Bagian 1

30.9K 3.2K 27
                                    

Sedari tadi, Ara terus menatap wajahnya dalam pantulan cermin tanpa henti. Ia terus menepuk wajah yang putih nan halus miliknya. Kalian jangan suudzon dulu, Anggia a.k.a Ara sekarang masih tak percaya mengapa dirinya bisa menjadi secantik ini.

Pasalnya, wajah Anggia yang dulu itu terbilang pas-pasan tapi lumayan manis, meskipun dikit. Namun, wajahnya saat ini, eh ralat, wajah Ara yang ia lihat dicermin begitu cantik bagaikan mirip pemain-pemain drakor gitu. Ah, lagi lagi ia tak percaya ini adalah wajahnya.

Apa ini mimpi? Anggia kembali menepuk nepuk wajahnya terus menerus.

"Udah sadar lo?"

Suara itu membuat Ara terkejut, sampai-sampai ia memundurkan kepalanya saking terkejutnya. Ia mendapati seorang cowok tinggi yang berdiri di dekat pintu dengan membawa sebuket bunga ditangannya. Siapa dia? Kapan di masuk? Batin Ara.

Tanpa sepengetahuan Ara, cowok itu sedari tadi telah masuk ke ruangan itu. Namun sepertinya Ara tidak menyadari ada seorang cowok tampan yang masuk. Cowok itu sengaja diam sebentar di dekat pintu. Ternyata benar, cewek itu tak menyadari kehadirannya. Cowok itu mengernyit melihat kelakuan aneh Ara yang sedang menepuk-nepuk pipinya. Ada nyamuk kah dipipinya?

Akhirnya, cowok itu melangkah mendekati Ara. Ara kembali terkejut saat cowok ganteng itu melempar bunga nya dengan sangat keras tanpa aba-aba. Ara menganga tak percaya. Kasar banget cowok ini, batinnya. Ara ingin marah, namun ia tahan karna tidak tahu siapa cowok ini sebenarnya.

"Harusnya Lo gak usah sadar aja, percuma hidup lama kalo Lo selalu jadi beban dan merepotkan orang-orang ." Ucapannya nyelekit banget. Pasti siapapun yang mendengar akan sakit hati. Namun tidak dengan Ara, sebab ia tak mengerti apa yang dikatakan cowok itu.

"Masih gak mau ngomong juga?" Ucap cowok itu sambil tersenyum ketus. "Oke, terus aja Lo diem kayak orang bisu."

"Satu hal yang harus Lo tau, gue muak sama semua tentang Lo. Lo pikir dengan Lo yang sok polos ini bisa buat gue tertarik sama Lo?" Cowok itu berdecak. Memajukan wajahnya beberapa centi. "Nggak akan!"

Ara hanya diam tak menanggapi. Astaga, bawel banget sih ni orang. Dia mau jenguk orang apa mau ngomel-ngomel sih. Ganteng sih, tapi sayang mulutnya nyinyir banget.

Hening, tak ada lagi percakapan. Sejujurnya Ken merasa sedikit jengah melihat Ara hanya diam. Terlebih, ia merasa bingung mengapa Ara tak se heboh biasanya saat melihat nya. Namun sekarang, Ara nampak biasa-biasa saja.

"Asal Lo tau, gua gak akan sudi datang kesini kalau gak disuruh bokap. Dasar cewek haus perhatian!" Cemoohnya, lantas hendak pergi tanpa merasa berdosa sedikit pun.

Ara melebarkan matanya, kaget cowok itu menyebutnya benalu. Kesabaran Ara telah habis. Tanpa pikir panjang Ara melempar kembali bunga dari cowok itu sehingga mengenai punggungnya. Sangat keras, membuat cowok yang tengah memegang gagang pintu melebarkan matanya.

"Lo siapa sih?! Datang kesini malah ngomel-ngomel gak jelas, Lo udah kaya emak-emak kontarakan sebelah yang suka ngegosip aja tau gak!?"

Ken mengernyit. Apa dia bilang? Dia dibilang kayak emak-emak. Lagian siapa memangnya emak- emak kontrakan sebelah, Ara kan gak pernah ngontrak. Seakan-akan tau saja.

Ah kembali ke kenyataan. Ken marah, Bisa-bisa dia dikatai seperti itu. Tapi tunggu, seingat nya Ara tidak pernah bersikap kasar dengan siapapun. Tutur katanya pun halus. Bahkan jika berhadapan dengannya Ara pasti akan bersikap manja dan sok manis.

Rahang Ken mengerutuk. "Berani-beraninya Lo lempar bunga itu ke gue." Ucap cowok itu terlihat sedang naik pitam.

Ara tak sedikitpun takut melihat nya. Dia malah berniat melawan. "Kenapa? Gak terima Lo? Lo duluan anjir yang lempar bunga itu ke gue, sakit kan Lo? Makan tuh bunga!" Ara tersenyum kecut penuh kemenangan.

Ken hanya diam. Ia merasa aneh dengan sikap Ara yang berubah. Ara yang dulu tak pernah seperti ini. Ara yang dulu selalu manja dan tak pernah sekalipun berani melawannya. Namun sekarang, cewek lemah itu malah melempar bunga darinya dan berhasil membuatnya naik darah. Dia lagi kerasukan kah?

Ken segera menghilangkan pikiran-pikiran itu. Masa bodo dengan perubahan Ara atau apalah itu. Lebih baik sekarang ia segera menjemput Gisel di tempat kerjanya. Kalau tidak pasti gadis itu akan berjalan kaki seperti kemarin-kemarin. Hm, padahal jarak tempat kerja Gisel sangat jauh dengan rumahnya. Gisel memang gadis yang keras kepala.

Ken keluar dari ruangan Ara. Saat itu juga dia melihat papa Ara menghampiri nya.

"Siang om." Sapa Ken sopan, meskipun Ken tidak menyukai anak dari om Hendra ini, namun tak mengurangi rasa hormat Ken kepada yang lebih tua.

"Ken, kamu sudah bertemu dengan Ara?" Ken hanya mengangguk sebagai jawaban.

Hendra memegang pundak Ken, "Om mohon sama kamu, apapun yang dilakukan Ara, om harap kamu bisa memakluminya."

Ken mengernyit. "Memangnya dia kenapa om?"

Hendra menghela napas. "Ara mengalami amnesia ringan yang membuat dia kehilangan ingatannya."

"Oh, gitu." Jawab Ken singkat. Pantas saja sikap Ara berubah, ternyata ini alasannya. Ken berdecak dalam hati. Ia meragukan amnesia yang di alami Ara, secara Ara itu kan drama queen. Bisa saja dia hanya berpura-pura supaya mendapat simpati dari orang di sekelilingnya.

"Kalau begitu saya permisi dulu, om."

Hendra mengangguk. Ia melihat kepergian Ken dengan tatapan iba. Bukannya rasa Iba kepada Ken, melainkan kepada putrinya. Ken masih sama, dia tak pernah melihat Ara. Cinta anaknya tak berbalas dan hanya bertepuk sebelah tangan, entah sampai kapan.

Just FiguranWhere stories live. Discover now