24. Pergi Menjauh

3.7K 370 7
                                    


Saat ini sekitar jam 9 malam. Di luar gelap dan Taehyung menggigit bibir bawahnya, dia melihat ke jendela. Dia menahan napas saat dia melihat dompetnya di lemari, otaknya menyusun rencana.

Enam menit kemudian ketika dia menjalankan rencananya, dia mengambil dompetnya yang memiliki beberapa ratus dan mengambil perhiasan hasil rampokan Jungkook yang diberi untuknya. Dia memasukkannya ke dalam sakunya, memakai sweter tebal dan meraih sebuah topi.

Taehyung tahu betapa posesifnya Jungkook terhadapnya, dia tahu bahwa jika dia mencoba melarikan diri melalui pintu depan dia akan mendapat banyak masalah. Taehyung melihat ke cermin besarnya, matanya nampak bengkak. Kemudian dia berjalan ke jendela.

Meskipun sulit untuk membuka, dia akhirnya membuka jendela, mengangkat jendela terbuka dan menjulurkan seprai serta tirai yang berhasil dia ikat sebelum memanjatnya turun. Beruntung semenjak satu bulan yang lalu mereka pindah untuk menempati mansion bertingkat dua. Jika kamarnya masih ada di lantai 10 Penthouse, Taehyung tak bisa bayangkan dia akan terjun dari gedung atau kabur menggunakan lift yang jelas akan tertangkap dengan mudah oleh anak buah Jungkook.

Sekarang hanya tersisa beberapa anak buah Jungkook yang berjaga dan itu tidak sebanyak saat mereka tinggal di sebuah Penthouse dengan seluruh penghuni gedungnya adalah koloni Joker. Kini Jimin juga jarang bertemu dengannya, hanya Mingyu yang sesekali menyapa saat berpapasan.

Ketika berpikir demikian,
sesuatu terasa menghentikannya. Dia pergi tanpa pamit, hatinya terasa berat. Taehyung naik kembali dan mencari-cari di seluruh ruangan, untuk selembar kertas dan pulpen. Di atasnya dia menulis selamat tinggal terakhirnya kepada semua orang, dan di belakangnya dia menulis bahwa dia mencintai Jungkook dengan tulus tetapi dia lebih menginginkan bayinya.

Taehyung menghela nafas saat dia meletakkan kertas itu di meja riasnya. Dia memanjat keluar jendela dengan tirai. Yang harus dia lakukan hanyalah melewati anak buah Joker yang berjaga, maka dia akan dianggap aman.
Namun yang tidak dia ketahui adalah bahwa Jungkook telah memasuki kamarnya, untuk meminta maaf dengan setengah hati.

Jungkook membuka pintu siap untuk meminta maaf dan mencoba untuk meringankan Taehyung dengan melakukan aborsi. Tetapi ketika dia melihat bahwa Taehyung tidak ada di kamarnya, dia segera memeriksa kamar mandi dan dia tidak menemukannya di sana. Jungkook memperhatikan bahwa jendela tidak terkunci juga terdapat kain panjang tirai yang terikat.

Mengerang pelan, dia hendak pergi lari dan menyuruh anak buahnya untuk mencarinya sampai tiba-tiba dia menemukan catatan. Dia membuka catatan itu untuk membaca perpisahan Taehyung dan ketika dia membaliknya dia meraung.

Malam ini adalah malam paling menakutkan yang pernah dialami Taehyung. Kabur dari Joker, kemudian bersembunyi dari polisi serta anak buah Joker yang pasti akan mencarinya.

.

.

.

Takut...

Setiap orang pasti memiliki ketakutannya sendiri, tidak peduli apa yang kalian pikirkan.
Seorang pria bertubuh mungil ketakutan, tangannya melindungi kehidupan kecil di dalam perutnya.

Dia terus berlari karena takut.

Ketakutan pada Jeon Jungkook.

Dia takut apa yang akan pria itu lakukan padanya.

Takut...

Jungkook tidak menginginkannya, dia tidak menginginkan bayinya. Taehyung terengah-engah saat berlari, begitu sakitnya dia memegangi perutnya karena hidupnya bergantung padanya.

Dia menangis, air mata tidak berhenti, beraninya Jungkook berbicara tentang aborsi padahal
Itu adalah anaknya.

"Tangkap dia, dia di sana!" Seorang laki-laki berteriak dan menahannya.

Dia didorong ke tanah, dengan protektif memegangi perutnya yang memiliki janin kecil berusia dua bulan.

"Tolong hentikan!" Taehyung berteriak.

"Dia ingin membunuh bayiku!" Dia berteriak memohon sambil memegangi salah satu kaki yang dia kenali sebagai anak buah Jungkook.

Tapi teriakannya sia-sia, dia diseret menuju mansion.

"Kumohon!" Dia terus memohon tanpa daya. Taehyung menginginkan bayinya dan tidak akan membiarkan Jungkook membunuh bayinya.

Taehyung berjuang di tangan mereka, menggigit lengan mereka, menggunakan waktu itu untuk melarikan diri.

Meraih jubah hitam dari tanah, menutupi tubuhnya yang gemetar.

Takut...

Dia mengesampingkannya, gemetar seiring dengan angin dingin.

"Jangan biarkan dia pergi! Bos menginginkannya, sekarang!" Seorang pria berteriak dengan marah.

Taehyung menangis saat bersembunyi di balik pohon yang gelap.

Dia sangat ketakutan.

Dia tidak bisa membiarkan monster itu membunuh bayinya.

.

.

.

"Aku ingin dia kembali ke kamarnya!" Jungkook berteriak keras pada orang-orang yang bekerja untuknya. Matanya berkilat tajam karena marah.

"Bawa dia sekarang!" Jungkook menggeram rendah saat dia memegang catatan Taehyung di tangannya, membaca catatan itu berulang kali.

Beraninya dia?

Beraninya dia lari darinya?

Dia tidak membutuhkan kehidupan yang tumbuh di perut kekasihnya, dia tidak membutuhkan hal itu di perut Taehyung.

Hal itu menyebabkan semua masalah dalam hidupnya, mulai dari Taehyung yang semakin jauh hingga Taehyung yang melarikan diri dari rumahnya sendiri.

Dia membenci anak-anak, dia tidak tahan dengan mereka. Seorang kriminal tidak pernah akrab dengan anak kecil, dia tidak bisa. Dia juga memiliki alasan lain tersendiri, alasan itu memang berasal dari masa lalunya sehingga menimbulkan kemarahannya terhadap anak-anak.

Jungkook ingin Taehyung melakukan aborsi ketika dia bisa, dia tidak membutuhkan janin itu tumbuh.

"Pak! Dia kabur, kami mencoba! Tapi dia terlalu cepat!" Seorang penjaga berteriak, hampir seperti dia memohon ampun sambil mengatakannya.

Jungkook membanting tinjunya ke meja, catatan yang dia pegang hampir robek karna marah.

"Kubilang, aku ingin kekasihku kembali ke kamarnya" geramnya kejam.

Orang-orang itu meringkuk, membungkuk dalam belas kasihan.

"Pak, dia masih di luar sana" katanya putus asa.

"Teruslah mencari, jangan berani-berani memasuki kantorku tanpa dia" geram Jungkook.

"Dia tidak bisa lepas dariku"




.

.

.

TBC

ƦƠƬƬЄƝ ✓(ʙʟ)Where stories live. Discover now