"Mungkin dia pernah berbuat kesalahan, bahkan mengecewakan, memalukan tapi tetap darah yang sama mengalir di tubuhnya, dia berhak di maafkan, bukankah saudara memang begitu?"
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Milan mendorong kursi roda adiknya ke arah taman rumah sakit yang berada di lantai paling atas rumah sakit
"Maura... gak kerasa ya... adek gue dah punya anak aja" Milan tertawa kecil, dan Maura tersenyum manis
"Kak? Emang mama udah gak sayang gue lagi ya?" Milan tertawa renyah mendengar pernyataan adiknya itu ia hanya menggeleng pelan
"Dia cuma butuh waktu Ra..."
"Tapi sampai kapan?" Bukan Maura namanya kalau tidak penasaran sifat kritisnya yang memang sudah ada sejak kecil membuatnya berbeda
"Listen ya... mama sayang sama loe Ra... dia cuma butuh waktu.. percaya sama gua" Milan mengusap pucuk kepala Maura dengan gemas, senyuman kecil Maura pun terlihat meski tak jelas
Maura menatap awan sore itu, ia senang setidaknya ada malaikat kecil yang lahir di tengah kecanggungan nya dengan Deva
Kini Milan beranjak untuk berlutut di depan Maura, ia menatap mata sendu adiknya itu, benar memang Milan kecewa namun ia tak bisa menyalahkan Maura
Rasa sayangnya lebih besar di banding rasa kecewanya, Milan menatap adiknya lembut "Ra... gue mau minta maaf..." bisik Milan perlahan, membuat Maura tersenyum bukankah sebaliknya?
"Kak... gue yang harusnya ngomong gitu..." Maura tetaplah Maura yang selalu sekeras kepala itu tapi hatinya terlalu lembut dan rentan sampai-sampai ia mudah terluka
"Gue sayang banget sama loe... gue benci diri gua waktu tau loe hamil... gue gagal lu tau kan! Gua gak bisa jaga loe!" Milan berbicara dengan suara bergetar, ia menahan ini semua terlalu lama, pada akhirnya Maura harus tau
"Setiap kali gue deket sama loe, gue cuma pengen pasti in loe gak apa-apa! Gua sayang banget sama Loe Ra..."
"Gua benci banget saat di mana gue gak bisa jaga loe... gue malah asyik pacaran, bahkan gue bikin malu loe! Gua di keluarin dari sekolah"
"Ra gua gak ngerti lagi..."
Kali ini air mata yang menetes, Milan tertunduk ia menatap lantai kayu taman itu, ia diam membeku seperti tak bisa bicara lagi, ia sendiri bingung mengapa ia sebodoh itu
"Lu baik buat gua Kak... jangan mikir kayak gitu, gue aja yang gak bisa jaga diri..." lirih Maura pada Milan membuat hati pria itu mendadak hangat
Mereka berpelukan, dengan Milan yang berlutut di depan kursi roda Maura "makasih Ra...."
•••
"Ren... gak makan?" Amora menawari Rena makanan, sejak tadi Rena memang tidak makan, padahal sudah waktunya makan siang bagi para voulenteer acara kampus ini
"Gue mau cabut dulu... loe jangan bilang siapa-siapa ya! Urusan gua penting!" Mohon Rena untunglah Amora adalah orang yang bisa di andalkan ia mengacungkan kedua jempolnya
"Sip!"
Rena tersenyum dan mengendap keluar untuk segera pergi dan ke rumah sakit untuk melihat ponakan barunya
ANDA SEDANG MEMBACA
Because this little beat ✨🌌
RawakIni adalah cara baru mengenal dunia yang memang mengajarkan banyak hal, salah satunya menjaga kehormatan terbesar Maura itu gadis polos yang tak sengaja mengenal cinta Deva itu pria baik yang terlalu dalam merasakan cinta Lalu mereka jatuh bersama...
