10. Strangers - Psy

6.3K 249 7
                                    

Happy reading!!

"Mrs.Guinavarre, senang bertemu denganmu disini." Kata seseorang yang benar-benar membuat jantung Kei akan lepas dari tempatnya.

Di pagi yang cerah dengan suasana hati mendung tersebut Kei dibuat ternganga dengan penampakan seorang pria yang tiba-tiba muncul di depannya. Axton, dia berada disini.

"Oh, hai Ax. Ka-kau akan ke Georgia?" Tanya Kei berusaha menahan getaran suaranya.

Axton menatap wajah wanita di depannya, "Ya."

Kei tersentak saat Axton menduduki tempat di sampingnya. Situasinya benar-benar sangat buruk.

"Tapi aku pesan tempat duduk ini hanya untuk diriku," Kata Kei dengan ragu.

Ax mengangkat salah satu alisnya, "Aku membayar mereka."

Kei ber'oh' ria sementara hatinya terus menggumamkan kata-kata kotor. Ingin sekali ia lontarkan dengan lantang pada bajingan tengik di sampingnya ini.

"Kau ada perlu apa ke Georgia?" Tanya Axton setelah sekian lama hening.

"Bukan urusanmu." Kei mengambil earphone dan memakainya. Bahkan musik sejelek apapun akan Kei nikmati daripada mendengar celotehan hewan yang sedang duduk di sampingnya.

--

Beberapa jam berlalu, dan Kei masih terlelap di kursinya. Pengumuman pendaratan sudah terdengar, Ax menatap Kei yang benar-benar pulas.

"Jangan bangunkan dia dan carikan hotel." Kata Axton pada pramugari yang sedang berkeliling.

"Iya, akan saya lakukan." Pramugari tersebut merapatkan kakinya dan mengedipkan sebelah matanya.

Axton segera tahu apa yang diinginkan pramugari itu. Dilihatnya proporsi tubuh yang sangat seksi dan anggun, membuatnya menelan ludah. Ax yang akan berdiri, kembali duduk dengan tenang saat merasakan pundaknya berat, ternyata kepala Kei yang bersandar padanya.

"Pergi." Perintah Ax dingin.

Perubahan sikap Axton yang drastis membuat pramugari tersebut sedikit malu pada dirinya sendiri. Kata orang, Axton tidak akan menolak wanita anggun sepertinya. Buktinya Axton malah memilih wanita berpakaian biasa yang tidak ada anggun-anggunnya sama sekali.

Pesawat mendarat di bandara dan Kei makin terlelap dalam tidurnya.

"Bangun." Axton menepuk Kei pelan. Kulit yang sedang ia sentuh sekarang sangat halus. Entah mengapa sensasinya sangat berbeda, membuatnya sedikit senang?

Kei terbangun saat merasakan sebuah tangan besar yang sedang mengelus tangannya. Mata mereka bertemu, Kei mencoba memahami arti tatapan Axton. Axton mendekat, hidung mereka hampir bersentuhan.

"Why, tuan Hamilton? Apakah ada sesuatu di wajahku?" Tanya Kei membuat Axton memundurkan wajahnya.

"Hm, tidak." Kei melihat sekitar, sepi. Ternyata mereka sudah sampai bandara entah dari kapan.

Kei membereskan barang-barangnya, bersiap untuk turun. Dilihatnya Axton duduk diam tak berkutik di tempat.

"Permisi." Ucap Kei yang berusaha keluar dari tempat duduknya.

"Ikut aku." Kata Axton membuat Kei mengernyit heran. Ada apa dengan pria di sebelahnya?

Kei menggelengkan kepalanya tanda tidak mau mengikuti Axton. Ia berusaha untuk keluar dari sana sendiri, sebisa mungkin. Melihat wajah Axton lama-lama membuatnya muak.

"Aku ingin membicarakan hal penting denganmu." Setelah berpikir panjang tidak ada salahnya mengikuti Axton barang sebentar. Toh, ia tidak akan tersesat karena masa kecilnya terlihat jelas saat melihat negara ini.

Masa kecilnya memang berada disini dengan banyak kisah yang membuatnya bahagia namun terkadang juga sesak.

Ia berjalan mengikuti Axton yang berjalan di depannya. Dengan menarik sendiri koper yang ia bawa dan berusaha untuk tidak terlihat. Karena benar saja, lelaki di depannya ini memang pencari perhatian. Baru saja menginjakkan kaki di bandara banyak sekali orang yang meneriakkan namanya.

"Hoi, orang yang kau puja sudah menghamiliku, dia bajingan tau." Batin Kei merasa sangat jengkel dengan fans yang sebegitu senangnya hanya dengan melihat Axton berjalan.

"Bisakah aku segera keluar dari kerumunan ini? Membuatku sesak sampai rasanya ingin mengumpati mereka dengan keras." Ucap Kei pada seorang bodyguard yang ada disampingnya.

"Sebelah sini nona,"

Kei menaiki mobil yang berbeda dengan Axton. Axton menaiki mobil pertama dan ia berada di mobil kedua.

"Ah, harusnya aku tidak mengikuti bastard sialan itu."

Supir yang mendengar umpatan itu tersedak air liurnya sendiri. Jarang-jarang perempuan yang berhubungan dengan majikannya mencela atau mengumpat seperti itu. Hampir semua perempuan yang bersama tuannya bersikap anggun dan sombong.

"Nona, kau sangat berbeda."

Kei mengangguk, "Memang tidak akan ada orang yang menyamaiku." Katanya sambil tersenyum.

**

Baru saja sampai di sebuah hotel bintang lima, Kei sudah sangat tidak sabar untuk berbaring di kasur. Tempat ternyaman yang selalu memanggil untuk ditiduri.

"Ayo cepat apa yang akan kau katakan?" Kata Kei setelah menyamai langkah Axton.

"Kau sangat tidak sabaran." Liriknya dengan sorot mata tajam.

Mereka turun di lantai paling bawah dan Kei menemukan sebuah cafe yang menyediakan tempat privat yang terlihat nyaman.

"Tidak usah basa-basi! Aku harus segera tidur, punggungku sakit." Keluh Kei.

"Tidak ada yang melihat disini, berhenti berpura-pura," Perkataan Axton ini membuat Kei mengernyit.
"Kau menjebakku kan? Kau sengaja sakit waktu itu agar aku mengerti bahwa kau hamil, padahal kau tidak hamil," Kei lagi-lagi pusing karena tidak mengerti apa yang dikatakan Axton.

"Kau berusaha kabur dariku supaya aku mencarimu, kau mau apa?" Axton berkata tanpa henti seolah Kei pembohong hina.

Kei menatap sengit lelaki gila di depannya ini. Ia tidak habis pikir bagaimana otak yang katanya cerdas itu bisa membuat cerita pendek yang sayangnya sangat membuat Kei murka.

"Lanjutkan. Kenapa diam?" Tanya Kei yang semakin merasa lelah dengan kenyataan.

"Aku hamil anakmu atau bukan, itu bukan urusanmu. Jangan ganggu hidupku lagi," Kei berdiri.

Ia berjalan meninggalkan Axton yang entah mengapa terlihat melamun.

"Menikahlah denganku."

Satu kalimat yang keluar dari mulut iblis itu membuat bulu kuduk Kei berdiri.










Bersambung...

Strangers I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang