Bagian 4

23.1K 2.6K 84
                                    

***

"Kondisi kamu udah pulih, Ra?"

"Kamu baik-baik aja kan, Ra?"

"Gimana keadaan kamu sekarang?"

"Aku turut prihatin atas kecelakaan kamu kemaren."

"Ara keliatan tetep cantik ya walaupun habis dirawat di rumah sakit."

Begitulah kira-kira sambutan atas kembalinya Ara ke sekolah. Berbagai pertanyaan yang mengandung kekhawatiran tertuju padanya. Ara tersenyum haru, ternyata memang benar bahwa teman-teman sekelas Ara sangat lah ramah dan baik hati.

"Gue baik baik aja kok, makasih banget ya semua, gue jadi terhura deh hehe." Ucap Ara sok dramatis. Ara hanya sesekali mengangguk dan tersenyum canggung saat teman-teman kembali melempar pertanyaan basa basi padanya.

Ia melebarkan matanya tatkala melihat Ken dan Leon diujung sana. Oh my God, apa lagi ini miskah? Jadi dia sekelas dengan dua cowok menyebalkan itu. Astaga, padahal ia ingin jauh-jauh dari dua orang itu. Tapi mengapa takdir seakan mempermainkan nya.

Ara mendekatkan dirinya pada Sasa, "Ken dan Leon sekelas sama kita?" Bisik Ara untuk memastikan.

"Ya iya lah mereka sekelas sama kita, orang pas pembagian kelas kamu nyogok guru supaya Ken sekelas sama kamu."

"Oh ya?" Ara bergidik ngeri dan Sasa hanya mengangguk. "Astaga, makin susah deh buat jauh-jauh dari dia." Gerutu Ara pelan.

"Hah, ngomong apa kamu?"

"Ah enggak kok enggak. Btw, kita duduk dimana?"

Sasa sempat mengernyit, namun seketika ia ingat bahwa Ara kan amnesia. "Oh aku lupa, kita duduk di meja kedua, ayok!" Ara mengangguk semangat.

Ara mencoba menoleh pada Ken yang ternyata sedang menatapnya datar. Dasar psikopat, eh tapi mulutnya doang yang psikopat. Ara melebarkan matanya sesaat. 'Apa liat-liat?'

Guru telah datang, membuat suasana kelas seketika hening. "Oh iya Ra, nanti jam istirahat aku ajak kamu keliling sekolah ya." Bisik Sasa takut kedengaran guru killer itu.

Ara refleks memeluk Sasa dengan erat. "Aaa.. makasih Sasa, kamu emang ter- the best deh."

"Selamat pagi anak anak-anak."

"Pagi pak." Jawab semua siswa serentak.

"Gimana kabar kalian hari ini?"

"Ba..." Baru saja semua siswa akan menjawab, namun segera dipotong oleh pak Subroto.

"Sudah nggak usah dijawab, sebenarnya saya nggak nanya ke kalian, tapi ke Ara saja." Potong pak Subroto sambil melangkah menuju meja Ara.

Hampir semua siswa mendengus sebal. Dasar guru killer menyebalkan. Ara lagi, Ara lagi. Iya, Ara adalah anak murid kesayangan guru matematika itu. Padahal, seluruh siswa juga tau kalau Ara sangat payah soal angka. Namun entah mengapa guru itu selalu mengistimewakan Ara dan selalu pilih kasih. Kalian tau sendiri lah, itu karna Ara merupakan anak dari donatur tetap sekolah ini.

"Sasa, kok dia tiba-tiba nyebut nama aku?" Tanya Ara pada Sasa yang diam-diam tengah makan makaroni di mejanya. Sasa yang takut ketahuan pun segera menyembunyikan makaroninya kembali ke kolong meja.

"Ya iya lah dia nyebut nama kamu Ra, secara kan kamu itu murid kesayangan pak Subroto." Jawab Ara.

"Oh namanya pak Subroto." Ara ber-oh ria. "Emang aku sepinter itu ya sampai jadi anak murid kesayangan dia." Kata Ara pelan sambil cengengesan. Ternyata di dunia ini Ara tak sebodoh yang ia kira.

"Iya kamu pinter banget. Saking pinternya, kamu gak bisa ngebedain mana bilangan bulat mana bilangan real."

Ara tak sadar bahwa dirinya sedang disindir. Ia malah menepuk-nepuk paha Sasa. "Shut diem, dia kesini."

Just FiguranWhere stories live. Discover now