Something Wrong Happened Here!

401 114 0
                                    

Untuk pertama kalinya Ken mendatangi kafetaria sekolah. Berada di menit terakhir waktu makan siang membuat keadaan jadi lebih sepi. Jadi tak sulit untuk mengambil satu meja dengan nampan makan yang masih lengkap.

Baru saja akan mengunyah dan Ken dibuat terkejut dengan kemunculan Lucy. Tiba-tiba saja gadis itu berada di hadapannya. "Lucy? Kau juga belum makan?"

Gadis itu hanya diam dengan tatapan kosong. Ken tak merasa ada yang aneh, dan tak menyadari pula saat tatapan Lucy mulai berubah menajam.

"Kau yang melakukannya, kan?" katanya, dengan suara dingin dan kaku, berbeda daripada Lucy yang biasanya.

Sebelah alis Ken terangkat. "Apa?"

"Kau yang melakukannya. Kau yang membunuh ibumu." Mata Ken langsung melebar. "Benar, kan?"

Gadis itu sontak memukul meja, membuat Ken bangkit dari bangku, tetapi berakhir tersandung dan jatuh ke lantai. "Kau membunuh ayahmu, artinya kau juga yang membunuh ibumu."

"A--Apa maksudmu?"

Ketika Lucy berjalan maju, Ken terseok-seok mundur hingga menyambar bangku lain di belakangnya. Saat itu pula seluruh penglihatannya berubah. Tiang-tiang besi seketika berjejer, membatasinya dengan Lucy. Kafetaria berganti menjadi ruang sempit dan kumuh. Kaos putihnya menjadi seragam jingga terang.

Ken segera terbangun. Kedua tangannya menarik jeruji, berusaha melepaskan diri, tetapi dia sudah tahu usahanya akan sia-sia. Tak lama bukan hanya Lucy lagi yang berdiri di hadapannya, orang-orang mulai berdatangan, lalu menunjuknya.

"Pembunuh!"

"Penjahat! Dia tidak pantas hidup!"

"Terkutuklah hidup hingga matinya!"

"Tidak! Kalian salah! Aku tidak membunuh!" Ken meronta, dan kalimat-kalimat itu mulai terasa menyakiti kepalanya. Ken jatuh kembali, kedua tangannya berpindah untuk menutupi telinga. Namun, suara-suara itu malah semakin membesar saja. "Hentikan! Aku tidak bersalah!"

"Kakak yang membunuh ayah dan ibu?" Mata Ken melebar, kali ini sangat tidak asing baginya. Dia memberanikan diri untuk melihat, dan Ken menemukan adiknya. "Apa kakak juga akan membunuhku?"

"TIDAK!"

Ken terbangun. Bulir-bulir keringat jatuh di wajahnya yang pucat. Dalam napas yang mencekat, Ken menyapu pandangannya. Tidak ada Sean, Lucy, atau orang lain. Tidak ada juga ruang penjara yang kotor. Hanya Ken sendiri bersama selimut yang menutupi setengah tubuhnya.

Tadi hanya mimpi. Semua yang tadi dilihatnya bukan kenyataan, tetapi perasaan yang nyata tersebut membuatnya gelisah.

Tangannya masih gemetar saat mengambil ponsel di nakas, dan sekali lagi Ken hanya bisa terkesiap. "Sudah jam delapan?!"

***

Suara sepatu menggema ke sepanjang lorong yang kosong. Meski sudah terengah-engah, Ken tak sedikitpun memelan. Kelas Fisika dan dia terlambat lagi. Semua karena mimpi itu, sudah berhari-hari Ken terus bermimpi buruk.

Begitu tiba, Ken tidak hanya sekadar membuka pintu, dia membantingnya, lalu berteriak, "maaf aku terlambat!"

Namun, kelas ternyata kosong. Tak ada guru atau satupun murid. Ken mengintip ke kelas sebelah, juga tidak ada siapa-siapa. Ken yakin melihat banyak mobil di parkiran sekolah, dan hari ini juga bukan waktu libur.

"Ah, lihatlah siapa yang terlambat." Ken sontak berbalik, dan menemukan Shiro berjalan ke arahnya, tetapi kali ini mengenakan kaus sepak bola.

"Apa hari ini ada pertandingan besar?" tanya Ken, dan Shiro menggeleng. "Jadi kemana semua orang?"

You Just Met The Wrong PersonWhere stories live. Discover now