Bagian 8

19.1K 1.9K 23
                                    

Pandangan Ara terfokus pada sebuah benda di tangannya, yakni menatap kotak bekal seakan kotak bekal itu bisa menatapnya balik. Dia tengah dilanda keraguan. Kotak berisi bekal itu adalah titipan papanya untuk diberikan kepada Ken. Ya, untuk Ken. Padahal Ara sudah bilang bahwa Ara tidak mau lagi memberikan bekal untuk si Ken yang tidak punya akhlak itu. Dan Ara yakin papanya mendengar hal itu. Namun, sepertinya bi Sari tidak. Pasti Bi Sari lah yang sudah menyimpan kotak bekal ini di tas Ara hingga sekarang ada di genggamannya.

Daripada memberikan bekal ini untuk Ken, Ara sedang memikirkan kepada siapa bekal ini akan dia berikan. Dan yang pasti bukan untuk Ken. Karna dia tidak mau dipermalukan lagi dan berusaha untuk berhenti jadi budak cintanya Ken. Kalau saja dirinya belum se-kenyang ini, pasti lah bekal berisi nasi goreng ini sudah dia eksekusi. Berhubung dia sudah kenyang, maka dia harus memberikan bekal ini kepada seseorang supaya tidak mubadzir.

Mata Ara menangkap seorang cowok pendiam yang duduk di barisan paling belakang. Kalau tidak salah namanya Dani. Setau Ara cowok itu jarang ke kantin, dan di kelas pun dia tak pernah melihat cowok itu makan. Oke, target sudah ditemukan. Seperti nya Ara akan memberikan bekal ini kepada cowok yang bernama Dani itu.

"Dani!" Panggil Ara sambil berjalan ke arah meja Dani. "Lo udah makan kah?"

Dani sedikit kebingungan karena kedatangan Ara yang tiba-tiba, ia menggeleng dan menjawab belum.

Ara tersenyum. "Kebetulan kalo gitu, ini bekal buat Lo, dimakan ya." Ujar Ara sambil menyodorkan kotak bekal itu. Senyum yang tadinya terlukis di wajah Ara seketika sirna karna sebuah tangan mengambil paksa bekal tersebut dan melemparnya tiba-tiba. Ara terkejut saat itu juga.

"Ken, Lo!"

Ya, pelakunya adalah Ken. Dia yang melempar bekalnya sehingga saat ini kondisi nasi di dalam kotak bekal tersebut telah berceceran kemana-mana. Ara marah melihatnya, tangannya terkepal. "Kenapa Lo lempar bekal gue?" Tanya Ara datar.

"Harusnya gue yang nanya sama Lo, masih belum nyerah juga buat ngasih bekal sampah Lo ke gue?" Tanya Ken dengan senyum miring.

"Lo yang sampah! Lo pikir bekal itu bakal gue kasih ke Lo? Jangan mimpi!"

"Ckkk, dan Lo pikir gue percaya? Gak usah drama, semua orang juga tau kalo bekal lo itu pasti buat gue, meskipun gue gak pernah sudi terima apalagi makan bekal Lo itu." Ken menoleh ke arah Dani. "Dan apa-apaan ini? Lo buat trik baru lagi? Lo kasih bekal gue ke orang lain biar bikin gue cemburu? Trik Lo semua murahan dan enggak akan mempan buat gue."

Ara nampak tak menghiraukan ucapan Ken. Dia malah menatap nanar nasi yang sudah berserakan di lantai. Matanya sedikit berair. Dia membuang nafas keras. "Kenapa harus dibuang, sialan? Padahal bisa dikasih ke orang yang membutuhkan." Ujar Ara datar.

"Makanan Lo rasanya kayak sampah, makanya gue buang ke tempat yang semestinya."

"TAPI ITU MAKANAN KEN! PAKE OTAK LO! LO PIKIR LO KEREN BUANG-BUANG MAKANAN KAYAK GITU HAH!" Bentak Ara. Dadanya bergemuruh. Dia sangat kesal dengan orang yang ada dihadapannya saat ini yang begitu menyepelekan makanan.

"Kalo Lo gak buang bekal itu, mungkin Dani sekarang lagi menikmati bekal gue dengan lahap, mungkin Dani udah ngerasain kenyang saat ini, mungkin Dani bisa ngerasain makan di sekolah disaat temen-temen lain makan enak di kantin, dan Lo... Tiba-tiba menghancurkan semuanya gitu aja?"

Ken mengernyit, hampir tak mengerti maksud Ara. Harusnya saat ini Ara sedang menangis atau memohon simpati darinya, bukan malah seperti ini. Ken melihat sisi yang sangat berbeda dari Ara. Ara tampak mengeluarkan kekesalan padanya. Bukannya dulu Ara tidak pernah kesal kepadanya?

Ara menoleh pada Dani. "Dan, gue tau Lo jarang bawa bekel bahkan gak pernah jajan sekalipun di sekolah. Gue tau Lo gak pernah bawa uang jajan sepeserpun, gue juga tau bayaran SPP Lo udah nunggak tiga bulan kan?"

Just FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang