25. In Love

62 11 1
                                    

Rasa sakit gigi yang semalam menghantui Seno mendadak hilang begitu melihat senyuman secerah mentari pagi milik Wendi.

Senyum di bibirnya tidak juga meredup, justru semakin melebar begitu gadis itu memutuskan untuk mengikutinya dan Mamanya setelah drama Mamanya yang ikut menyeret-nyeret Wendi ikut belanja bersama mereka.

"Malah ketemu disini kita,"

Seno tertawa kecil sambil menyuap kembali es krim kesukaannya itu. Keduanya memutuskan untuk mampir di kedai es krim di mall itu setelah Mamanya Seno bersikeras mau mentraktir mereka. Sementara mereka berdua makan es krim, Mamanya Seno dengan semangat 45 langsung menerjang berbagai gundukan pakaian yang diberi logo Big Sale di berbagai tempat di tengah mall besar itu.

Wendi tertawa kecil melihat wajah kewalahan tapi penuh semangat milik Mamanya Seno itu. "Mama kamu, semangat banget tuh. Kalah dah pahlawan nasional,"

"Haduh untung ketemu kamu deh. Kalau enggak aku pasti diseret-seret kesitu." ucapnya sambil geleng-geleng yang ditanggapi tawa kecil Wendi.

"Cuti?"

"Iya. Sekali-sekali cuti. Sekalian Teteh buka cabang baru di Cibiru,"

"Deket rumah kamu dong?" tukas Wendi penuh minat. Seno mengangguk kemudian.

"Ceritanya biar Mama juga ada kegiatan, jadi toko itu bakal diawasin Mama. Bosen di rumah katanya,"

"Nggak berubah yah Mama tuh,"

"Iya," sahut Seno tertawa, "Lingkungan rumahku kan isinya pensiunan semua ya. Mama termasuk yang paling muda umurnya. Dia semangat banget nyalonin diri jadi Ketua RT. Sampai 3 periode,"

"Kalah deh tuh Presiden juga sama Mama," ujar Wendi sambil tergelak, "Syukurlah yang penting Mama kamu udah bahagia, Sen," sahut Wendi sambil tanpa sadar mengusap sudut bibir Seno yang belepotan es krim. Mata Seno mengerjap-ngerjap seketika. Namun tetap lempeng saja bercerita.

"Dulu dia terkurung, sekarang kayak lepas bebas."

Wendi hanya tersenyum sambil menyuap es krimnya kembali. Pertemuannya kembali dengan Seno setelah hampir 3 minggu mereka tidak bertemu itu rasanya tidak begitu awkward. Tiba-tiba saja tawa Wendi bisa lepas begitu saja tanpa beban. Padahal sebelum ini ia merasa hidup tidak ada warnanya. Abu-abu semua.

Aneh ya, padahal Seno cuma ketawa sedikit, tapi hidupnya mendadak warna-warni seketika.

"Ini kesini beneran kerja atau kerja berkedok healing?" tanya Seno kemudian sambil matanya tetap mengawasi Mamanya yang kini kedua tangannya sudah penuh dengan baju-baju itu.

"Males ah, pasti Wisnu deh yang bocorin,"

"Kok jadi Wisnu? Aku beneran tanya."

Wendi hanya tersenyum tipis sambil mengalihkan pandangannya. "Kamu pasti tahu kan? Aku ..., sama Sakti?"

"Oh," sahut Seno mengerti, "Tahu nggak ya?" sahutnya kembali dengan menyebalkan.

Bibir Wendi yang mengerucut membuat Seno tertawa kembali, "Tahu apa nih? Tahu soal kamu mau cat rambut kayak idol Korea favoritmu itu? Tahu lah. Aku mau-mau aja sih Wen, kamu cantik mau rambut beruban juga,"

"Kan ..., Wisnu ember banget," keluh Wendi sebal.

Seno hanya tersenyum sambil tangannya perlahan mengusap pucuk kepala gadis itu. "Tahu kok. Terus, sekarang kamu gimana?"

Wendi hanya mengangkat bahu sambil menyuap kembali es krim di depannya. Seno hanya terdiam, menunggu gadis itu bicara.

"Pernah denger lagu Vidi Aldiano yang judulnya 'Terbenar' nggak? Yang liriknya begini, 'Bilakah memang benar engkau orangnya? Lalu mengapa hati masih bertanya?' Nah lagu itu relate banget sama hubunganku kemarin,"

Into The Light (Seungwoo X Wendy) | COMPLETEDWhere stories live. Discover now