4. Remember Me

77 17 3
                                    

Dari sekian banyak hal yang Seno paling hindari di momen hari ini, menemui Juna ada di list pertama.

Juna memang salah satu orang yang paling deket sama Wendi. Mereka berdua bertemu di SMP dan ternyata ketemu lagi di SMA. Kalau Juna saat ini belum menikah, rasanya siapapun bakal mengira dia juga sudah naksir Wendi sejak lama. Tapi dengan setianya dia dengan Sekar, Seno bisa bilang kalau anak ini tulusnya memang tidak main-main.

Juna mungkin jadi salah satu orang yang selalu ada buat Wendi dan mungkin juga ada di sisi Wendi saat Seno mematahkan hatinya. Bisa dibilang seharusnya Juna menyimpan rasa dendam yang sama besarnya kayak yang Wendi rasakan terhadap Seno sejak kejadian itu.

Seperti saat ini, tanpa banyak kata, Seno sudah merasa terintimidasi saat Juna menatapnya sekarang. Walau senyum terus melengkung di wajah Juna, Seno jelas tahu, lelaki didepannya itu pasti masih ada rasa dongkol terhadap Seno.

"Dari Bandung, Sen? Langsung kesini?"

"Nggak, gue udah sebulan di Jakarta,"

Juna nampak kaget. Beneran kaget sampai Seno takut mata dia lepas dari kelopaknya saking kagetnya. "Dimana sekarang?"

"Tinggal sih di Kuningan, masih ngontrak apart. Kerja di Sudirman. Lo sendiri?"

"Gue masih kerja bareng Wendi--" terdengar suara Juna seperti tertahan saat mengucap nama gadis itu. Seno bisa melihat jelas raut wajah Juna yang salah tingkah.

Seno hanya tetap tenang sambil menghisap rokoknya, "Berarti udah nggak tinggal di Bogor?"

"Dari gue lulus kuliah, kerja 2 tahun, langsung nikah sama Sekar dan tinggal di Serpong. Ke Bogor paling kalau Natal doang,"

Seno hanya mengangguk lalu terdiam sebentar, penasaran untuk bertanya namun perasaannya sendiri yang menahannya. Batang rokoknya mulai memendek, dengan cepat ia menyudahi aktivitasnya. Ia menunduk sambil menginjak batang rokok yang sudah habis, "Gue baru tau Wendi satu kantor sama lo,"

"Iya. Gue kerja duluan terus dia ikut masuk. Lo belum ketemu lagi sama dia?"

"Tadi gue lihat kok--" serunya dengan tawa hambar sambil mengarahkan pandangan ke pintu depan venue, "Kayaknya udah ada gandengan,"

"Begitulah. Bagus deh gue juga nggak bisa jagain dia terus. Apalagi setelah bokapnya nggak ada--"

"Maksud lo? Bokap Wendi? Kapan?"

Juna menoleh ke arah Seno dengan tatapan aneh keheranan. "Dari awal-awal dia kerja. Nyokapnya masih nggak bisa lupain jadinya pindah ke Yogya sekarang. Wendi tinggal sama adiknya doang di Serpong,"

Seno mendadak lemas. Seno kenal baik ayah Wendi dan Seno tahu jelas Wendi pasti sangat terluka oleh hal ini. Ayahnya yang selalu mengantar Wendi kemanapun, selalu luangin waktu untuknya, bahkan selalu jemput Wendi di kampus tiap akhir minggu. Rasanya baru kemarin Seno bertemu ayahnya untuk minta maaf dan minta waktu untuk bertemu gadis itu yang saat itu menghindar darinya. Seno masih ingat jelas ketika ayahnya yang ia kira akan ikut membencinya tapi justru bilang tidak dan memaklumi bahwa perasaan seorang remaja pun tetap valid. Beliau justru meminta Seno untuk memberi waktu untuk Wendi bisa membuka hatinya kembali.

"Grup kelas kalian tuh aneh. Giliran kabar bahagia kayak begini, sampai ada seremoni pakai trofi. Giliran info sedih nggak ada yang bahas,"

"Gue nggak gabung grup ... so--"

"Ah, gue lupa lo sempet nggak ada kabar," ralat Juna sambil mengangguk sekali lagi.

Seno meragu. Sesuatu yang penting seperti ini tidak mungkin Chandra juga nggak tahu. Ia sudah lama tidak gabung grup tapi Chandra masih aktif disana. Rasanya tidak mungkin dia nggak tahu sama sekali. Dia nggak tahu atau sengaja nggak kasih tau Seno?

Into The Light (Seungwoo X Wendy) | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang