25. Strangers - Slave

1.4K 66 11
                                    

Happy reading...

.
.
.

Kei menatap ponselnya beberapa kali dengan tidak percaya. Pesan aneh ini datang dari Axton--suaminya. Sudah beberapa menit Kei terdiam menatap ponsel ditangannya.

"Pesan aneh apa ini?" Tanya Kei pada angin karena ia sedang berada didalam ruangannya, sendirian.

'Jangan pulang terlambat hari ini. aku merindukanmu, love."

Seluruh badan Kei merinding. Mengingat lagi bagaimana dirinya bisa sampai disini, sebagai istri seorang milyarder terkenal Axton.

"Its just because baby, kendalikan dirimu Kei!" Monolog Kei.

Bohong.

Yang terjadi adalah jantungnya sedang berdebar kencang. Bibirnya tanpa sadar terangkat.

"Ouw shit. Apa yang kulakukan?"

Kei manaruh kembali ponselnya dan mulai berkutat dengan berkas yang menumpuk didepan matanya.

Ini semua harus segera selesai sebelum ia pergi ke Jepang. Kei tidak mau saat bekerja disana malah kepikiran yang lain.

"Seirra, tolong kau jadwalkan ulang meeting sama Hendery. Aku ada urusan hari ini." Kata Kei saat Seirra masuk ke ruangannya memberi berkas baru lagi.

"Tapi nona, ini sudah hampir jam pertemuan. Kenapa tidak bilang dari tadi?"

Kei berdeham. Pertanyaan Seirra menohok hatinya. Kenapa tidak dari tadi? Karena Kei sedang memikirkan matang-matang akan bertemu Axton atau Hendery yang susah ditemui.

"Karena aku lelah jadi terserahku."

Seirra hanya bisa pasrah. Bisa-bisanya ia diperbudak oleh bos seperti ini dalam hidupnya. Dirinya hanya bisa berdoa untuk tidak bertemu Kei dikehidupan selanjutnya.

"Pak Hendery sangat sulit diajak bertemu, Anda yakin mau membatalkannya?"

Kei mendengus, "Tanya lagi, kupotong gajimu, Seirra."

"Baik Nyonya! Akan saya telpon sekarang juga!"

Seirra berbalik dari hadapan Kei dan berjalan cepat menuju mejanya. Mengambil telepon kantor, memanggil nomor Hendery yang tercatat dibuku kecilnya.

Kei hanya bisa tertawa kecil melihat Seirra yang sedikit ketakutan.

--

Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Kei segera membereskan semua barangnya untuk pulang.

Ia mengambil ponsel yang belum tersentuh lagi. Banyak sekali pesan yang masuk tapi tidak ada lagi pesan dari Axton membuat Kei sedikit kecewa.

"Tunggu, kenapa kecewa? Seperti biasa Kei.. Santai."

"Nyonya lagi ngobrol sama siapa?" Tanya Seirra yang sedang berdiri menatapnya aneh.

"Diriku sendiri. Ada apa lagi?"

"Saya sudah menelepon Pak Hendery katanya ingin menemui Nyonya di Jepang saja."

Kei mengangguk saja. Yang ada dipikirannya sekarang adalah pulang, pulang dan pulang.

"Oke, sekarang kau boleh pulang." Setelah mengatakan itu Kei berjalan cepat menuju pintu keluar. Meninggalkan Seirra yang hanya bisa melongo melihat Kei yang terburu-buru.

Dibawah, Kei membuka pintu mobilnya dan membawanya dengan cepat. Ia sangat penasaran apa yang akan terjadi jika dirinya pulang cepat hari ini?

Pikirannya melayang membayangkan Axton sedang mengadakan pesta kecil-kecilan untuk mereka berdua karena mereka tidak akan bertemu untuk beberapa saat.

Kei bersemangat.

"Pasang wajah biasa saja Kei, tahan senyummu." Katanya sambil mengelus jantungnya yang berdegub kencang.

Kei berjalan menuju lantai dua dengan hati berbunga-bunga.

"Ax! Ada apa kau me-"

Perkataan Kei terputus saat Axton tidak ada dikamar mereka berdua.

Kei bersenandung menuju ke kamar Axton yang berada di ujung lorong.

"Ax? Kau disana?"

Tidak ada jawaban.

"Ax?" Panggil Kei lagi.

Kenop pintu terbuka saat Kei mendorongnya pelan.

"Ahh.. ahh.."

Tubuh Kei melemas melihat penampakan didepannya. Melihat dua orang yang sedang bergumul, memastikan bahwa yang ia lihat itu salah.

Tiba-tiba tangannya ditarik paksa oleh seseorang.

"Kei? Kei? Are you okay?" Tanya pria itu pada Kei yang masih tidak bergeming.

"Kei!"

"Hm?"

Akhirnya satu kata keluar dari mulut Kei disertai dengan air mata yang turut ikut mengalir.

"Oh, jangan menangis! Aku tidak suka wanita menangis."

Kei berusaha menghapus air matanya kasar. Sudah berapa kali ia merasa tersakiti dengan perilaku Axton?

"Relax, kau bersamaku."

Pria tersebut memberi Kei sebotol minum yang ia ambil entah darimana.

"Tadi aku sudah berusaha menghubungi sekertarismu tapi tidak ada jawaban. Kupikir kau tidak pantas melihat pemandang jorok tadi."

"Sekertarisku? Kau Zack or Zach?" Tanya Kei masih berusaha tenang.

"Biasanya aku selalu menyuruh orang menebak aku siapa tapi kali ini bukan waktunya untuk tebak-tebakan. Im Zack. Aku ke mansion untuk bertemu dengan Axton karena harus tanda tangan kontrak penting. Tapi saat aku masuk, Isabell sudah ada disana." Jelasnya panjang lebar.

"Isabell?" Tanya Kei.

"Axton's slave."

Kei kembali tertegun. Slave? Bahkan saat dirinya sedang hamil besar seperti ini?

"Biar ku jelaskan padamu segalanya. Axton bertahan bersamamu hanya karena dia tahu bahwa anak yang kau kandung itu laki-laki."

Itu sudah pernah terlintas dikepala Kei. Yang dibutuhkan anak konglomerat seperti Axton tentu saja pewaris.

"Ayahnya sedang bersiap memberikannya seluruh saham perusahaan jika kau berhasil melahirkan anakmu."

"Tidak mungkin." Elak Kei.

"Dan kau tau kelanjutannya, ia hanya menginginkan hak asuh anakmu."

"Kenapa kau memberitahuku semua ini?"

Zack tersenyum manis.

"Kasihan padamu, maybe? Lalu apa yang harus kau lakukan? Melarikan diri? Atau balas dendam?"

Dari tatapan mata Zack, Kei merasa ada yang janggal. Bahkan mereka tidak saling mengenal.

"Kau tidak percaya padaku? Lalu buatlah keputusan untukmu sendiri. Oh, dan anakmu tentu saja."

"Bisa kau antarkan aku ke hotel Laxim?" Pintanya pada Zack.

Zack mengangguk, menjalankan mobilnya menuju hotel bintang lima yang dikatakan Kei.

"Thanks Zack."

"For what?"

"Buat tumpangan, and for your information."

Zack mengangguk, meninggalkan Kei di basement hotel sendirian.







bersambung...

sekali lagi defon mau minta maaf buat yg masih nungguin cerita ini😭

Teruntuk haters Axton, waktu dan tempat dipersilahkan

Double update?

Strangers I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang