True Love Comes From Family! (2)

566 136 1
                                    

Langkah Ken begitu lunglai. Kepalanya terus menunduk saat melewati koridor sekolah yang kali ini terasa lebih panjang daripada biasanya. Dia tak ingin menatap atau berbicara kepada siapapun. Ken bahkan tidak tahu kenapa dirinya datang ke sekolah hari ini.

"Itu dia, yang memperkosa gadis itu."
"Kasihan Gina."

Telinganya panas saat mendengarkan bisik-bisik itu. Sebenarnya dia sudah tahu orang-orang akan menatapnya sinis, kemudian mengatakan sesuatu yang membuat darahnya mendidih. Sudah dua bulan hal ini terjadi padanya.

"Tapi polisi mengatakan dia tidak bersalah."
"Tidak mungkin. Dia pasti pelakunya, dia orang terakhir yang terlihat bersama Gina."
"Benarkah? Tidak kusangka orang sepertinya melakukan hal semacam itu."

Ken lelah. Berkali-kali sudah coba menjelaskan ke semua orang, tetapi bahkan dengan bantuan polisi sama sekali tidak membantunya. Justru, Ken mulai mendapatkan perundungan, hingga murid-murid lain mulai memukulnya.

Lalu dia berhenti, tepat di depan sebuah pintu yang tiba-tiba terbuka. Keluar dari sana seorang pria kepala empat bersama gadis seumuran Ken.

Mereka sempat bertatapan untuk sejenak, tetapi gadis tersebut segera memalingkan wajahnya dan bergegas pergi bersama pria tadi.

"G--Gina!" Ken berteriak, memanggilnya. Mereka berhenti, tetapi lidah Ken seketika kaku. Tak mampu mengatakan kalimat berikutnya.

"Aku--"
"Kumohon, tinggalkan putriku. Jangan bicara lagi padanya," kata pria itu, dan membawa Gina keluar sekolah. Sementara Ken masih membeku di tempatnya. Kedua tangannya mengepal dengan erat saat bahunya mulai bergetar perlahan.

"Aku ... aku mohon percaya padaku."

***

"Gina!"

Ken tersentak bangun sambil berteriak. Suaranya sangat keras sampai-sampai mengagetkan satu orang yang ada di sana.

"Ken, astaga. Akhirnya kau sadar." Laki-laki itu segera mendekat. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Cowok itu tidak langsung menjawab. Melainkan menatap sekitar untuk mencari tahu di mana dirinya berada sekarang. Arthur bersamanya, ini kedai kopi. Di ruang ganti.

"Di mana aku?" tanya balik Ken ingin memastikan.

"Aku yang seharusnya bertanya. Orang macam apa yang meminta tolong pada seorang gadis untuk dibawa ke sebuah kedai kopi saat dia baru saja babak belur? Kau menakuti pelanggan."

Ternyata benar dia ada di kedai kopi. Ken menutup mata berusaha mengingat kembali apa yang terjadi. Neal dan komplotannya datang untuk menghajarnya--mungkin mau membunuhnya.

Kemudian Lucy datang. Dia masih sadar saat itu, meminta agar gadis tersebut membawanya ke kedai kopi ini daripada ke rumah sakit saat Lucy sudah ingin menghubungi bantuan.

"Dengar, aku memang memintamu kemari untuk membantuku dan Olive, tetapi bukan berarti dalam keadaan seperti ini," ucap Arthur kesal, tetapi pada akhirnya hanya menghela napas.

"Tapi kau sangat beruntung. Salah satu pelanggan kita adalah seorang dokter, dan dia mengobatimu. Dia juga mengatakan agar kau dibawa ke rumah sakit saja, tetapi gadis itu benar-benar memaksa. Lukamu agak parah, tetapi orang itu menyembuhkanmu dengan baik. Sekarang kau hanya perlu beristirahat."

Ken akhirnya tersadar kalau tubuhnya samar dengan bau antiseptik. Tubuhnya tidak lagi merasakan sakit, walau masih agak perih di dalam mulutnya. Ada kain perban yang melekat kecil pada dahinya, sementara topinya tidak ada. Apa Lucy yang membawanya?

You Just Met The Wrong PersonWhere stories live. Discover now