Bagian 19

12.6K 1.4K 148
                                    


***

"Perkenalkan nama saya Sakala Wiratama, kalian bisa panggil saya Saka."

Mendengar nama itu, kepala Ara yang tadinya tenggelam dibalik tangannya tiba-tiba mendongak. Ia dapat menangkap dengan jelas sosok yang sempat membuat harapannya sirna tadi berada tepat di depan kelasnya.

Saka? Batin Ara.

"Alasan saya pindah ke sekolah ini karna ada pekerjaan orang tua yang harus dikerjakan disini. Saya harap kita bisa berteman dan bekerja sama di kemudian hari." Lanjut cowok itu.

"Baik, kalau sudah cukup, silahkan kamu duduk di meja yang kosong sebelah sana." Tunjuk Bu guru dan diangguki Saka.

"Kalau begitu ibu permisi dulu ya anak-anak. Oh iya, siang ini guru-guru akan mengadakan rapat, jadi otomatis sekarang tidak ada guru masuk kelas."

"Yeayyyyy!!!" Seru seluruh siswa.

"Asyikk jamkos, bisa tiktokan sepuasnya nih." Ujar sasa sumringah.

Ara tak menanggapi Sasa yang tengah bahagia itu karena sedari tadi matanya terus memperhatikan gerak-gerik cowok yang ia kira Raka tapi ternyata bernama saka itu. Bahkan, dia tak absen menatap nya sampai cowok itu duduk di meja tepat di arah jam satu dari mejanya.

Mata Ara memicing. Batinnya terus berucap. "Gak mungkin gue salah orang, dia pasti Raka, dari ujung kaki sampe ujung kepala persis banget kayak Raka."

"Gue masih ragu sama itu orang, dia sebenernya siapa?"

Tiba-tiba Ara bangkit dari duduknya dan berjalan ke meja cowok itu. Dia duduk di depan meja cowok itu karena kebetulan yang punya kursi keluar kelas.

Tanpa berkata-kata, Ara menatap saka dari atas sampai bawah. Membuat yang ditatap merasa terintimidasi.

"Mata, hidung, bibir, dan semuanya persis mirip Raka, eum... tapi yang membedakan cuma rambutnya sih, yang ini lebih keren." Batinnya.

Setelah sekian lama menatap Saka dan asyik ngobrol dengan dirinya sendiri dalam hati, Ara tersadar saat saka mengibaskan tangannya di depan wajah Ara.

"Hey!" Panggil Saka namun tampaknya cewek itu tidak menghiraukan dia. "Lo cewek yang tadi, kan?"

Bukannya menjawab, Ara malah balik nanya. "Lo mirip banget sama Raka, Lo Raka versi oppa oppa Korea, ya?" Tanya Ara.

Oppa Korea? Siapa yang dia bicarakan? "Sorry, gue gak ngerti Lo ngomong apa, lagian siapa yang namanya Raka? Gue udah bilang kalo gue Saka, bukan Raka."

"Perasaan lo hobi banget bilang sorry, dari tadi gak ke itung Lo bilang sorry berapa kali." Komentar Ara.

"Ya terserah gue lah, mulut mulut gue kan."

"Hm iya juga." Kata Ara sambil mengangguk. "Kalo Lo bukan Raka, kenapa Lo mirip banget sama dia..?"

Ara dapat melihat bahwa kening saka mengerut, tampak tak mengerti. "Gue... Gak tau, gue kenal Raka aja enggak."

Ara belum berkomentar, ia nampak tengah memikirkan sesuatu. Sepetinya cowok ini memang bukan Raka. Sikapnya agak kontras dengan sosok yang di depannya ini. Mungkin saja dia kembaran Raka di dunia lain atau jelmaan Raka yang hidup di novel ini. Entah lah, Ara tidak tau.

"No problem, meskipun Lo bukan Raka, gue akan tetep anggap Lo sebagai Raka di dunia ini." Ucapnya ditambah senyum manis.

"Hah?" Saka tak mau menghiraukan. Dia  beringsut dari duduknya dan pergi menjauh dari Ara.

***

Tak pernah sekalipun saka duga bahwa kepindahannya ke sekolah ini akan membawa petaka baginya. Masa bodo kalo kalian pikir itu berlebihan. Yang jelas, saka risih pake banget!

Just FiguranWhere stories live. Discover now