3. Begin Again

83 19 0
                                    

"Sayang, dijemput jam berapa?"

Hari Sabtu yang membuat Wendi galau seminggu penuh itu datang juga akhirnya. Wendi yang masih setengah sadar mengangkat telepon dari Sakti dengan mata yang masih rapat ketutup. Kalau bukan karena Wisnu yang keganggu dengan suara alarm-nya di pagi itu, kayaknya Wendi masih mengembara di alam mimpi deh sekarang.

Satu minggu Wendi kemarin sudah terlampau kacau. Pikirannya tidak bisa fokus, terutama setelah mendengar kabar bahwa Seno satu kantor dengan Wisnu. Hari-harinya ia paksa untuk sibuk, thanks to Pak Fajar yang menubrukkan dirinya pada begitu banyak kerjaan minggu ini. Tapi ternyata hari ini tetap datang juga dan Wendi harus tetap hadapi apapun yang akan terjadi nanti.

Masa sih seorang Hansa Senopati kembali? Kalau cowok itu sekarang stay di Jakarta, berarti bukan tidak mungkin kalau dia juga akan datang hari ini. And it sucks.

Matanya kembali berusaha fokus untuk melihat jam dinding di seberang tempat tidur. Masih jam 7 pagi. Ia menguap sekali lagi, yang langsung ditanggapi Sakti dengan tawa khasnya.

"Katanya jam 10 kan acaranya, ayo bangun dong. Biar nanti sempat keliling juga. Juna udah siap katanya. Dia kan nganter Sekar dulu habis itu ke tempatku."

Wendi akhirnya berusaha bangun sambil sedikit mendumel, "Iya iya. Kamu kok tumben semangat banget sih datang acara nikahan?"

Yang ditanya hanya terkekeh sebentar. "Anggep aja aku lagi bener. See ya, i love you."

Wendi menutup telepon dengan helaan napas panjang. Batinnya bergejolak, tidak ingin kalah dengan kenangan. Oke, nggak ada waktu buat galau.

Kayak biasa aja, kayak seorang Wendi yang seperti biasa aja.

Kayak Wendi yang biasanya selalu tidak gentar.

Kayak Wendi yang bikin iri karena masih bisa bebas karena lajang.

Kayak Wendi yang selalu tangguh di mata orang-orang sampai membuat Sakti begitu bangga bisa berhasil menyentuh hatinya dan memilikinya sekarang.

Satu jam setelah telepon dari Sakti dan puluhan miss called lainnya dari Juna yang nggak sabar menunggu, akhirnya Wendi sudah siap dan menyambut mereka. Sudah lama tidak datang ke nikahan, akhirnya ia memutuskan hanya menggunakan dress selutut dengan warna peach dan aksesoris biasa seperti kalung dan cincin. Cincin yang lumayan istimewa karena cincin ini pemberian dari Sakti waktu ulang tahunnya yang ke 28.

"Waw, kamu siapa? Hari ini memang jadwalnya malaikat turun ke bumi?"

Sakti yang sejak tadi mengobrol dengan Wisnu dan Juna yang bermain PS di ruang tengah, melongo begitu melihat Wendi yang sudah full make up keluar dari kamar. Matanya membulat dengan antusias.

"Lebay lo, Kak ..." dumel Wooseok sambil menepuk-nepuk bahu pria itu yang melongo. ".... sejam yang lalu dia cuma Wendi ber-iler yang baunya ga karuan,"

"Masih mau pizza kayu bakar kesukaan lo buat oleh-oleh nggak?" tanya Wendi perlahan dengan mata licik.

Wisnu yang sejak tadi fokus dengan PS-nya kini menoleh ke arah Wendi sambil jari tangannya yang membentuk hati. Sakti ikut mendekat, matanya berkilat penuh semangat begitu mendengar makanan kesukaannya terucap. Juna hanya menatap keduanya sambil geleng-geleng kepala. Mereka semua tahu Sakti adores Pizza melebihi rasa cintanya pada Wendi.

"Sakti ..." Juna mendekat ke arah Sakti sambil menggeleng, "Gue tahu apa yang lo pikirin soal pizza tapi lo nggak bisa lewatin Macaroni Schotel di hotel yang bakal kita datengin,"

Wendi memutar bola matanya, sambil bergegas membereskan barang bawaannya, "Udah yuk ah. Bye Wisnu. Selamat malam mingguan sendirian!"

Wisnu hanya memanyunkan bibir sambil mengantar mereka ke depan dan menutup pagar. Seperti biasa Wendi akan memberikan beberapa mandat tentang rumah, seperti kunci pintu setiap mandi dan tidur siang atau memastikan kompor tidak ditinggal tidur ketika menyala. Wisnu hanya mendumel karena ia sudah hapal dengan semua itu.

Into The Light (Seungwoo X Wendy) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now