Bagian 5

21.4K 2.5K 45
                                    

Setelah keluar dari kerumunan tadi, entah mengapa kaki Ara membawanya ke toilet. Untungnya saat ini toilet tengah sepi, jadi Ara bisa bebas berbicara ngaler ngidul.

"Jadi... cewek yang gue tolong itu Gisel? Gue bener-bener gak nyangka bakal ketemu dia secepat ini." Gumam Ara pada dirinya sendiri.

"Gila sih, ternyata si Gisel emang cantik banget, gue sampe lupa kodrat gini."

Dia melihat pantulan dirinya di cermin. "Tapi kalau dilihat-lihat Ara juga gak kalah cantik sih kalo dibandingin sama si Gisel itu."

Ara menghela nafas. "Pada akhirnya ge udah ketemu dua tokoh utama, lalu apa yang harus gue lakuin sekarang? Hm, demi memutus rantai penderitaan Ara kayaknya gue harus lebih berusaha jauhin si Ken dan biarin dia bersatu sama Gisel."

Ara menjentikkan jarinya. "Aha! Ide bagus, Lo emang pinter." Bangga Ara sambil tersenyum lebar.

Ara akhirnya melangkah keluar toilet. Tepat di depan pintu, sebuah kaki tiba-tiba muncul dan membuatnya hampir tersandung. Ara refleks memegang dadanya. "Astagfirullah! Untung selamat!" Ara mendongak melihat siapa pemilik kaki biadab itu. Ia melebarkan matanya.

"Leon!"

"Apa yang Lo lakuin sama Gisel?" Tanya Leon langsung ke intinya. Sedangkan Ara terlihat santai dan melipatkan tangannya di depan dada.

Ara menghela nafas. Sedikit malas sebenarnya menghadapi pahlawan kesiangan nomor dua (nomor satu nya si Ken). "Mau jadi pahlawan kesiangan Lo?"

"Gak usah mengalihkan topik dan gak usah pura-pura bego, Lo gak pura-pura juga udah keliatan bego."

"Sialan! Maksud Lo apa sih, Leon?!"

Leon maju selangkah. "Jangan pernah nyentuh Gisel sedikitpun, gue gak akan tinggal diam kalo ada yang nyakitin Gisel, gue akan ngehancurin siapa pun yang nyakitin Gisel sekalipun itu elo cewek lemah!" Ucapan tajam sekaligus cengkraman Leon membuat hati Ara teriris. Sejahat itukah dia di mata orang-orang. Setau Ara, dia tidak pernah berbuat buruk, tapi mengapa seolah-olah Ara adalah seorang penjahat disini.

"Gue gak akan segan kalau Lo berani nyentuh Gisel lagi." Lanjut Ken kemudian hendak berlalu meninggalkan Ara. Namun langkahnya terhenti mendengar Ara berbicara.

"Lo lagi ngomongin kejadian di kantin tadi, kan?" Tanya Ara mencoba menahan diri. "Lo, seberapa tau tentang kejadiannya?"

"Gue emang gak liat secara langsung, tapi gue udah denger dari anak-anak, Lo pikir gue gak tau apa-apa hah?"

Ara berdecih, matanya mulai memanas. "Lo bahkan gak tau kejadian yang sebenarnya, bisa-bisanya Lo berani ngancem orang yang belum tentu salah."

"Belum tentu salah Lo bilang? Lo pikir gua gak tau sifat asli Lo kayak gimana. Lo itu villain disini, Lo cuma bersembunyi di balik kepolosan palsu Lo!"

"Lo salah, Leon, gue bukan villain. Bahkan tokoh villain kayaknya lebih penting dibanding gue." Ara berdecak. Karna gue adalah seorang figuran.

"Kayaknya gue terlihat sejahat ya itu di mata lo. Apa gue seburuk itu dalam pikiran Lo? Emang yah, manusia itu kadang lebih percaya sama pendengarannya daripada penglihatannya."

"Inget ya Leon, Lo boleh gunain telinga Lo buat denger, tapi jangan lupa juga buat gunain mata dan pikiran Lo supaya gak langsung berasumsi buruk sama orang. Lo gak tau kan rasanya disalahkan padahal Lo gak salah apa-apa." Setelah mengucapkan itu, Ara berlalu meninggalkan Leon yang hanya diam.

Jujur, Leon terpaku mendengar ucapan Ara. Terlebih lagi, wajah Ara yang Leon tangkap terlihat sendu, seperti terlihat kecewa karena merasa selalu disalahkan. Ada sedikit rasa bersalah menggerogoti hati Leon. Ah sial, apakah Leon sudah keterlaluan?

Just FiguranOnde histórias criam vida. Descubra agora