12. Timeline

69 12 0
                                    

Suara jari-jemari yang menari diatas keyboard masih memenuhi satu-satunya kubikal yang lampunya masih menyala terang di ruangan itu. Beberapa laporan yang harus Wendi submit malam itu satu-persatu sudah mulai memasuki sistem dan langsung dicek oleh Juna secara berurutan.

Keduanya hanya terfokus pada laptop masing-masing, diiringi suara menguap dari keduanya secara bergantian.

"Wen, satu lagi pulang deh. Ngantuk parah gue,"

"Lagian lo suka kebiasaan deh mendadak begini. Udah diminta dari Senin juga,"

Juna menatap Wendi dari kubikalnya, kepalanya mendongak sedikit dengan wajah yang senewen, "Lo sih pakai acara vertigo. Bukan vertigo kali tuh cuma kena gejala shock ketemu gebetan lama,"

Wendi hanya mendelik sambil akhirnya mengirim laporan yang terakhir, "SELESAI. Aaaaak stres gue,"

"Terima kasih tak terhingga, Wen. Maafkan bosmu yang kurang kompeten dalam kerjaan dadakan ini,"

Wendi hanya tersenyum meledek sambil memeriksa ponselnya. Pesan Sakti, Ibunya, dan Chandra memenuhi notifikasi hpnya. Ia hanya memeriksa sekilas pesan Sakti yang belakangan ini jadi dingin terhadapnya itu. Sepertinya anak itu mencari alasan untuk bertemu dengan bawa-bawa Wisnu dan mengajak adiknya itu pulang bersama. Ia lalu hanya membalas sekenanya sambil beralih ke pesan Chandra. Alisnya terangkat sebelah.

"Jun, lo tahu kan Chandra anak kelas gue?"

"Iya tahulah, kenapa?" ujar Juna diselingi suara printer yang memenuhi ruangan. 

"Ini dia ngajak gue buat Into the Light-thingy lagi. Males deh,"

"Mau ngapain lagi dah kelas lo?"

"Camping. Nggak tahulah temu kangen gitu. Chandra kena apes gitu disuruh ngurusin karena orang-orang single yang tersisa dan stay di Jakarta tinggal dikit kayak gue, Chandra, dan mungkin .... Seno,"

Juna menaikkan sebelah alisnya, "Gue tahu bukan Chandra yang bikin lo males, Senonya kan?"

"Nggak juga sih. Chandra kan tahu kalau gue suka Seno. Pasti nanti jadi aneh kalau kita bertiga jalan bareng gitu .... Lo nggak mau apa nyamar jadi anak kelas gue? Ke Puncak loh, lumayan liat ijo-ijo,"

"Ajak aja sih Sakti. Mobil terpisah. Kan enak?"

Wendi mendadak terdiam. Sejak kejadian malam itu di rumahnya, yang mempertemukan Seno dan Sakti pertama kalinya itu, ia masih merasa canggung dengan Sakti. Mungkin juga karena belakangan Sakti sibuk dan pulang lebih malam dari dirinya jugalah yang membuat mereka susah bertemu. Apalagi belakangan ini Sakti lebih sering meeting di head office.

"Sejak yang malam itu tuh gue masih gimana gitu sama Sakti,"

"Gimana emang?"

"Ya gitu .... canggung," seru Wendi perlahan sambil berhati-hati berucap.

"Canggung gimana-- Wen, lo kalau cerita jangan keputus-putus napa sih gue gemes sendiri!" seru Juna gemas sambil menatap Wendi senewen. 

"Maaf maaf. Ya gitu, dia agak marah karena gue nggak bilang seharian pas sakit itu gue ditemenin Seno juga--"

"Lah jadi tahu-tahu dia dateng liat lo lagi sama Seno? Wah gila sih gue juga jadi Sakti gondok lah,"

"Emang bakal gondok ya kalau situasi lo juga gitu?" dengan polosnya Wendi bertanya dengan wajah datar. Membuat Juna memutar bola matanya.

"Nih misal, lo tahu Sakti sakit, terus tahu-tahu pas ke rumahnya ada cewek lain ngurusin dia. Lo juga bakal gedeg kan?" ujar Juna sambil mulai mematikan peralatan listrik di mejanya satu persatu, "Apalagi itu mantannya atau dulu gebetannya,"

Into The Light (Seungwoo X Wendy) | COMPLETEDNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ