Bagian 9

18K 1.7K 40
                                    

Gabut. Itulah yang Ara rasakan saat ini. Meskipun setiap harinya ia merasa gabut, namun di hari Minggu ini gabut-nya nambah berkali-kali lipat. Kegiatan nya hanya seputar makan, main hp, pup, makan lagi, main hp lagi, itu-itu saja. Tak heran ia merasa bosan setengah mati.

Jujur, di rumah sebesar ini ia sangat merasa kesepian. Meskipun ada beberapa pegawai yang tinggal di rumah ini, Ara tetap saja merasa sendiri. Bagaimana tidak, mereka hanya fokus dengan kegiatannya masing-masing. Begitu pun dengan papa nya yang super duper sibuk. Mungkin saking sibuknya, bisa-bisa papa nya itu lupa kalau masih punya seorang anak di rumah.

Akhirnya Ara memutuskan untuk pergi ke taman komplek yang tak jauh dari rumahnya. Ara hanya mengenakan hoodie oversized warna biru awan dan celana hitam. Meski simple, Ara tetap terlihat cantik dan lucu karena hoodie oversized yang menutupi tubuh kecilnya. Rambutnya ia ikat kuda dengan asal-asalan, sehingga masih ada beberapa helai rambut yang tak ikut terikat membuatnya semakin cantik. Iya lah cantik, kan Ara cewek.

"Bi Sari, aku pergi ke luar sebentar ya, mau cari angin." Izin Ara pada bi Sari, salah satu ART yang telah bekerja belasan tahun di rumahnya.

"Baik, non Ara. Bibi panggil kan pak Indro dulu untuk nganter non Ara."

"Enggak usah, Bi. Aku cuma mau jalan di sekitaran sini doang kok, gak usah dianter pak Indro segala."

"Tapi Non, kalau terjadi apa-apa sama non Ara gimana?" Bukan apa-apa. Bi sari hanya khawatir jika Anak majikannya pergi sendiri. Padahal kan biasanya Ara tak pernah berani pergi seorang diri tanpa pak Indro, supir pribadi Ara.

"Aduh, bi Sari berlebihan banget deh, aku itu cuma mau jalan jalan di sekitar komplek ini aja, bukan mau pergi ke luar angkasa." Ara tertawa pelan. "Udah, bibi gak usah khawatir, aku cuma pergi sebentar kok." Ucapnya untuk meyakinkan bi Sari.

"Ya udah kalau begitu non. Tapi, non Ara hati-hati ya." Ucap bi Sari ragu-ragu.

Ara mengulas senyum. "Siap, bi."

Gak ada yang menarik. Kompleks ini begitu sepi, seperti tidak ada kehidupan disini. Orang-orang pada kemana ya, pikir Ara. Oh Ara tau. Mungkin para kalangan orang kaya ini sedang berlibur atau semacamnya. Soalnya kan mereka sudah bekerja dari hari Senin, dan hari weekend ini mereka manfaatkan untuk melepas penat setelah berkutat dengan pekerjaan masing-masing. Cukup nyambung, lah.

"Oh, shit!" Ara tiba-tiba bersembunyi di balik semak-semak.

Ara melihat Ken dan teman-temannya yang pastinya terdiri dari Leon, daffa, Rangga, dan ada Gisel juga di antara mereka. Tebak gaes, apa yang membuat Ara sedikit merasa ... Gak terima? Ada Sasa juga disana!! Dilihat dari pakaiannya, sepertinya mereka sedang olahraga bersama.

"Kok Sasa gak ngajak gue sih." Keluh Ara. Namun, dia lantas menggeleng. "Enggak, enggak, walaupun Sasa ngajak gue, gue juga gak bakalan mau sih kalau sama mereka apalagi ada Ken."

Dilihat dari kejauhan pun, sangat jelas bahwa mereka sangat kompak. Mereka tertawa bahagia, Ara yakin itu karena lelucon si Dafa yang kelewat aktif. Ken juga tampak serasi dengan Gisel yang terus berada di sampingnya. Tak lupa Sasa juga terlihat sangat ceria berada disisi Rangga. Sedangkan Leon, dia tampak asyik memainkan ponselnya sembari mendengarkan musik lewat earphone.

Ara tersenyum kecut. Tak ingin lama-lama jadi penguntit yang menyedihkan, Ara bangkit dan menjauh dari mereka. Ara ingin pergi sejauh mungkin, rasanya melihat para pemeran utama itu membuat Ara sedikit keki.

Ara mendapati penjual es krim tak jauh darinya. Tanpa pikir panjang Ara segera membeli es krim itu. Setelah membeli es krim, ia memutuskan untuk duduk di kursi yang berada di dekat penjual eskrim. Dengan pandangan kosong ke depan, Ara menjilati es krim itu dengan kurang semangat.

Just FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang