14. Slow Goodbye

74 14 3
                                    

Suasana kedai makanan itu semakin ramai, dikelilingi suara-suara para pengunjung yang datang di sela istirahat makan siang. Suasana begitu ramai, suara-suara manusia yang saling berbincang diselingi suara sendok garpu yang beradu dengan piring itu begitu kontras dengan atmosfer sekitar meja Juna dan Wendi sekarang.

Keduanya mengambil jeda hening sejenak, menunggu Juna untuk bersuara terlebih dahulu setelah terpojok oleh Wendi yang menuntut penjelasan barusan.

"Iya Wen, Shila yang itu. Shila yang Seno dulu suka itu, benar mantannya Sakti. Itu benar adanya Wen,"

Wendi menaikkan sebelah alisnya. Seakan menemukan benang merah di hidupnya, Wendi tertawa kecil. Tertawa seakan hidupnya sekarang berada dalam fase film komedi dan Wendi berada di puncaknya.

"Gue sadar waktu gue jodohin lo sama Sakti, gue tahu semuanya. Hubungan dia sama Shila, hubungan Shila sama Seno. Gue tahu tapi gue beneran nggak ada maksud membuat semuanya ribet kayak sekarang,"

"Lo harus tau Wen kalau gue selalu di pihak lo. Gue lakuin ini semua biar lo bahagia. Pas kebetulan kan lo sama Sakti sama-sama jomblo? Apalagi gue tahu kalian sama-sama ancur. Mana ada gue kepikiran kalau Seno bakal balik ke hidup lo lagi dan Shila bisa ketemu Sakti lagi? Sumpah gue bukan cenayang,"

Wendi menghela napas sambil kedua tangannya menopang kepala yang seakan bertambah berat. Ia memejamkan matanya sambil bernapas berat. "Terus pas Shila PDKT sama Seno itu dia masih sama Sakti?"

"Iya Wen, masih pacaran statusnya. Makanya dia ancur. Gue lihat sendiri ancurnya parah. Ringsek,"

Juna menatap parau ke arah Wendi yang sekarang menelungkupkan wajahnya, entah menangis atau hanya meringis. Tapi yang pasti ia tahu semua ini begitu mengejutkannya. 

"Terus gue sekarang harus gimana?"

"Lo nggak usah gimana-gimana. Lanjutin aja apa adanya lo sama Sakti kan?"

Wendi membuka tangannya yang sejak tadi tertelungkup oleh tangannya, menatap Juna sekarang dengan bulir air mata ternyata sudah jatuh di wajahnya. Membuat Juna buru-buru harus mengambil beberapa lembar tissue dengan panik.

"Aduh nggak ada yang berubah seharusnya. Itu cuma masa lalu. Kalian sekarang baik-baik aja kan. Apa yang lo khawatirin?"

"What to do ... semuanya tuh complicated. Kalau dia balik ke Shila gimana? Kalau gue ditinggalin gimana?"

"Ssssttt ..." Juna sibuk menenangkan gadis itu sambil terus memberinya tissue kering, "... nggak, gue yakin Sakti nggak begitu. Yakin gue,"

"Sekarang aja gue nggak bisa mastiin hatinya Sakti tuh buat gue apa nggak. Dia selalu bilang buat jangan sayang sama dia kalau dia belum bawa cincin ke nyokap gue. Dan kemarin dia minta maaf dan minta gue menunggu lagi. Tapi ... tapi gue nggak tahu ... gue ngerasa lost ..." ucap Wendi sambil sesekali sesenggukkan.

Juna menghela napasnya sambil sesekali memperhatikan sekitar mereka yang ternyata kini juga fokus pada mereka. Ya siapa yang tidak kaget di tengah siang hari bolong mendengar tangis wanita yang apesnya lagi sama pria yaitu Juna. Semua orang saat ini kayak lagi pasang muka super curiga ke arahnya.

Juna menggaruk dahinya yang tertutup poni itu seraya mencoba tetap diam karena momen seperti ini sangat penting buat dia mendiamkan Wendi dulu sampai tenang. Membiarkannya hanya menangis dan yang ia bisa lakukan hanya diam menenangkan.

 Membiarkannya hanya menangis dan yang ia bisa lakukan hanya diam menenangkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Into The Light (Seungwoo X Wendy) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now