✨🌌 The Late Honeymoon

1K 86 6
                                        

"There is only one happiness in this life, to love and be loved."
-George Sand

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Maura kini duduk membersihkan luka di tangan Deva, ia menahan air matanya melihat luka itu, seandainya Maura terlambat datang ke sini mungkin rencana Deva untuk mengakhiri hidupnya berhasil. Pria itu tersenyum menatap Maura, setidaknya sekarang wajah Maura sudah bisa berkespresi

"Kan aku yang luka kok kamu yang nangis..." 

"Ya, kamu mikir aja lah... aku tuh sejak dari rumah sakit udah kayak mayat hidup tau gak! Kesel sama kamu... tapi khawatir juga... bingung pokoknya..."

Deva tersenyum dan mengusap kepala Maura, mungkin Maura berusaha menahan senyumanny saat pria itu mengusap puncak kepalanya namun pipinya tak bisa berbohong, ia merona juga

"Udah berapa lama coba, kita nikah... masih aja malu malu kalo di gituin"

"Ish! Diem deh!" Maura salah tingkah sendiri jadinya, Deva tersenyum, setelah tiga hari mengunci diri di kamar akhirnya sampailah saat di mana semua yang mengganjal di benak Deva bisa keluar dan terasa lebih lega

Meskipun setiap menatap mata Maura rasanya sama, Deva terbayang banyak hal, mulai dari tatapan sendu Maura saat memberi tahu pertama kali kepadanya kalau ia hamil, saat mereka masih sekolah, kadang mata indah itu juga membuat Deva mengingat bagaimana Maura menahan air matanya saat Bella harus mempermalukannya di kampus, dan kejadian saat Maura harus menerima kenyataan bahwa kemungkinan ia bisa hamil lagi pasca operasi akan mustahil

Banyak hal di balik mata Maura yang membuat Deva menghangat dan juga terluka di saat yang sama. Sangat indah tapi juga menyakitkan. Selama ini Deva hidup dikurung oleh rasa bersalah, dan entahlah kosong rasanya

Maura menyadari bahwa pria itu dari tadi terdiam dan mendadak kosonh tatapannya, Maura yakin tak secepat dan semudah itu untuk melupakan atau sekedar menerima kejadian berat yang baru saja mereka alami

"Sayang... jangan bengong lagi... dong" Maura kini menangkup wajah Deva agar fokus menatapnya, dan lagi tatapan itu kembali membuka memori memori lama di kepala Deva

"Dev... gimana kalo kita ke suatu tempat?"

"Kemana?"

"Pokoknya tempat yang bisa tenangin kita berdua..."

Tanpa pikir panjang Deva mengangguk mereka pamit terhadap nenek lewat telepon karena beliau belum pulang, padahal hari sudah semakin sore, Maura jadi yakin bahwa nenek sengaja memberikan waktu baginya dan Deva untuk berdua saja

Mereka pun masuk ke dalam mobil, Maura yang mengarahkan arah ke tempat itu, Deva sih hanya nurut saja butuh waktu sekitar 1 jam hingga mereka sampai di sebuah tempat, ini sih bukan di Bogor lagi lebih tepatnya sudah di Jakarta, mereka masuk ke sebuah gedung, dan Maura mengarahkan Deva menaiki lift, menekan tombol paling atas

Dan kini mereka keluar dari lift menuju pintu kecil dan saat di buka mereka ada di bagian paling atas gedung, atau rooftop, Deva kaget, ternyata mereka ke sini? Restoran di atas gedung tepatnya di lantai 56 gedung pencakar langit di pusat kota ini, Deva bingung dengan tujuan Maura ke sini

Seorang pelayan membawa mereka ke sebuah ruangan, dan mereka masuk ke ruangan yang di kelilingi kaca itu, sehingga mereka bisa melihat kelap kelip lampu kendaraan dan cahaya pantulan dari gedung gedung tinggi lainnya, mereka duduk, dan menatap ke kanan juga ke kiri, tak bisa di pungkiri pemandangannya menenangkan

"Kamu tau tempat ini dari mana?"

"Ada deh!  Pokoknya di sini... aku mau, dengar semua cerita kamu.."

Because this little beat ✨🌌Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora