Bagian 21

13.8K 1.6K 268
                                    

***

Ara menghela napas saat dia tidak menemukan tempat duduk kosong di kantin. Semua telah terisi penuh. Kalau tau begini, lebih baik dia gak usah kesini dan makan di kelas aja. Karna kebetulan dia bawa bekal hari ini.

"Mau makan?"

"Eh?" Ara hampir terjungkal karena tiba-tiba Saka muncul di sampingnya.

"Kenapa? Lo kaget?"

"Lo... Ngomong sama gue?" Tanya Ara tak percaya. Pasalnya dia tak mengerti kenapa akhir-akhir ini saka terus berada di dekatnya.

"Lo pikir gue ngomong sama hantu."

Ara malah cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang gak gatel sama sekali.

Ara merasa hari ini agak sedikit  aneh. Semua keanehan dimulai dari tadi pagi. Saat dirinya tiba di kelas, tiba-tiba Saka menyapanya dengan ramah. Mau tak mau meski dilanda kebingungan, Ara membalas sapaan Saka dengan canggung. Belum lagi saat dirinya ditunjuk untuk mengisi pertanyaan di papan tulis oleh Bu Dewi, guru sejarah mereka. Fyi, Ara gak pinter-pinter amat soal pelajaran apalagi sejarah. Sejarah hidupnya aja dia lupa-lupa inget, apalagi sejarah tentang teori-teori makhluk hidup. Makanya pada saat itu dia ketar-ketir karena gak tau jawabannya.

Dan untungnya ada satu murid yang memperkenankan dirinya untuk membantu Ara menjawab pertanyaan di depan. Rasanya, Ara ingin sujud syukur saat itu juga karena dia bisa terbebas dari mengisi soal ini. Tapi siapa sangka bahwa ternyata orang itu adalah Saka. Ara semakin dibuat tak mengerti saat saka melemparkan senyum manis padanya. Terpesona, aku terpesona. Begitu suara Ara bersorak di dalam hatinya.

"Lo belum jawab pertanyaan gue." Ujar Saka membuyarkan lamunan Ara.

"Pertanyaan yang mana?" Aneh banget, kenapa saat berada di dekat Saka Ara jadi mendadak telmi gini.

Saka hanya geleng-geleng kepala sambil berdecak. "Mau makan bareng gak?"

"... Lo jangan geer dulu, gue ngajak Lo karna gue juga mau makan, jadi sekalian aja gitu." Lanjut Saka.

Ara tertawa pelan lalu langsung menggeleng. "Gak usah deh, gue makan sendiri aja."

"Lo masih marah sama gue?"

"Kayaknya lo lupa deh, bukannya lo yang marah sama gue kemaren?"

"Ya itu kan kemaren, sekarang beda lagi."

"Udah beda ya? Apa karna Lo mulai kasian sama gue?" Tak ada jawaban dari Saka. "Gue duluan ya." Lanjutnya, sedetik kemudian Ara langsung ngacir, mencoba menjauh dari Saka.

"Tunggu Ra!" Cegah Saka sambil menyusul Ara.

Memalukan, baru beberapa langkah Ara menjauh dari Saka, tiba-tiba dia merasa penyakitnya kambuh. "Sial, ini penyakit gak tau situasi banget."

"Lo gapapa?"

Gapapa gimana? Saka gak liat Ara lagi kesakitan begini? Batin Ara.

Tanpa Ara duga, saka tiba-tiba membopong Ara menuju UKS. Disampingnya, Ara sedikit shock karena perlakuan Saka yang terlihat  khawatir dan antusias untuk menolongnya. Bahkan, Ara tak menghiraukan tatapan-tatapan sinis orang-orang yang melihatnya bersama Saka.

Saat sampai di tempat yang dituju alias UKS, saka langsung membantu Ara duduk dengan sangat hati-hati.

"Obatnya ada dimana?" Tanya Saka.

"Di tas gue, tapi tas nya---" jeda Ara saat mengingat tas nya ada di kelas.

Seakan paham ucapan Ara, tanpa pikir panjang Saka segera berlari keluar UKS dengan cepat. Bahkan saking cepatnya Saka lari, Ara sampe menduga bahwa saka pake sepatu super sehingga membuat larinya seperti angin lewat.

Just FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang