Bagian 13

14.8K 1.5K 17
                                    

Katanya, jam kosong merupakan hal yang paling disukai semua siswa. Banyak yang bilang, lebih baik sehari berada di kelas pada jam kosong daripada sehari libur. Bagaimana tidak, pada jam kosong itu mereka bebas melakukan apa saja dengan teman sekelas. Pokoknya serasa kelas milik bersama.

Seperti saat ini, kelas XI IPS 1 itu terlihat riuh setelah Agil mengumumkan bahwa para guru sedang rapat. Setelahnya suara sorak Sorai tak terbantahkan, menggelegar sampai-sampai bisa terdengar ke kelas sebelah. Para siswa pun tak mau melewatkan kesempatan ini. Mereka wajib memanfaatkan waktu sebaik mungkin sebelum para guru menyelesaikan rapat.

Ada yang memanfaatkan kesempatan ini dengan menjelajah ke pulau kapuk alias tidur. Ada yang nongki sambil main gitar di depan kelas. Ada yang mendadak jadi yutuber sambil nge-review benda apapun yang ada di kelas. Ada juga yang lagi menabung dosa alias meng-ghibah. Contohnya geng nya si Ica ini.

"Gengs gengs! Ada berita anget nih, kalian udah pada tau gak sih?" Si Ica nampaknya sedang memulai perghibahan ini.

"Kenapa kenapa ca?" Sembur Dina.

"Itu loh, ada berita viral banget sampe masuk lambe lambe itu lah, katanya ada aktor yang lagi kena skandal."

"Oh yang itu ya, gue tau! Parah banget sih, gue sampe gedek liat mukanya." Kata seorang cewek yang berambut keriting bernama Devi.

"Yang mana sih, kok aku gak tau ya?" Kali ini Naomi yang ngomong.

"Ih, Lo kudet banget si, masa gak tau yang lagi viral. " Cerca Ica pada Naomi.

Devi terkikik geli. "Maklum lah guys, kan si Naomi rumahnya agak pelosok, mungkin kurang update gegara susah sinyal." Yang menjadi objek candaan hanya mengerucutkan bibir.

Merasa kasian pada Naomi yang gak tau objek yang mereka bicarakan, Dina memperlihatkan ponselnya di depan wajah Naomi. "Nih gue kasih liat fotonya, pasti Lo tau kan? Ini yang lagi naik daun itu gara-gara maen di film yang pernah booming pada masanya."

Sambil memperhatikan foto di hp Dina, Naomi membenarkan kaca matanya yang melorot. "Oh yang ini, aku tau sih. Tapi aku gak pernah ikutin lagi kelanjutannya."

"Btw kalian udah nonton videonya belum? Iww parah banget gak sih, tuh orang gak ada kapok-kapoknya bikin masalah." Kata Ica sambil bergidik ngeri saking gregetnya.

Devi mengangguk, setuju dengan ucapan Ica. "Bener tuh, dulu juga dia pernah ada kasus hampir sama kayak sekarang. Tapi ya, mungkin itu anak gak pernah diajarin belajar dari kesalahan, makanya ngelakuin lagi."

"Padahal dia seumuran lho sama kita, tapi pergaulannya udah bebas banget". Ujar Dina

"Kalo gak salah, bukannya dia ada film yang bentar lagi tayang ya?" Ujar Naomi, sedikit tau.

"Oh iya, bener!!" sembur Ica. "Oemji guys, kalian jangan deh ya nonton film itu cowok, gue sih udah fixed gak akan nonton."

"Idih, gue juga ogah, liat mukanya itu aja udah mau muntah gue." Kata Devi.

"Gue juga gak bakalan nonton lah, mending gue nonton Frozen seribu kali daripada nonton film yang artisnya bermasalah." Timpal Dina.

Ica menoleh pada Naomi. "Kalo Lo, nao?"

Naomi mengedikan bahu. "Gak tau deh, bisa nonton, bisa juga enggak."

"Lo kok bar-bar sih, kalo enggak ya enggak, kalo mau ya mau." Kesal Dina.

Sementara itu, Ica lagi fokus sama hpnya. Saat men-scrooll akun sebuah produksi film, ia melihat info yang membuatnya excited. "Astagaaa guys mau meninggoy!! Film bebep gue tayang hari ini ternyata, aduh... Kok gue bisa lupa sih." Teriak Ica, lebay.

"Wihh gue juga mau nonton kalo film yang itu." Ujar Dina.

"Terus gimana? Jadi nonton kan?" Tanya Devi dengan senyum miring.

"Harus pokoknya, ya kali enggak." Seketika senyum miring Ica juga terukir saat matanya ia arahkan pada seorang cewek yang sedang menulis tak jauh darinya.  Dengan semangat dan penuh keyakinan, ia bangkit dari duduknya dan menghampiri cewek itu. Seakan sudah hafal akan gerakan Ica, teman-teman Ica berdiri dan mengikutinya. Ica pikir, Sudah lumayan lama dia tak menggunakan ATM berjalannya.

"Ara... Liat deh, ada film baru lho!" Serobot Ica menghentikan aktivitas Ara. Ica memperlihatkan ponselnya kepada Ara yang tengah mengerutkan kening.

"Oh ya?" Tanya Ara, berusaha terlihat ramah meskipun ia agak bingung dengan kedatangan keempat cewek itu yang tiba-tiba.

"Iya, nih Ra. Kita pengen banget nonton filmnya." Dina yang menjawab.

Mata Ara memperhatikan sebuah gambar di ponsel Ica. "Hm, kayaknya film nya bagus ya."

"Makanya kita mau nonton, kamu ikut kan?" Tanya Ica pada intinya.

"Kalian ngajak gue?" Tanya Ara sambil menunjuk dirinya.

Ica, Devi dan Dina mengangguk. "Jelas dong, kita kan selalu ajak kamu kalo kemana-mana."

"Jadi gimana Ra, Lo ikut kan?"

Tanpa pikir lama, Ara mengangguk. Toh dia juga sudah lama tak nonton film di bioskop. Mumpung sekarang udah punya uang banyak, maka dari itu ia harus memanfaatkannya. "Oke, gue ik---"

"Ada apa nih rame-rame?" Potong seseorang yang abis dari toilet.

Merasa suara itu ada di atasnya membuat Ara mendongak. "Sasa?"

Sasa tak mengindahkan ucapan Ara. Dia malah melihat geng Ica dengan tatapan tak suka. "Ngapain kalian di meja kita?"

"Wesh, santai Sasa, santai. Jadi gini, kita tuh mau nonton bareng pulang sekolah nanti. Kalau kamu mau ikut juga boleh kok." Jelas Ica dengan tersenyum semangat.

Mata Sasa melihat Ara tak percaya. "Serius kamu mau ikut nonton sama mereka?"

Ara mengangguk tanpa ragu. "Emangnya kenapa?" Tanya Ara santai.

"Ikut aku, Ra!" Sasa tiba-tiba menarik tangan Ara dan membawa Ara ke luar kelas.

"Ara! Jangan lupa abis pulang sekolah ya,  kamu udah terlanjur bilang oke lho!" Teriak Ica yang masih terdengar oleh Ara begitupun Sasa yang mendesis sebal.

Sasa terus menarik tangan Ara dan berhenti tepat di depan Mading.

"Kenapa sih sa? Maen tarik-tarik aja, ini tangan bukan tambang!" Gerutu Ara.

Sasa tak mengindahkan gerutuan Ara. "Sumpah Ra, kamu jangan lagi ikut sama mereka, pokoknya kamu jangan pernah main sama mereka lagi."

"Kenapa sih? Emangnya mereka ajaran sesat yang gak boleh diikutin?"

"Ish, kamu tuh ya, aku serius!!"

"Aku dua rius." timpal Ara kelewat santai.

"Astaga Ara.. kalau-kalau kamu lupa, mereka sebenarnya cuma mau manfaatin kamu doang, orang-orang modelan kayak mereka itu gak punya modal, bisanya cuma morotin duit orang."

Oh, oke. Ara baru inget sekarang. "Aku tau." Ujar Ara lagi-lagi sangat santai.

"Terus? Kamu bakalan diem dan nurutin kemauan mereka gitu aja? Ara, kalau kamu begitu terus yang ada mereka malah makin ngelunjak, kamu sadar gak sih kamu itu lagi diporotin."  Rasa kesal Sasa pada kebegoan Ara semakin menjadi.

Tak menghiraukan rasa kesal Sasa, Ara malah berdecak. "No problem, uang aku juga gak akan abis bahkan sampe tujuh turunan."

"Astagfirullah gustii... Harus pake cara apa lagi buat bikin manusia satu ini sadar, gak kuat, hayati udah lelah."

Tangan Ara terulur memegang pundak Sasa, lalu terkekeh pelan. "Udah, kamu tenang aja, yang harus kamu lakuin sekarang adalah bilang sama mereka kalau kamu mau ikut nonton juga, oke?"

"Apa?!"

Muka tak percaya Sasa tak dihiraukan karena Ara sudah terlanjur pergi begitu saja meninggalkan Sasa sendiri. Tanpa Sasa tau, Ara tengah menyunggingkan senyum dibalik wajahnya.

Just FiguranWhere stories live. Discover now