Bagian 14

13.9K 1.4K 4
                                    


"JAHAHA.... SUMPAH RA, BISA-BISANYA KAMU KEPIKIRAN BUAT JAILIN MEREKA, BUAHAHA..." Ucap Sasa sambil terbahak-bahak.

Gadis itu sedari menaikkan sudut bibirnya. "Siapa suruh hobinya morotin duit orang terus, biar tobat tuh anak sekalian."

Jujur, Ara merasa sangat puas karena telah berhasil memberi sedikit pelajaran kepada Ica and the geng dengan meninggalkan mereka di cafe tadi. Kalau ingat itu, Ara jadi terkikik geli.

--

Akhirnya, sepulang sekolah mereka langsung menuju mall terdekat sesuai rencana. Keenam gadis itu menaiki mobil Ara yang tentunya hal itu diusulkan Ica. Biar hemat, gitu kata Ica. Dalam hati Ara berdecak, 'hemat di elu, tekor di gue.'

Bukan apa, setau Ara, Ica itu bukan berasal dari kalangan bawah, begitupun teman-teman nya. Bahkan denger-denger, katanya ayah ica punya jabatan tinggi di kantor nya. Semua orang juga tau kalo Ica itu modis banget, semua barang yang dipake nya aja tampak ber-merk. Tttapi kok bisa ya, anak orang kaya masih suka morotin duit orang.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di tempat yang mereka tuju. Tanpa di duga, bioskop hari ini lumayan ramai. Sepertinya sedang banyak film yang menarik belakang ini sehingga menarik minat pengunjung.

"Wah, rame banget ya." Cerocos Naumi.

"Ya iya lah, namanya juga bioskop, kalo sepi kuburan namanya." Serobot Sasa dengan nada tak ramah. Ia merasa kesal karena dia malah ikut dengan orang-orang ini. Kalau gak disuruh Ara mana mau dia ikut.

Tiba-tiba si Ica menggandeng tangan Ara, membuat Ara membatin ingin menjauh dari spesies satu ini sekarang juga. Akan tetapi, dia masih harus bersikap sabar.

"Ara, Lo yang traktir kan?" Tanya Ica.

"Kenapa Ara? Emang situ gak mampu beli tiket? Miris banget, padahal barang nya branded semua." Sindir seseorang di sebelah Ara, yaitu Sasa. Alih-alih Ara, yang jawab malah si Sasa.

Ica dan teman-temannya melayangkan tatapan tak suka pada Sasa. Sedangkan Sasa merasa bodo amat. Ica mendengus pada Sasa. "Diem Lo! Gue gak ngomong sama Lo." Sasa hanya merotasi kan bola matanya.

Ica kembali menoleh pada Ara. "Gimana Ra? Lo yang traktir, kan?"

"Lo kan baik hati, pinter, cantik, kaya lagi, masa gak mau beramal sama kita kita." Kata Dina diangguki oleh temannya yang lain.

"Beramal tuh sama fakir miskin dan anak yatim, bukan sama orang berada kayak klean-klean." Komentar Sasa.

"Nyambung aja Lo kayak kabel." Sembur Devi pada Sasa.

"Biarin."cicit Sasa pelan.

"Kalau gue gak mau gimana?" Tanya Ara.

Sambil melipat tangan, Devi menjawab. "Ya, kalau Lo gak mau traktir kita, kita gak akan ngajak Lo buat satu kelompok sama kita lagi."

"kita juga gak akan ajak Lo lagi kalo kita mau kemana-mana." Sahut Naomi, sedikit terpaksa buka suara karena sedari tadi hanya diam.

"Hm, ya udah deh, gue traktir kalian hari ini." Ujar Ara pura-pura mengalah.

Yesss!! Ica dan teman-temannya bersorak ria. "Nah, gitu dong. Ini baru Ara yang kita kenal."

"Tunggu apa lagi, yok beli tiketnya sekarang ." Ajak Devi pada yang lain.

Namun tiba-tiba Ara menghentikan. "Eh tunggu dulu, aku mau ke toilet sebentar, boleh?" Katanya minta izin.

"Oh, ya udah cepet, keburu rame lagi nanti."ujar Ica yang dihadiahi jempol oleh Ara. Ara pun segera menjauh dari mereka untuk ke toilet.

Just FiguranWhere stories live. Discover now