah Kei, " Bersihkan tempat dudukku, ada debu." Katanya dengan santai.

Pelayan tersebut menundukkan kepalanya dan mengelap tempat duduk Kei sampai benar-benar terlihat bersih. Kei duduk dan melepaskan kacamatanya.

Axton menggeleng melihat kelakuan Kei, ia meremehkan seseorang dengan menyadarkan derajatnya.

"Ada apa?" Tanya Kei.

"Hanya ingin melihat dia." Jawab Axton sambil menatap perut Kei.

"Sungguh diluar dugaan, memang siapa yang ada diperutku? Bukan anakmu juga." Kei menutupi perutnya.

Ingin sekali Axton terkekeh. Lucu saja jika dilihat, tapi ia menahannya sekuat tenaga, "Terserah. Makan." Perintahnya saat satu persatu makanan memasuki ruangan dengan aroma yang menggoda.

Setelah selesai makan Kei melihat ice cream milik Axton yang hanya dimakan satu sendok. Kei melihatnya dalam.

"Mau kupesankan yang baru?" Kei mengangguk.

Ice cream yang dipesan datang dengan cepat, Kei mulai memakannya tapi rasanya tidak enak. Rasanya berbeda, Kei mau milik Axton. Ia menaruh sendoknya.

"Aku mau itu." Katanya. Tanpa basa-basi ia mengambil milik Axton dan memakannya sampai habis.

"Itu bekasku." Axton mengerutkan dahinya. "Kenapa? Bahkan aku pernah merasakanmu." Jawab Kei santai. Axton bingung, tapi benar juga.

Mereka sudah selesai makan, suasana mulai hening karena memang tidak tahu harus berbicara mulai darimana. Kei melihat jam, jam makan siang hampir selesai.

"Jujur saja, apa itu memang anakku?" Tanya Axton dengan tatapan dalam. Kei merasa sudah tidak bisa menghindarinya.

"Memang apa urusannya denganmu." Jawab Kei sambil tersenyum pahit. Ia merasa tenggorokannya kering.

"Aku harus tau, kalau dia anakku."

Kei menggeleng, "Tidak, bukan." Jawabnya dengan resah. Dia tidak ingin anaknya mempunyai ayah seperti pria di depannya.

Axton berdiri, Kei yang semula duduk spontan ikut berdiri. Axton melangkah maju dan Kei perlahan mundur sampai tembok menghalangi langkahnya.

"Kei! Jujur!" Teriak Axton tiba-tiba, membuat Kei membulatkan matanya.

Matanya mulai berkaca-kaca, ia tidak mau, tidak akan mau anaknya menjadi milik Axton. Kei mulai menangis.

Axton membatu di tempatnya, melihat Kei menangis. Kakinya melangkah kedepan, merengkuh wanita di depannya dengan erat.

"Jangan menangis. Katakan saja."

Kei dengan sesenggukan menatap dalam Axton. Jika benar anaknya akan dibawa pergi darinya ia akan menggugurkannya saja. Tidak ada yang tidak mungkin didapatkan oleh Hamilton.

"Benar! Ini anakmu! Anak yang ku kandung, a-anak yang akan aku lahirkan. Anakmu Ax." Jawab Kei nyalang dengan sesenggukan.

Axton mendekapnya lagi. Mengapa Kei menangis? Mengapa ia tidak mengatakannya dari awal dengan benar?

"Aku akan bertanggung jawab. Menikahlah denganku." Kata Axton yang masih mendekap Kei.

Kei segera melepaskan pelukan Axton dan menggeleng dengan keras. Axton menarik Kei mendekat padanya, menghapus tangisnya.

Ia mendekatkan wajahnya pada Kei dan mengecup lembut bibirnya. Bibir yang entah mengapa membuat Axton merindukannya. Jujur saja saat didekat Kei, ia selalu ingin mengecup bibir itu lagi dan lagi.

Kecupan kecupan ringan berubah menjadi lumatan. Sedangkan Kei diam tidak membalas apa yang dilakukan Axton dengan dirinya. Menolakpun dirinya tidak bisa. Axton menghentikan aksinya dan menatap mata Kei yang hitam pekat.

Axton mengeratkan pelukannya lagi dan mulai mencium Kei lagi. Kali ini Kei membalasnya, terbuai rayunya. Sampai ciuman tersebut berubah lebih intens.

"Menikahlah denganku." Kata Axton sekali lagi. Dan Kei menggeleng untuk kesekian kalinya.














Bersambung..

Maaf slow update :"

Strangers I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang