4. Strangers - Plan

8.7K 310 1
                                    

Happy reading !!

--

Hari ini Guinavarre Group dalam mode yang sangat sibuk. Semua orang berlalu lalang seperti orang kesetanan karena pimpinan mereka yang terus teriak-teriak bahwa semua harus sempurna.

Cabang baru yang berada di Spanyol sudah akan selesai, dan perusahaannya nanti malam akan mengadakan pesta besar-besaran. Namun, persiapan yang sudah hampir setengah jadi menurut Kei masih belum sempurna. Banyak cacat sana sini yang membuatnya pusing.

"Umumkan rapat sekarang juga!!" Murkanya pada Seira yang bergegas mengumumkan pada bawahannya untuk berkumpul.

Suasana tegang. Kei menatap dengan jari yang diketuk-ketukkan. Wajahnya terlihat sangat datar dan mengerikan.

"Untuk persiapan yang kalian rencanakan, batalkan saja!" Kei murka.

Semua bawahannya menatap cengo Kei yang berkata seenaknya. Padahal, mereka sudah mempersiapkan konsep ini jauh-jauh hari dan sudah mendapat persetujuan dari pimpinan yang lama, alias Jeremy.

"Rencana kalian itu berantakan! Semua konsep tidak sesuai! Haruskah kalian terus memaksakan?" Dengan kesabaran yang sangat besar, Kei berusaha memberi pengertian.

"Tapi, waktunya juga tidak cukup untuk merencanakan dan melakukan persiapan. Konsepnya hanya ini dan tidak ada rencana kedua." Kata seorang pria tua yang sok berkuasa dengan memberi arahan yang menurutnya sudah bulat.

Kei menatapnya dengan tatapan tidak setuju. Ia tidak ingin memakai konsep si tua ini, terlalu mewah dan tidak kondusif.

"Menurutmu siapa kau berani mengambil keputusan? Jika tidak mau, tidak usah mengikuti arahanku. Mentang-mentang kau juga punya saham disini, seenaknya saja."

Kei pergi dari ruangan dengan kemarahan. Sejak hari ulangtahun Kevin beberapa hari lalu, Kei berubah. Berubah menjadi wanita keras, dingin dan lebih bekerja keras. Memang perbedaan yang bagus untuk kemajuan perusahaan tapi kemarahannya sungguh membuat semua orang kewalahan.

"Seira, aku yakin kau bisa menangani sesuai arahanku." Seira mengangguk saja. Semakin berat saja tugasnya. Jika bukan karena Kei membayar dan membantunya, ia akan pergi dari perusahaan ini.

"Kita mulai dari sini." Kei menunjuk suatu berkas yang terlihat rencana miliknya.

Seira membaca sejenak dan memandang Kei dengan raut wajah bertanya.

"Nona, ini sepertinya akan menjadi pesta yang nonformal." Kei mengangguk.

"Terlalu formal itu membosankan."

Seira undur diri dan mulai menjalankan sesuai arahan. Kei duduk di kursinya dan memantau jika Seira sudah melakukan sedikit demi sedikit pekerjaannya.

Kei menatap fotonya dengan Kevin yang sudah mungkin tiga tahun yang lalu saat mereka berlibur di London.

"Fokus Kei," Katanya pada diri sendiri dan menyimpan foto tersebut dalam laci terbawahnya. Ia harus beristirahat sejenak dan akan melihat persiapan di hotel yang sudah disewanya untuk acara.

"Bagus! Seperti ini malah terlihat nyaman." Kata Kei memandang semua persiapan yang sudah hampir selesai.

Seira mengangguk setuju. Pasalnya rencana awal mereka terlalu besar dan mewah. Bukannya tidak bisa, namun terlalu memaksakan. Dengan begini walaupun terlihat tidak terlalu mewah namun nyaman untuk melakukan acara malam ini.

"Ya, nona."

"Seira, kau harus berdandan yang cantik." Kei tersenyum pada Seira.

Ia mengetik beberapa kali pada layar ponselnya dan menempelkan ponsel pada telinganya.

"Pak, siapkan mobil sekarang." Katanya dan mengakhiri panggilan.

"Kau bisa pergi." Seira bingung. Ia tidak akan pergi sekarang karena menjaga semuanya agar tertata.

"Pergi bersama supirku dan aku akan berjaga disini." Seira menggeleng dengan ragu.

Seira sangat paham. Kei menyukai semua harus sempurna dan termasuk dirinya. Walaupun ia menolak seribu kali presdirnya ini akan meminta lagi lebih dari seribu kali.

Hal terberat Seira dalam hidupnya adalah bekerja dengan bos yang model seperti ini.

"Kau harus cantik dan menawan saat di sampingku."

Seira mau tidak mau mengangguk dan pergi meninggalkan Kei disana yang memandang orang-orang bekerja.

Tinggal lima jam menuju acara. Kei segera bergegas pulang untuk berdandan juga. Ia harus tampil dengan kepala tegak agar tidak ada yang melihat kesedihannya.

--

"Mommy! Daddy mulai lagi! Haruskah aku pergi dengan pak supir saja tanpa pengganggu?" Teriaknya kesal.

Kei tidak mendapat jawaban dari bawah. Angela harusnya ada dibawah dan menjawabnya seperti biasa.

"Mom!" Teriak Kei sekali lagi.

"Kau ini teriak-teriak terus!" Kata Angela yang keluar dari kamar dengan cantik.

Kei dan Jeremy melongo melihat Angela yang tampak seperti malaikat. Ibunya ini memang terbaik, batin Kei.

"Apa kalian tidak akan pergi dan menatapku semalaman?" Tanya Angel yang sudah akan keluar rumah.

"Ah, tentu tidak!" Jeremy berlari menuju istrinya dan memasuki mobil pertama sedangkan Kei memasuki mobil kedua.

Jeremy dan Angela turun dari mobil dengan elegan. Semua mata tertuju pada ketampanan dan kecantikan dua sejoli yang pernah menggemparkan New York dengan kisah cinta mereka.

Kei menyusul dengan langkah pasti yang membuat semua orang mengaguminya. Kei, perpaduan antara Jeremy dan Angela yang tentu saja sangat menawan.

"Selamat datang tamu undangan, selamat menikmati." Kata Kei saat sudah memasuki ruangan.

Seorang wanita paruhbaya yang tidak asing memasuki indra penglihatannya. Kei memandang dengan tatapan bertanya saat wanita tersebut menghampirinya.

"Senang bertemu denganmu, Delova Kei Guinavarre."

Ah, wanita ini. Wanita yang kemarin ia temui di mansion Hamilton.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Kei berusaha sopan.

Wanita tersebut menggeleng, "Maafkan aku sudah mengataimu seperti itu kemarin. Ini untukmu."

Kei menatap surat yang disodorkan dengan sedikit curiga. Siapa yang tahu didalamnya ada apa. Kei berhati-hati mengambilnya.

"Saham?" wanita tersebut mengangguk.

"Kami akan menanam saham pada Guinavarre Group." Kei menggeleng menolak tawaran tersebut dan mengembalikannya.

Sudah cukup dirinya dipermalukan seperti jalang kemarin. Ia tidak akan berurusan dengan Hamilton lagi.
"Mengapa? Apa yang membuatmu menolak tawaran besar ini?"

Kei menatap wanita didepannya, mereka sedang berpesta bukan sedang membicarakan saham. Apa yang ada dibenak Marianne saat menawarkan ini padanya?

"Kita sedang berpesta Nyonya Hamilton." Kei menunduk undur diri dari Marianne yang memandang punggung mulus itu dengan sedikit aneh.

"Bagaimana Guinavarre memiliki putri yang sombong seperti itu."












Bersambung..

Strangers I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang