Bagian 23

12.1K 1.3K 247
                                    

***

Kesialan memang selalu datang tanpa diundang. Dalam keadaan apapun dan kapanpun, kesialan akan datang meskipun tak diharapkan. Contohnya seperti sekarang.

"Mobilnya kenapa, pak?" Tanya Ara sesaat setelah keluar mobil menghampiri pak Indro.

"Ban nya kempes non."

"Hah? Kempes? Kok bisa sih?"

"Ya saya gak tau non, mungkin udah waktunya diganti."

"Terus gimana aku berangkat sekolah? Mana udah siang banget ini." Ujar Ara cemas sambil melihat jam tangannya. Mana jarak ke sekolah masih jauh lagi.

"Waduh, maaf ya non. Gara-gara saya lupa jadwal ke bengkel, jadi gini deh, bikin non Ara telat ke sekolah."

"Duh Pak, sekarang bukan waktunya minta maaf, toh ini salah aku juga yang bangunnya kesiangan. Sekarang ini yang terpenting adalah  gimana caranya aku bisa ke sekolah tanpa telat." Ara tiba-tiba teringat sesuatu. Ia lalu bergidik ngeri. "Ih amit-amit, gak mau lagi deh dihukum kayak waktu itu."

Pak indro menggaruk kepalanya yang gak gatel. "Eee mau saya pesenin gojek aja, apa non? Soalnya disini jarang ada angkutan umum."

"Kira-kira lama gak ya?"

"Tergantung non, kalo gojek nya lagi di area sini ya berarti sebentar, kalo jauh ya berarti lama."

Ara tersenyum menampilkan giginya beberapa detik. "Bener sih, bener banget, benerrr bener pokonya, saking benernya anak-anak TK juga bakal ngerti kalo soal begituan mah." Wajahnya seketika asem. "Tapi masalahnya, apa ada ojek yang sekarang kebetulan lagi di daerah sini?"

"Insya Allah ada non, kalo kita yakin pasti ada." Ujar pak Indro sambil melihat ponselnya, sedang berusaha mencari ojol terdekat. Dia pun tak berniat untuk menggubris nya lagi.

Ara menatap pasrah pada pak Indro yang tetap santai kayak di pantai, sedangkan dirinya begitu cemas setengah mati. Pada akhirnya ia pun mempercayakan pak Indro dan menunggu ojol datang. Namun, sepertinya dia salah. Dia telah menaruh kepercayaan kepada orang yang salah. Tak seharusnya dia mempercayakan pak Indro untuk mencari ojol. Bukan tanpa alasan, buktinya sampai saat ini masih belum terlihat batang hidung pengendara motor berjaket hitam hijau meski waktu telah lama berlalu. Ara menghela napas. Seakan sudah terbayang dibenaknya tentang hukuman yang akan dia dapat. Baik lah, Ara siap. Siap menjalani hukuman sesampainya di sekolah nanti.

Tin tin!

"Permisi mbak, jok belakang motor saya kosong nih, mau bantu dudukin gak?"

Seketika mata Ara berbinar. "Saka!"

***

Saka dan Ara telah sampai ke sekolah. Nasib baik menimpa mereka karena gerbang sekolah ternyata belum ditutup.

Ara bernafas lega sesampainya turun dari motor Saka. "Ah, akhirnya sampai juga, untung gak telat." Ujarnya sambil melepas helm.

Saka menerima helm dari Ara setelah dirinya melepaskan helm milikinya. "Ini semua berkat kebaikan gue, coba kalau sedetik aja rasa kemanusiaan gue ilang, mungkin gue cuma nyelonong dan ninggalin Lo disana." Ucapnya bangga.

Ara berdecih. "Ini semua udah takdir Allah kali, kalau bukan karena takdir ya enggak mungkin kan kita berdua nyampe ke sekolah sekarang."

"Yang itu gak salah sih, tapi tetep aja, karena hati gue sejalan dengan takdir, makanya gue bisa nemuin Lo di jalan terus akhirnya lo berhasil gue angkut."

"Cih, Lo kira gue sampah apa."

"Gue gak bilang gitu ya." Ujar saka sambil tertawa pelan. "Terus, Lo gak mau berterima kasih sama gue gitu?"

Just FiguranOnde histórias criam vida. Descubra agora