Like We Should And Say We're Good!

373 102 8
                                    

Setelah dua minggu yang terasa semakin panjang saja, Ken menyentuh kembali ponselnya. Hanya satu menit kemudian sebanyak ratusan pemberitahuan masuk. Sampai-sampai membuat ponselnya jadi error. Ken yang stres mengetuk-ngetuknya ke telapak tangan, tetapi tidak berhasil.

Sebenarnya dia ingin menghubungi Nen. Hanya dua hari berselang setelah pergi, dia merasa ingin kembali lagi ke markas Dark Soul yang meski semakin mengerikan saja setiap harinya, tetapi itu adalah satu-satunya tempat bagi Ken saat ini. Ide Nen untuk membeli mobil jadi semakin menarik saja baginya.

Sekali lagi Ken mengambil bus yang berhenti di tengah perjalanan, dan menggunakan taksi untuk mencapai restoran saat malam sudah naik. Sama seperti saat dia meninggalkan markas Dark Soul, Ken pergi ke dapur begitu saja, mengabaikan satu-satunya tukang masak yang sedang mengawasi meja-meja kosongnya.

Sekarang Ken penasaran, apa mungkin koki ini juga bagian dari Dark Soul? Seharusnya ya. Ada lift rahasia di dalam dapurnya, tetapi kenapa dia tidak pernah menggunakannya untuk turun ke bawah?

Markas terasa lebih kosong daripada biasanya. Ken memeriksa kamar Furler dan menemukan wanita itu terlelap tanpa sehelai benang. Wajahnya memerah saat dia menutup pintu pelan-pelan.

"Coba lihat ini, ada anak muda mesum di markas kita."

Ken tersentak dan berbalik cepat. Itu Aster, di depan lift juga ada Nen, membawa beberapa kotak pizza dan sushi.

"Kalian baru tiba?" tanya Ken retoris.

"Perjalanan yang menyenangkan." Aster menyeringai. "Apa kau bersenang-senang selama kami pergi?"

"Kuharap. Bagaimana dengan kalian?"

Aster berbalik untuk menatap Nen yang langsung merebahkan diri di atas sofa dengan tarikan napas sekuat-kuatnya.

"Itu pertanyaan tidak penting." Aster mengangkat bahu. "Tapi, hei, kami membawa pizza."

Aster memanggil James yang seperti biasa, menghabiskan waktu lebih banyak di ruang monitor daripada kamarnya sendiri. Namun, anak itu bahkan tidak duduk bersama-sama. Dia muncul dan bertanya mana kotak pizza yang harus diambil.

"Yang mana nanas dan zaitun?" James membuka satu per satu, dan ketika menemukan pizza buahnya, dia kembali lagi ke ruang monitor tanpa suara. Sementara tak ada yang ingin membangunkan Furler.

"Kenapa?" Nen satu-satunya yang memakan sushi, dan suaranya sedikit lebih pelan. Mungkin dia benar-benar kelelahan. Ken ingin saja bertanya, sebenarnya apa yang terjadi di pusat organisasi, tetapi reaksi Furler terhadap pertanyaan itu masih saja terngiang-ngiang dalam otaknya.

"Tidak ada," kata Ken dan mulai mengunyah pizza, tetapi tidak begitu dapat menikmatinya.

Lagi-lagi Aster yang menyadari terlebih dahulu. "Aku tahu wajah itu. Wajah yang sedang bertanya-tanya, 'astaga, ternyata orang-orang ini hanya memakan pizza, bukan organ tubuh dari seseorang yang dibunuhnya di luar sana'."

Lantas Nen tergelak puas. "Oh astaga, sudah lama sekali."

"Aku tidak berpikir begitu," protes Ken, tetapi rona pipi itu mengatakan yang sebaliknya. Dia tidak sepenuhnya memikirkan kalau Dark Soul ternyata menikmati makanan cepat saji sama seperti lainnya. Lebih kepada, mereka ternyata tidak ada bedanya dengan orang lain di luar sana.

Makan pizza dan sushi, tidur tanpa busana, introvert dan ekstrovert, bekerja dan sekolah. Mereka tidak ada bedanya. Ken tidak ada bedanya. Pantas saja tak ada yang akan pernah menyadari, kalau mungkin ada salah satu dari mereka yang ternyata sudah pernah menghabisi seseorang.

Ken berhenti di potongan ketiga, dan teringat kembali dengan ponselnya. Dia buru-buru mengecek, dan memeriksa ada sebanyak total 204 pesan, dan 129 panggilan tak terjawab. Beberapa dari Mr. Stan, yang membuat Ken langsung menggaruk kepala. Skorsingnya ternyata sudah dicabut, tetapi memangnya dia masih harus kembali ke sekolah setelah semua yang terjadi?

You Just Met The Wrong PersonWhere stories live. Discover now